Ara keluar dari dalam mobilnya, kacamata hitam bertengger di hidungnya. Satu tangannya membawa bunga yang cantik.
Kaki Ara terus melangkah tanpa henti, pandangannya hanya lurus ke depan tanpa ada niatan untuk melihat ke arah lain, sampai pada akhirnya langkah kakinya terhenti.Dibukanya kacamata tersebut dan tersenyum tipis melihat sebuah nama yang ada di batu nisan sebuah makam.
Ara meletakkan bunga yang ia bawa di atas makam tersebut."Hai Lunar" sapanya.
Hari ini adalah tepat 5 tahun Lunar meninggalkannya untuk selamanya. Rindu? Sangat. 5 tahun yang berat untuk Ara pribadi.
"Bagaimana dengan surga? Apakah indah?" Ara menatap nanar batu nisan tersebut.
"Kalo iya, gue cemburu berarti. Lo seneng tanpa gue"
Airmata sudah menumpuk di pelupuk matanya, siap jatuh kapanpun meski tanpa komando.
"Gue baik, sangat baik. Jangan khawatir"
Tak jauh dari keberadaan Ara, sudah ada orang lain yakni Ica, Putri, Fika, Anin, dan tentu saja Riva. Mereka hanya berdiri mengamati Ara yang terkesan sedang menikmati waktu berdua bersama Lunar.
"Sedih" celetuk Fika
"Banget" timpal Putri
"Mama" suara anak kecil mengalihkan pandangan mereka dari Ara
"Ya sayang. Caca mau apa?" ucap Riva
"Mau ke mommy" kata Caca sambil menunjuk Ara
"Ayo" ajak Riva sambil menggandeng jemari mungil Caca
Mereka semua berjalan mendekati Ara yang masih asyik duduk di sebelah makam Lunar sambil bercerita banyak hal. Ara sering melakukan ini, menceritakan hari-harinya hingga lupa waktu.
"MOMMY" teriak Caca membuat Ara menoleh
Caca melepas genggaman jemarinya pada Riva dan berlari menuju Ara, Ara dengan sigap berdiri dan menyambut putri kesayangannya tersebut.
"Kasih salam untuk onty Lunar" perintah Ara saat Caca dalam dekapannya.
Caca mengangguk, lalu mendekati makam Lunar.
"Halo onty Lunal." ucapnya cadel
Ara tersenyum akan hal itu "Ayo cerita sama onty, kemarin Caca menang apa?" kata Ara
"Onty, kemalin Caca menang lomba mewalnai. Juala satu, Caca di kasih piala besaaarrrrr banget. Tapi Caca ga bawa pialanya onty, onty jangan malah ya?"
"Onty ga akan marah sayang, lain kali kita bawa pialanya kesini. Oke?" kata Riva
"Oke ma"
"Sekarang pamitan sama onty, kita harus pulang" lanjut Riva
"Onty, Caca pulang dulu ya. Dadaahh onty" pamit Caca
Caca di ambil alih oleh Riva sementara Ara kembali menatap makam Lunar.
"Gue balik Nar" pamitnya.
Ara meninggalkan area pemakaman mengikuti yang lainnya. Senyum selalu menghiasi wajahnya tiap kali selesai mengunjungi Lunar.
*****
Ini bukan soal tentang kematianmu, ini tentang ketidaksiapnya diriku kehilanganmu.
Bukan perkara mudah mengikhlaskan kamu yang selalu berada disampingku.
Bukan perkara mudah menerima kepergianmu yang terlalu mendadak untukku.Mereka pikir aku lah yang membuatmu menjadi lebih baik, nyatanya kamu lah yang membuatku lebih baik.
Kamu menjagaku lebih daripada menjaga dirimu sendiri.
Kebaikkanmu tidak bisa ku lukiskan dengan untaian kata, sebanyak apapun untaian kata yang aku buat, itu takkan cukup untuk menggambarkan kebaikkanmu.Aku menyayangimu, sangat.
Tenanglah di surga-Nya.
Jika giliranku tiba, ku harap kita bisa bertemu lagi.Dari-Nya lah kamu berasal dan kepada-Nya lah kamu kembali.
Aku akan terus berdoa untukmu, sahabat.Semoga kita berjumpa lagi..
Tamat.
----------
Akhirnya tamat juga setelah sekian lama hahahaha.
Terima kasih buat kalian semua yang baca cerita ini.
Terima kasih juga yang sudah memberikan vote dan komennya.
Terima kasih atas kritik dan sarannya.Ga berasa pembuatan cerita ini paling lama, setahun lebih astaga gue ngapain aja wkwkwk.
Tapi untungnya selesai juga hehe.Selamat bertemu di cerita-cerita selanjutnya.
19.11.2018
With Love,
_Kapten_
KAMU SEDANG MEMBACA
Imbang Berbalas GXG [COMPLETE]
Novela JuvenilKetika menunggu menjadi hal menyakitkan namun usaha tak mengkhianati, menunggu pun menjadi hal menyenangkan pada akhirnya. Ketika itu pula, perasaanku Imbang Berbalas.