Empat Puluh Tujuh

4.2K 379 33
                                    

Bulan menyinari langit malam dengan indahnya, taburan bintang turut ikut menghiasi langit.
Ara terduduk di bukit yang memiliki banyak cerita dengan Riva, malam ini ia sangat merindukan Riva.

Di belakangnya ada Lunar yang duduk tak jauh dari Ara, ia mengamati Ara dan langit bergantian. Lunar mendongakkan kepalanya ke langit, melihat taburan bintang yang indah. Tanpa ia sadari, Ara berpindah ke sampingnya dan meletakkan kepala di bahunya.

"Lo ga bisa apa ga ke Jerman?" Ara membuka suara

"Engga, gua mau kesana" jawab Lunar

"Lo tega ninggalin gue?"

"Tega hahaha"

Ara hanya diam, biasanya ia akan memukul bahu atau pun lengan Lunar namun kali ini ia hanya diam. Lunar menengok pada Ara, mengusap kepala Ara lembut.

"Gue akan balik kesini" kata Lunar menenangkan

"Pasti cuma sebentar nanti disini terus nanti gue kesepian" kata Ara

Lunar hanya tersenyum, ia sudah paham betul dengan sikap Ara yang seperti ini. Ini lah alasannya kenapa ia selalu ingin berada di dekat Ara dan menjaganya. Berapa banyak pun teman yang ia punya, ia selalu merasa kesepian. Pada siapa pun yang akan pergi, ia akan selalu bilang seperti itu.

"Kan ada Ica, Putri, Fika terus tuh ada Anin atau mungkin Riva" kata Lunar

"Mau ikut" kata Ara sambil menoleh pada Lunar

"No. Disini aja, gak usah ikut" larang Lunar

"Pelit" desis Ara

"Kan udah pernah, gue di tinggalin"

"Waktu itu lo musuh gue ya"

Lunar tertawa "Kalo gitu ayo musuhan lagi, tapi kali ini gua yang ninggalin lo" kata Lunar santai

*****
Ara berjalan seorang diri dengan lesu di koridor sekolah, tak ada senyum yang tercetak pada wajah cantiknya. Dengan langkah gontai, ia memilih untuk duduk di tepi lapangan.
Matanya menyusuri keseluruhan sekolahnya, sekolahnya yang tak seharusnya ia lihat lagi setelah menerima beasiswa tersebut. Namun apa daya, ia kembali tak menuntaskan beasiswa yang di berikan untuknya.

Sekolah ini memberikan banyak kenangan baik maupun buruk. Bertemu Lunar yang dulu adalah musuhnya namun kini menjadi salah satu orang terpenting dalam hidupnya. Kembali bersatu dengan 3 sahabatnya, mengukir kembali kenangan bagi mereka berempat, bertemu sang cinta pertama lagi dan terakhir bertemu dengan Riva, gadis yang kini masih menduduki posisi teratas di hatinya.

Ara menghirup udara yang ada dan mengembuskannya perlahan. Ia menundukkan kepalanya, tersenyum tipis. Tahun yang penuh tawa dan airmata. Tanpa sadar Ara semakin tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat.

"Ra" seseorang menepuk bahunya.

Ara mengangkat wajahnya, menoleh pada sumber suara dan tersenyum setelahnya.

"Hai, Vanda" sapa Ara lembut

"Boleh duduk?" tanya Vanda

"Silakan"

Vanda duduk di samping Ara, melihat ke arah lapangan yang di penuhi siswa laki-laki yang bermain basket disana.

"Awal kita ketemu di sekolah ini, disini kan?" tanya Vanda

"Iya, lo lagi bagiin bunga" jawab Ara sambil tersenyum

Vanda pun ikut tersenyum karenanya, ia suka senyum Ara.

"Lo ngapain disini? Ko sendiri? Temen-temen lo mana?" tanya Vanda

"Ada di kelas tadi, gue suntuk di kelas jadi gue keluar. Lo sendiri ngapain?"

Imbang Berbalas GXG [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang