Lima Puluh Tujuh

4.7K 366 19
                                    

"Yakin ga mau di anter?" tanya Ara

"Iyaa"

"Ko lo tega sih pulang sekarang Nar?" tanya Ara lagi

"Gue masih di Belgia kali, belum pulang ke Jerman" jawab Lunar

"Ya masa lo tega ninggalin gue sama tiga macan betina? Mana yang dua ganas lagi" kata Ara dengan memelankan suaranya

Lunar terkekeh, pasalnya yang Ara maksud ialah Anin, Riva dan Sien. Sebenarnya Lunar tidak ingin kembali ke hotelnya hari ini, namun apa daya Fani sepupunya yang merangkap sebagai dokter pribadinya memintanya untuk pulang ke hotelnya. Mau tidak mau, Lunar harus kembali.

"Santai aja. Klo lu di koyak sama mereka, hubungi gue" kata Lunar

"Udah mati bego klo di koyak" kesal Ara

"Ohh iya ya"

Ara menatap Lunar jengah. Keduanya berada di lobby apartemen Sien, menunggu Fani datang. Tangan Ara tak sedikit pun melepaskan lingkarnya pada pinggang Lunar.

Tin..tin..

Ara melihat sebuah mobil berhenti di depan mereka. Kaca mobil terbuka dan menampilkan Fani di balik kemudi.

"Ayo" ajak Fani

Lunar menganggukkan kepalanya, ia melepaskan tangan Ara yang melingkar di pinggangnya.

"Udah ya, gue pulang dulu. Klo lo di apa-apain, lo tau gue dimana. Oke?" kata Lunar

Ara menganggukkan kepalanya,

"Hati-hati" kata Ara

"Bilang sama yang nyupir haha" ledek Lunar

"Fani, hati-hati nyetirnya" pesan Ara

"Iyaa"

"Yaudah, bye jelek" kata Lunar sambil mengacak rambut Ara

Ara hanya tersenyum menanggapi perlakuan Lunar. Setelah mobil Fani meninggalkan area apartemen, Ara melangkahkan kakinya untuk kembali ke apartemen Sien.

Ara memasukkan password apartemen Sien ketika sudah sampai di depan. Pintu terbuka dan Ara segera masuk ke dalam.
Ia berjalan menuju dapur, menenggak air mineral di dalam gelas.

Sret.

Sepasang tangan melingkar pada perutnya, Ara cukup terkejut akan hal tersebut. Ia tidak tahu siapa yang memeluknya. Ia meletakkan gelasnya dan memutarkan tubuhnya.

"Riva" gumam Ara

"Hai" sapa Riva

Ara tersenyum, "Kamu udah gapapa?" tanyanya sambil menyelidik badan Riva

"Gapapa. Makanya bisa ada disini" jawab Riva sambil tersenyum

Melihat Riva tersenyum, Ara pun ikut tersenyum. Senang rasanya melihat Riva sudah pulih dan tersenyum manis padanya saat ini. Ia tak bisa pungkiri, Riva masih menduduki tahta tertinggi di hatinya. Riva yang masih memenangkan hatinya.

Ara mengusap pipi Riva, seketika itu pula rasa hangat menjalar pada tubuh Riva. Senang bisa melihat Ara kembali di depannya saat ini. Tanpa babibu, Riva segera memeluk Ara erat. Berharap bahwa perempuan di depannya ini tidak pergi meninggalkannya lagi.

"Jangan tinggalin aku lagi" pinta Riva lirih

Ara mendengar dengan jelas perkataan Riva. Ia juga tak berniat meninggalkan Riva lagi dan berujung harus melukai hati yang lain. Cukup sekali dan Ara merasa sangat bersalahnya.

"Tentu. Aku akan selalu bersamamu" kata Ara lembut

Sien keluar dari kamarnya hendak mengisi gelas dengan air, namun langkahnya terhenti saat melihat dua sejoli di depannya saling berpelukan. Sesak dan sakit, itu yang Sien rasakan. Tidak ingin berlama-lama melihat itu, Sien membalikkan tubuhnya dan segera kembali menuju kamarnya.

Imbang Berbalas GXG [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang