"Bego! Terus sekarang Sien kemana?" tanya Fika
Ara hanya menggelengkan kepalanya, ia tidak tahu Sien pergi kemana. Ia masih merutuki kebodohannya.
Setelah kepergian Sien tadi, Ara langsung menghubungi 3 sahabatnya. Dan disini lah mereka sekarang, memarahi Ara, mencaci maki Ara, merutuki tingkah bodoh yang telah Ara lakukan.
"Demi Tuhan Ra, lo bego banget sumpah!" timpal Putri
"Gue tanya, lo cinta siapa?" tanya Ica
"Gue...gue sayang Sien tapi ya lo semua tau lah gue kayak gimana sama Riva" jawab Ara
"Lo tegasin hati lo. Kalo emang lo ga bisa sama Sienna, bilang sama dia minta maaf buat selama ini dan kejar Riva. Tapi kalo lo lebih pilih Sienna, kejar Sienna, jelasin ke Riva kalo lo ga bisa sama dia lagi. Jangan jadi pengecut gini lah Ra" oceh Ica
Fika dan Putri hanya berdiam diri, ucapan Ica benar. Ara harus bisa menegaskan hatinya untuk siapa. Ini akan menjadi proses penentuan yang rumit.
*****
Sementara kini Sienna menenggelamkan wajahnya dalam lipatan lututnya. Duduk seorang diri di depan toko bunga miliknya, tokonya pun sudah tutup. Hanya lampu depan toko saja yang menyala, memberi sedikit cahaya untuk Sien di tengah gelapnya malam."Astaga ku kira kakak bohong"
Sebuah suara membuat Sien mengangkat wajahnya, menatap orang yang baru saja datang dengan sepedanya. Jejak airmata masih tertinggal jelas di wajah Sien, matanya memerah, keadaannya sungguh kacau.
"Vanda.." lirihnya
"Ya Tuhan.."
Vanda segera menghampiri Sien, memeluk Sien erat sambil mengusap rambutnya. Memberi ketenangan pada perempuan cantik yang ia kagumi sedari dulu. Ada bagian yang sakit melihat Sien seperti ini.
"Tenanglah, semua akan baik-baik saja" bisiknya
Tangis Sien kembali pecah dalam dekapan Vanda, mencengkram baju Vanda kuat guna melampiaskan rasa sakitnya. Isak tangis Sien terdengar jelas di tengah sepinya malam.
Tuhan, biarkan aku menjaganya sepanjang hidupnya. Batin Vanda memohon
15 menit berlalu, Sien sudah lebih tenang dalam dekapan Vanda. Tangan Vanda pun masih mengusap rambut Sien lembut.
"Masuk yuk ke dalem" ajak Vanda
Sien menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Vanda memapah tubuh Sien masuk ke dalam toko bunga, menyalakan lampu agar lebih terang. Keduanya duduk di sofa, tatapan Sien masih kosong dan Vanda miris melihat Sien.
"Kakak kenapa? Ada apa lagi?" tanya Vanda
"Aku...aku udahan sama dia" lirih Sien
"Dia? Ara?" tanya Vanda memastikan
Sien menganggukkan kepalanya pelan. Vanda mengusap punggung tangan Sien, memberi kekuatan lewat usapannya.
"Sebentar" Vanda berdiri dari duduknya membuatkan Sien minum di dapur toko.
Tak lama, Vanda kembali duduk di samping Sien sembari memberikan Sien minum.
"Makasih" kata Sien
"Iyaps"
"Pasti belum makan. Aku beli makanan dulu ya" lanjut Vanda sambil berdiri
Namun tangan Sien lebih dulu menahan Vanda yang hendak berjalan keluar. Vanda menolehkan pandangannya pada Sien, menatap Sien seolah bertanya 'ada apa?'
"Aku ga pengen makan, disini aja" pinta Sien
"Nanti kakak sakit"
"Just stay, please" kata Sien memohon
KAMU SEDANG MEMBACA
Imbang Berbalas GXG [COMPLETE]
Teen FictionKetika menunggu menjadi hal menyakitkan namun usaha tak mengkhianati, menunggu pun menjadi hal menyenangkan pada akhirnya. Ketika itu pula, perasaanku Imbang Berbalas.