Lima Puluh Enam

4.4K 386 11
                                    

Sien Pov

Aku membuka mataku dan mendapati diriku sendiri di dalam sebuah dekapan. Dekapan hangat yang aku rindukan. Aku mendongakkan kepalaku, menatap Ara, merekam setiap inci wajah Ara agar tidak lupa.

Ku kecup bibirnya lalu mendekapnya erat, tak ingin rasanya aku melepaskan perempuan ini. Tuhan, bolehkan aku memilikinya? Hanya untukku saja. Jelas saja kau tidak boleh Sien, memangnya kau mau melihat wajah orang yang tidak mencintaimu sama sekali setiap hari? Sudah siapkah akan sakitnya setiap hari? Jelas saja aku tidak siap.

Menghirup aroma tubuh Ara adalah hal favorit untukku, klise? Adanya begitu. Aroma tubuh Ara sangat menenangkan untukku, membuatku candu ingin mengirupnya setiap saat.

Ara menggeliat kecil dalam tidurnya, aku memberi sedikit jarak untuk kami berdua. Aku memperhatikannya, hal sekecil apapun yang ia lakukan aku suka. Bahkan melihatnya berkedip saja aku suka, gila? Tidak, hanya saja aku memang suka.

Perlahan kelopak mata Ara terbuka, berkedip berkali-kali sampai akhirnya terbuka sempurna. Aku menikmatinya, menikmati kedipannya. Ia tersenyum dam menular padaku.

"Pagi" sapanya dengan suara parau khas orang baru bangun tidur

Aku hanya berdeham sambil tersenyum. Aku tidak mengalihkan pandanganku pada wajah Ara, membuat keningnya berkerut. Lagi, aku suka. Sudah ku bilang, aku suka hal kecil yang ia lakukan.

"Ada yang salah dengan mukaku?" tanyanya

Aku menggeleng sebagai jawaban. Memang tidak ada. Hanya satu yang salah dengan wajahnya, terlalu cantik. Aku masih tak mengalihkan pandanganku padanya, menatapnya hingga membuatnya salah tingkah. Lagi harus ku katakan, aku suka.

"Sienna, berhenti menatapku" katanya

"Baiklah"

Aku memutuskan kontak mata dengannya. Aku menyibakkan selimut dan menjauh darinya, duduk di tepian kasur sembari mengikat rambutku.

"Mau kemana?" tanyanya

Aku menoleh padanya.

"Memangnya aku bisa kemana selagi ada kamu?" jawabku sambil mengerlingkan satu mataku dan sukses membuatnya membisu.

Aku berdiri lalu berjalan menuju kamar mandi. Mencuci mukaku lalu menyikat gigiku. Mandi? Nanti saja kalau ingat. Selesai dengan semuanya, aku keluar dari kamar mandi dan mendapati Ara kembali memejamkan matanya.

"Kebiasaan" cibirku

Aku keluar dari kamar lalu menuju dapur. Jam 8 pagi, masih bisa untuk sarapan. Saatnya masak untuk memberi makan si beruang itu. Beruang? Ara maksudku.

Tak butuh waktu lama untukku memasak sarapan untuk kami berdua. Aku meletakkan makanan di meja makan dan bergegas membangunkan Ara.

Masuk kamar yang ku lihat adalah keadaan yang sama seperti beberapa waktu lalu ku tinggalkan. Aku mendekati Ara, membangunkannya dan hanya mendapatkan dehaman darinya. Kalau sudah begini, aku tidak punya cara lain. Aku mendekatkan wajahnya berniat memberinya kecupan-kecupan yang dapat mengganggu tidurnya. Namun tepat di depan wajahnya, aku ingat bahwa aku sudah bukan siapa-siapanya.

"Kenapa berhenti?" suara Ara menyadarkanku

Aku menjauhkan diri darinya dan menatap Ara malas. Tidakkah ia berpikir bahwa kami hanya sebatas mantan kekasih?

"Bangun. Sarapan udah siap" kataku lalu keluar dari kamar.

Aku memakan sarapanku lebih dulu tanpa menunggu Ara. Perlu kalian tahu, ia lama sekali. Sungguh, aku tidak berbohong.
Ara datang, aku hanya meliriknya sekilas. Makananku sudah hampir habis, dia baru datang.

Imbang Berbalas GXG [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang