Pukul 3 sore..
Semua berkumpul di ruang tengah sembari menikmati camilan makanan ringan yang ada dan berbincang-bincang satu sama lain. Mama Ara lebih mendominasi percakapan kali ini dengan bercerita mengenai anaknya.
"Ara sih dari masih di dalem perut juga udah nyusahin" kata mama.
"Tolong ya ga cuma Ara di situ" kata Ara sambil memakan keripik kentang di depannya.
"Iya kamu sama Ala, sama aja"
"Nyusahin gimana ma?" tanya Ica
"Bikin mama bolak-balik rumah sakit 3 hari, mama kira bakal lahir tapi ternyata ga lahir-lahir. Untung hari ketiga dia lahir"
"Lupa deh, Ara atau Ala dulu yang lahir?" tanya Fika
"Ala" jawab Ara cepat
"Beda berapa lama?"
"10 menit" jawab mama
"Ala siapa sih?" tanya Anin tiba-tiba.
"Nanti aku kasih tau" jawab Putri yang ada di samping Anin
Anin menganggukkan kepalanya. Lunar lebih memilih berdiam diri, hanya sesekali ia tersenyum tipis atau tertawa pelan. Tubuhnya masih lemas, tak berdaya jika harus bergerak lebih.
"Nar" tegur Ara yang tak jauh dari Lunar
"Hm" gumam Lunar sebagai jawaban
"Ke kamar aja kalo masih lemes terus bobo deh istirahat"
"Engga ah, capek tidur terus. Takut ga bangun lagi haha" kata Lunar tertawa hambar
Semua yang ada di sana terdiam saat mendengar jawaban dari Lunar. Riva menahan lengan Ara saat Ara hendak berdiri menghampiri Lunar, Riva tau kekasihnya ini tidak suka Lunar bicara seperti itu.
Mama menggerakkan kursi rodanya dengan bantuan tangannya lalu mendekat ke arah Lunar. Di usapnya rambut Lunar sambil dirinya tersenyum.
"Cepat sembuh nak" kata mama
"Lunar ga janji ma" respon Lunar
"Gapapa, gausah berjanji. Lunar emang mau liat mama sedih?"
Lunar menggeleng.
"Kalo gitu bertahan lah lebih lama, mama yakin kamu bisa sembuh"
Lunar tersenyum getir, dirinya juga ingin bertahan lebih lama disini bersama mama kandungnya maupun mama Ara. Bertahan lebih lama bersama Ara dan lainnya.
"Pengen makan olahan kambing" celetuk Fika mencairkan suasana haru
"Lo merusak suasana" cibir Putri
"Darah tinggi" timpal Ara
"Ihh mitos, makan 1 kg daging kambing juga ga bakal darah tinggi" kata Fika kesal
"Mencegah lebih baik dari pada mengobati"
"Enakkan juga makanan bersanten uhh mantap" kata Putri
"Kolesterol please" timpal Ara lagi
"Tapi kamu doyan makan opor tuh" kata mama Ara
"Itu pengecualian" jawab Ara santai yang di hadiahi lemparan tisu dan remahan camilan dari yang lainnya.
"Pengen permen, makanan yang manis-manis gitu deh" kata Anin
"Ihh diabetes tau rasa lo" timpal Ara lagi
"Sumpah ya, yang lo suka tuh apa tanpa berkomentar?" tanya Fika geram
"Azriva Shaviara" jawab Ara sambil menoleh ke arah Riva yang ada di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imbang Berbalas GXG [COMPLETE]
Teen FictionKetika menunggu menjadi hal menyakitkan namun usaha tak mengkhianati, menunggu pun menjadi hal menyenangkan pada akhirnya. Ketika itu pula, perasaanku Imbang Berbalas.