Lima Puluh Delapan

5.6K 385 18
                                    

Beberapa minggu kemudian..

Ara berlarian di koridor rumah sakit tempat dimana Lunar berada. Berlari secepat mungkin menuju kamar rawat inap Lunar. Ara yang kemarin baru saja keluar dari kelas kuliahannya mendapat telfon dari Fani dan memberitahunya bahwa Lunar dalam keadaan koma saat ini.

Dan disinilah Ara sekarang, di rumah sakit yang menangani Lunar sejak lama. Ia memperlambat laju kakinya saat sudah dekat dengan rawat inap Lunar, mengatur nafasnya agar lebih stabil. Perlahan, ia membuka pintu rawat inap Lunar dan mendapati Lunar yang tertidur di ranjang rumah sakit dan mami Lunar yang duduk di sofa.

"Mami" tegur Ara pada mami Lunar

Mami Lunar menoleh dan tersenyum lirih pada Lunar, kemudian beliau memberi kode untuk duduk di sampingnya. Ara yang mengerti pun langsung menutup pintu dan menghampiri mami Lunar, memeluk mami Lunar dengan erat.

"Lunar gapapa kan? Lunar pasti bangun kan? Lunar pasti sembuh kan? Iya kan?" tanya Ara beruntun

"Semoga ya sayang, berdoa aja untuk kesehatan Lunar" sahut mami sambil mengusap rambut Ara

Ara hanya diam sambil berdoa untuk kesembuhan dan kesehatan Lunar. Sungguh, ia tidak ingin melihat Lunar dengan keadaan seperti ini. Ia hanya ingin melihat Lunar dalam keadaan sehat.

"Kamu pasti capek habis flight dari Belgia. Udah makan?" tanya mami

Ara hanya menggelengkan kepalanya, ia bahkan lupa dengan makannya. Pikirannya hanya fokus tertuju pada kabar tentang Lunar. Ia ingin Lunar sembuh, ia ingin Lunar sehat tanpa konsumsi obat.

"Mami beliin makanan ya?"

"Gak usah, Ara aja. Ara tinggal sebentar ya, kalo ada apa-apa kabarin Ara" kata Ara

"Iya, hati-hati kamu"

Ara tersenyum seraya mengangguk. Ia tidak berniat untuk makan, hanya ingin berjalan-jalan di sekitar rumah sakit. Setelah keluar dari kamar rawat inap Lunar, Ara berjalan menuju halaman rumah sakit. Duduk di bangku taman sambil menunduk.

Berkali-kali Ara menghela nafasnya, memberi sedikit kekuatan pada dirinya agar ia tenang. Bayangan-bayangan serta memori kenangan dirinya bersama Lunar kini seolah berputar dalam ingatannya.

Flashback On

"Aya aya" panggil Lunar

"Hm?" deham Ara yang sedang menonton tv

"Laper. Masak gih" titah Lunar

Ara menoleh pada Lunar, "Siapa lo nyuruh-nyuruh gue" ketus Ara

"Yailah ntar makan berdua, buruan sana masak"

"Gak"

"Yaudah gue aja masak sendiri, gausah minta"

Lunar berdiri dari duduknya lalu menuju dapur rumahnya. Keduanya sedang berada di rumah Lunar, Ara masih fokus dengan televisi di depannya sampai pada akhirnya suara pecahan terdengar dari arah dapur. Ara segera bangkit dari sofa dan berlari ke dapur. Sesampainya di dapur, pecahan gelas bertebaran di lantai, tetesan darah juga tak luput dari pandangannya.

Dengan hati-hati, Ara menghampiri Lunar yang tengah merintih kesakitan pada jarinya. Di pegangnya jari Lunar dan di basuh dengan air.

"Kenapa bisa begini?" tanya Ara yang masih menbasuh jemari Lunar

"Kesenggol terus pecah, mau bersihin malah kena yang tajem. Berdarah deh" jelas Lunar

Ara tak menjawab. Selesai membasuh, Ara mengobati jari Lunar yang terluka.

Imbang Berbalas GXG [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang