Tak Bisa Memilih (2)

173 21 4
                                    

Sementara itu, paras tampan Cin Lee tampak biasa saja. Ia sudah terbiasa bergaul dengan tokoh-tokoh persilatan yang bebas dan terbuka menyatakan isi hati. Bahkan ia menganggap pembicaraan itu hanya gurauan belaka saja.

Akan tetapi, anggapannya ternyata salah, karena tiba-tiba Yong San menembaknya dengan pertanyaan telak.

“Masalah cocok tidak cocok ini, agaknya tak bisa dikira-kira. Baiknya kita tanyakan saja langsung ke orangnya! Cin Lee, perkara inilah sebenarnya yang sudah lama ingin kubicarakan denganmu. Tadinya, aku ingin menunggu kedatanganmu di Tai-goan. Akan tetapi, tampaknya sekaranglah saat yang tepat. Harap jawablah yang tegas. Siapa yang kau pilih sebagai jodohmu di antara tiga gadis ini. Souw Lian, Kim Hong atau Ciauw Si?”

Hampir kram jantung Cin Lee diserang pertanyaan gurunya. Untuk sesaat ia terhenyak. Tiga orang di depannya tampak serius dan tegang menanti jawaban.

Samar-samar ia melihat bayangan dua orang gadis di ambang pintu kamarnya. Dua orang gadis yang sangat sabar dan telaten merawatnya siang dan malam. Akhlak mereka tiada cela, kecantikannya juga sempurna. Tak ada yang kurang.

Sedangkan murid Yok Sian bernama Kim Hong, Cin Lee belum pernah berjumpa dengannya. Namun Yok Sian suka bercerita tentang muridnya itu. Kim Hong tergambar sebagai sosok cantik yatim piatu, sangat lembut, penyayang, dan suka menolong.

Cin Lee tidak menyukai kondisi ini. Akan tetapi, seandainya ia bisa memilih, gadis mana yang layak dinikahi olehnya, maka mungkin ia akan memilih Aisha, gadis lembut bermata telaga itu.

“Shifu, apakah ini pertanyaan serius? Kalau serius, mengapa menanyakan hal, yang seakan-akan adik-adik bertiga itu akan suka berjodoh denganku?” Cin Lee berusaha berkelit.

“Cin Lee, tak perlu berbelit-belit. Kami adalah wali yang mewakili hati mereka. Sudah jelas? Sekarang, jawab saja,” sahut Yok Sian tenang.

Sudah jelas. Cin Lee membatin gugup. Kelimpungan mencari jawaban yang bisa menenangkan hati semua orang. Rasanya lebih siap bertarung melawan satu pasukan musuh ketimbang ditodong dengan pertanyaan begini dari tiga lelaki paling berjasa dalam hidupnya. Tetapi diakuinya, situasi saat ini jauh lebih ringan dibandingkan tekanan dari Kaisar Ming Thai Zhu. Ia tak seberapa terdesak. Hanya merasa kurang nyaman oleh hutang budi.

Gu San nampak menatapnya harap-harap cemas.

“Souw Lian-sumoi, adik Ciauw Si dan ... Nona Kim Hong sama-sama baik. Mohon maaf, aku tak sanggup jika harus memilih salah satu,” akhirnya Cin Lee berhasil memberikan jawaban diplomatis.

Hening sesaat.

Mendadak, dua gadis cantik di luar kamar, beriringan masuk dengan kepala menunduk dan pipi kemerahan.

“Lee-suheng,” sapa Souw Lian sambil mengangkat muka, menatap mesra. Tapi kemudian menunduk tak tahan saat bertemu pandang dengan mata elok Cin Lee yang bersinar tajam.

Yong San geleng-geleng kepala melihat kelakuan cucunya yang malu-malu. Padahal biasanya Souw Lian pemberani, lincah dan blak-blakan.
Ciauw Sie sendiri tampak diam dan gugup tak bergerak-gerak seperti patung beku.

“Maaf, Kakek, izinkan aku mewakili untuk bicara langsung pada Lee-suheng,” Souw Lian membuang sungkannya. “Kami berdua tadi telah bersepakat,” lanjutnya tanpa mengangkat muka. “Kami sudah berteman, lalu bersahabat dan akhirnya sudah seperti saudara, selama hampir lima bulan ini. Juga telah terbiasa merawat Lee-suheng bersama-sama. Sungguh egois jika hanya satu di antara kami yang harus dipilih. Maka dari itu ...,” Souw Lian saling lirik dengan dua orang sahabatnya. “Kami memutuskan untuk ... mengajukan diri kami berdua.”

Cin Lee hampir pingsan. Serasa ingin benturkan kepala ke tembok berkali-kali. Arus darahnya sesaat membeku hingga tubuhnya terasa dingin. Apa-apaan ini? Seru hatinya. Beginikah jika sedikit saja dekat dengan wanita? Padahal aku tak pernah memberikan harapan apa-apa!

SENYUM MUSIM SEMI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang