#SenyumMusimSemi
Rate: 15+
By Eva Liana
Part 3 Putri Ming Ji Li (3)Tahun 1384 Masehi.
Semarak bunga bermekaran di musim semi, menandai hari kelahiran Putri Ming Ji Li yang kelima belas tahun. Seperti biasa setiap tahunnya, sebagai tanda bersuka cita akan ulangtahun si bungsu kesayangan, Kaisar Ming Thai Zhu mengadakan pesta perjamuan di taman istana khusus bagi putra-putri bangsawan yang belum menikah. Momen ini tentu tak akan dilewatkan oleh anak-anak bangsawan dan pejabat yang ingin mencari jodoh.
Tentu saja Putri Ming Ji Li menjadi pusat perhatian. Sayangnya, wajah sebening giok yang menggemaskan, sudah ada yang memiliki. Dalam pesta itu, semua pemuda bangsawan menatap tunangan sang putri dengan hati bengkak karena iri.
Pangeran Kwee Siang, putra mahkota Kerajaan Yuan yang keelokannya bersinar, saat itu duduk berhadapan dengan Putri Ming Ji Li. Pasangan yang sangat serasi. Memukau banyak mata. Dengan keindahan seperti lukisan hidup yang sempurna, seakan-akan bukan makhluk dari dunia fana.
Namun, Putri Ming Ji Li kali ini tak banyak tersenyum seperti biasanya. Sesuatu merusak hatinya. Itu gara-gara malam tadi, saat makan malam bersama keluarga, ayahandanya mengumumkan bahwa usianya telah cukup untuk menikah.
Pangeran Kwee Siang, tunangannya sejak kecil, telah menunggu lama. Di balik itu, situasi politik luar negeri membutuhkan stabilitas dalam negeri. Kerajaan Yuan adalah wilayah bagian Kerajaan Ming.
Penting untuk menjaga hubungan baik dengan Yuan yang sebelumnya sangat susah ditaklukkan.
Malangnya, seluruh keluarga besar istana mendukung keputusan ayahnya. Hanya ibunya, Ratu Guo Siauw Ing yang tak memberikan pendapat apa-apa. Tentu saja. Ibundanya selalu tunduk pada titah ayahanda.
Putri Ming Ji Li bukannya tak suka pada Pangeran Kwee Siang. Akan tetapi, berpikir bahwa setelah menikah, harus mengikuti suami untuk menjadi putri mahkota di Kerajaan Yuan, membuatnya gundah. Ia belum puas bermanja dengan keluarga di istananya sendiri. Walaupun besar keinginan untuk diakui, tetapi sifat kekanak-kanakannya masih mendominasi. Tak peduli semua pendidikan yang telah dijalani sebagai persiapan untuk menjadi permaisuri Yuan. Itu takkan mengubah sifat keras kepala, manja dan jiwa bebasnya.
Pangeran Kwee Siang yang lemah lembut dan peka, tak pernah tahan jika menyaksikan bibir mungil Putri Ming Ji Li cemberut. Hatinya merasa kurang nyaman. Suasana pesta perjamuan meredup kehilangan keceriaan sang putri. Beberapa teman dekat Putri Ming Ji Li pun segan menghampiri saat menemukan tampang angker gadis itu.
"Tuan Putri." Dayang Yun Hwa yang setia di sisi sang putri, berbisik. Merasa kasihan melihat kegelisahan Pangeran Kwee Siang yang dicuekin sedari tadi.
Putri Ming Ji Li hanya mengangkat sebelah alisnya. Pura-pura tidak paham isyarat dayangnya.
"Yang Mulia Kaisar akan sangat kecewa jika mendengar kabar bahwa putri kesayangannya tidak bahagia di pesta ulangtahun yang telah disiapkan beliau." Sang dayang membujuk. Ia tahu, sang putri sangat segan pada ayahnya.
Mendengar itu, Putri Ming Ji Li tersadar. Membayangkan hukuman kurung di perpustakaan, membuatnya cepat mengubah sikap duduknya yang semula bermalas-malasan. Punggungnya tegak dan anggun. Bibirnya melengkung, membentuk senyum menawan.
Pangeran Kwee Siang sejenak tak mampu mengucapkan apa-apa, saking terpesonanya melihat senyum pertama sang putri setelah sekian lama merengut sepanjang pesta.
"Pangeran, maafkan saya yang kurang sopan." Putri jelita itu sedikit menundukkan kepala. "Pikiran saya sedang dipenuhi sesuatu."
"Apakah Anda berkenan membaginya?" sahut Pangeran Kwee Siang cepat.

KAMU SEDANG MEMBACA
SENYUM MUSIM SEMI
Historical FictionSebuah jebakan licik, mempertemukan Gak Cin Lee, seorang pendekar sedingin salju, dengan Ming Ji Li, putri Kaisar Ming Thai Zhu yang manja dan arogan. Tekanan fitnah politik memaksanya menerima ikatan pernikahan dengan sang putri. Padahal ia memilik...