Siasat Kotor

214 22 0
                                    

Mendadak terdengar suara riuh derap kaki kuda, disusul dengan melesatnya beberapa bayangan ke depan Ming Ji Li.

“Hihi, Putri cantik, akhirnya kami menemukanmu.” Tiba-tiba terdengar suara tawa mengikik.

Seorang wanita cantik berusia sekitar tiga puluhan, tiba-tiba telah berada di situ. Pakaiannya dari sutra halus serba merah. Menebar wangi bunga yang lembut. Tangannya memegang sehelai kipas bulu yang indah.

Di samping kiri dan kanannya berdiri empat orang laki-laki berpakaian mewah dengan senjata masing-masing di tangan. Puluhan pasukan berkuda muncul di belakang mereka.

Awalnya si wanita hanya melirik pada pemuda di pangkuan Putri Ming Ji Li.  Namun matanya melebar saat mengenali sosok lemah itu.
“Pangeran terluka?” desahnya, berbinar suka cita.

Ekspresi dan nada suara itu tak luput dari pengamatan Ming Ji Li yang jeli. Dadanya mendesir curiga.

“Bagus!” Wanita itu bertepuk tangan dengan seringai jahat. “Kita tak perlu susah payah lagi. Mari, Tuan Putri, tinggalkan Pangeran Gak ...! Kami antarkan kembali ke istana. Di bawah pengawalan kami, Tuan Putri dijamin selamat selama di perjalanan hingga tiba ke tujuan!” Wanita baju merah itu lalu menjura setengah membungkuk sopan.

Putri Ming Ji Li terlonjak. Sepasang mata indahnya terbelalak lebar.
Gak Cin Lee terkejut pula. Ia ingin segera bangkit, namun tubuhnya terlalu lemah, sehingga terpaksa meraih bahu Ming Ji Li sebagai sanggaan.

“Siapa? Siapa kalian?!” bentak Ming Ji Li seraya bersiaga.

“Aih, aih, hihik, ampun, Tuan Putri manis, maaf, kami lupa memperkenalkan diri. Aku Si Dewi Kipas, dan di sampingku ini adalah saudara-saudara seperguruanku.

Kami mendampingi pasukan kerajaan untuk membantu mencari Tuan Putri. Kami dengar kabar, Anda ada di sini. Jadi kami segera menuju kemari.” Dewi Kipas menjelaskan sambil senyum-senyum palsu.

Putri Ming Ji Li memperhatikan puluhan prajurit berkuda dengan seragam khas militer kerajaan Ming. Ia mengerutkan kening. Mereka jelas-jelas pasukan kerajaannya. Tapi mengapa dipimpin lima orang yang bukan dari militer?

Gadis cerdas ini pun segera teringat ucapan Cin Lee malam tadi. Hidup di tengah intrik istana juga telah membuatnya sadar bahwa dalam tubuh militer kerajaan telah terjadi persaingan terselubung. Ada pihak yang sengaja merangkul kalangan jianghu untuk memperkuat kedudukan. Entah pihak mana.

Rumor yang ia dengar, anak-anak angkat Jenderal Lan Yu aktif menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh sesat. Ia harus waspada. Apalagi setelah penculikan dirinya oleh dedengkot Hek-i-pang. Dirinya benar-benar sedang diincar banyak pihak.

“Saya akan menunggu Kim-i—wi.” Ming Ji Li menegakkan dagunya.

”Ah, Tuan Putri ...,” Dewi Kipas menampakkan ke- sungguhan. “Sang kaisar sangat mencemaskan Anda. Semua orang dikerahkan untuk mencari Anda. Selama dua hari ini kami terus menerus menyelidiki, dan akhirnya salah seorang anak buah kami berhasil mencium jejak Anda.”

Wanita cantik pesolek ini melangkah maju, mengulurkan tangannya.

“Mari, Putri, kembalilah ke istana bersama kami.”

Putri Ming Ji Li merandek.

“Tidak. Saya hanya akan kembali bersama Kim-i-wi,” tegasnya dengan tatapan curiga.

Dewi Kipas tertawa kecil. Teman-temannya tampak tersenyum-senyum.

“Putri, kami mengemban titah langsung dari Kaisar. Mohon bekerjasamalah!”

Hati Ming Ji Li sendiri semakin curiga. Bagaimana mungkin ayahnya menurunkan dobel perintah?

Dewi Kipas menggoyang-goyangkan tangannya. Salah seorang kawannya lalu bertepuk tangan tiga kali. Beberapa orang di belakang mereka mendekat. Menggotong sebuah tandu.

SENYUM MUSIM SEMI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang