Lima Puluh Sembilan

5.8K 374 41
                                    

5 tahun kemudian..

Dekorasi putih dan biru bersatu padu terlihat indah hari ini. Berbagai pernak-pernik turut memperindah dan mempercantik tempat ini. Tempat dimana janji suci akan terucap oleh dua orang yang saling mencintai.

Di sebuah ruangan terdapat wanita cantik dengan gaun berwarna putih. Sangat cantik. Memejamkan kedua matanya sambil terus memainkan jemarinya, ia gugup.

"Santai aja kali Ra" celetuk orang yang sedari tadi bersamanya

"Ck, lo gatau sih rasanya kayak apa" ketus Ara

"Hahaha ya ntar nyusul"

"Icaaaa, gue harus gimana? Anjir deg-deg an setengah mampus, kebelet poop" risau Ara

"Ya ke wc lah bego"

Ceklek.

Pintu terbuka, menampilkan beberapa wanita masuk dengan gaun yang tak kalah cantik. Mama Ara pun ikut masuk dan menghampiri putrinya.

"Udah siap?" tanya mama sambil meremas pelan bahu Ara

Ara mendongak melihat sang mama, rasanya ia ingin menangis sejadi-jadinya.

"Maa, Ara takut" kata Ara sambil memeluk sang mama

"Tenang, kamu pasti bisa"

"Ayo keluar, acara mau mulai" tukas Fika

"Langsung sah aja ga bisa?" tanya Ara

"Bego hahaa. Buruan lah"

Ara hanya cemberut mendengar perkataan Fika. Ia berdiri dari duduknya dan menggandeng tangan sang mama serta diikuti para sahabatnya yang menjadi bridesmaid mereka. Sesampainya di luar ruangan, Ara menggandeng tangan om nya pengganti sang papa.

Ara berusaha menunjukkan senyum terbaiknya meskipun saat ini sangat gugup, detak jantungnya sangat cepat seolah jantungnya ingin keluar dari sarangnya, rasanya ia ingin kabur saat ini juga.

Sesampainya di altar, Ara berdiri dengan tegak menunggu calon pendamping hidupnya.
Tak lama kemudian, pintu terbuka. Ara tidak berani melihat ke arah pintu, ia hanya menundukkan kepalanya. Ia semakin gugup.

Mau menghilang aja gue. Batin Ara

Degup jantung Ara semakin tidak karuan saat dirinya melihat sepasang kaki sudah berdiri di sampingnya.

Mau pingsan gue. Batin Ara

Ara mengembuskan nafasnya agar tenang, sekuat tenaga ia mendongak pada pendeta di depannya.
Ara tidak terlalu fokus pada apa yang di ucapkan oleh pendeta, hingga saatnya pengucapan janji suci di mulai.

Ara menyampingkan tubuhnya menghadap calon pendampingnya, begitu pun dengan calon pendampingnya, kini menghadap Ara.

Keduanya saling berpegang tangan dan saling menatap. Lengkungan bibir ke atas di perlihatkan satu sama lain, rasa gugup mulai berkurang. Ara lebih dulu mengucapkan janji sucinya.

"I, Adara Arundati Ghalya , take you, Azriva Shaviara, to be my lawfully wedded wife , to have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness and in health, to love and to cherish 'till death do us part. And hereto I pledge you my faithfulness."

Ara mengucapkan dengan lantang dan jelas, menekankan setiap kata dalam kalimat tersebut, tidak memalingkan pandangan dan tatapannya dari Riva.

Iya Riva, calon istrinya yang sebentar lagi sah menjadi istrinya.

Kini saatnya Riva yang mengucapkan janji suci, ia mengeratkan genggaman tangannya pada Ara. Ara tersenyum seraya menganggukkan kepalanya, menenangkan Riva dan meyakinkan bahwa ia bisa melakukannya dengan baik.

Imbang Berbalas GXG [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang