Sepanjang pelajaran Ara hanya berdiam diri, ia memang mengikuti pelajaran namun pikirannya melayang entah kemana. Perkataan Riva bagaikan bom atom bagi dirinya, menghancurkannya dalam hitungan detik. Perkataan Riva menjalar di setiap sudut pikirannya.
Salahku apa?
Hanya pertanyaan itu yang sedari tadi mengelilingi pikirannya, tatapannya kosong meskipun jam belajar tengah berlangsung. Beruntung tak ada satu pun guru yang menyadari keadaan Ara.
Tak berbeda jauh dengan Ara, Riva pun hanya diam sepanjang pelajaran berlangsung. Sesak masih terasa, sakit masih terus menjalar seolah ingin merenggut jiwa dan raganya saat ini. Ini keputusannya, namun keputusannya juga lah yang membuat ia jatuh dan sakit.
Baik Ara dan Riva keduanya hanya bisa berpasrah diri, jika memang keduanya tidak bisa bersama, berpisah adalah jalan yang tepat sebelum keduanya jatuh terlalu dalam lagi.
*****
Ara beserta 3 sahabatnya berjalan di koridor kelas, Fika dan Putri sedari tadi mati-matian membuat Ara tertawa namun yang mereka dapatkan hanyalah senyuman paling tipis yang Ara punya.
Murid-murid yang menyapanya pun hanya di berikan senyuman palsu. Mungkin ia terlihat kokoh tegak berdiri, setidaknya raganya masih kuat untuk menopang dirinya sendiri. Namun siapa yang tahu, di dalam, ia hancur lebur.Di sisi lain, Anin pun bingung harus bagaimana menyikapi Riva. Sedari tadi ia memperhatikan Riva, namun Riva seolah buta dan tuli oleh sekelilingnya. Tatapan Riva hanya fokus pada satu titik di depan, ia tidak peduli apa yang ada di sekitarnya.
"Makan ya? Nanti sakit" kata Anin untuk kesekian kalinya.
Riva menggeleng lemah, ia tak menoleh sedikitpun pada Anin. Tatapannya kosong.
"Yaudah tinggal ke kantin ya" pamit Anin
Riva hanya menganggukkan kepalanya dan tetap fokus pada satu titik di depannya.
Anin berjalan menyusuri koridor menuju kantin. Sesampainya di kantin, ia bernapas lega melihat Ara ada bersama dengan yang lainnya. Namun kelegaan tersebut tidak berlangsung lama, saat ia melihat keadaan Ara yang tak jauh berbeda dengan Riva. Keduanya membuat ia khawatir.
Ponsel Ara bergetar di atas meja, nama Alfas tertera pada layar. Ia mengambil ponselnya lalu menerima panggilan telfon dari Alfas.
"Ada apa?" tanya Ara
"Gapapa, gue cuma mau bilang makasih lo udah mau repot-repot urus gue" kata Alfas di sebrang sana
"Sama-sama"
"Besok gue udah boleh pulang"
"Baguslah"
"Lo dateng ya, gue pulangnya sore ko jadi ga ganggu sekolah lo"
"Gue sibuk"
"Dihh sok sibuk"
"Bye"
Ara berdiri dari duduknya sambil menggenggam ponselnya.
"Gue ke perpus ya" kata Ara lalu pergi tanpa menunggu balasan dari Anin dan 3 sahabatnya.
Selepas kepergian Ara, keempatnya saling melirik. Mereka pun bingung apa yang terjadi antara Ara dengan Riva. Keduanya sama-sama bungkam atas apa yang terjadi. Hal ini membuat yang lainnya kebingungan, mereka tidak tahu permasalahan apa yang terjadi diantara keduanya.
Sementara itu, Riva beranjak dari duduknya pergi keluar kelas untuk sekadar menjernihkan pikirannya. Mengelilingi sekolah bukan lah hal yang selalu Riva lakukan, mungkin baru kali ini ia mengelilingi sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imbang Berbalas GXG [COMPLETE]
Teen FictionKetika menunggu menjadi hal menyakitkan namun usaha tak mengkhianati, menunggu pun menjadi hal menyenangkan pada akhirnya. Ketika itu pula, perasaanku Imbang Berbalas.