Mabuk Kepayang

169 18 0
                                    

Sukar dipercaya, ada seorang gadis dengan kecantikan tanpa cela seperti ini. Gerak geriknya sangat memikat. Bahkan saat meludah pun, tetap menawan.

Can Liong adalah pemuda tampan yang memiliki segudang pengalaman dengan wanita. Namun, baru kali ini ia merasakan getaran memabukkan yang membuatnya kehilangan kontrol diri.

Malam itu ia mondar mandir gelisah dalam kamarnya. Makan tak enak, tidur pun tak nyenyak. Bayangan paras jelita Putri Ming selalu datang mengganggu. Merusak nalarnya begitu saja, langsung pada pandangan pertama.

Gadis berwajah selembut bayi itu membangkitkan kasih sayang yang begitu besar. Mata kebiruannya menyihir jiwa, membuatnya betah berlama-lama memandangnya.

Sayang sekali, gadis itu sudah menikah. Sebejat apapun moralnya, Can Liong paling pantang menjalin hubungan dengan istri orang.
l
Bagaimanapun caranya, ia harus memaksa pendekar she-Gak itu untuk menceraikan Putri Ming.

Rencana A telah berubah ke rencana B. Rencana B akan digesernya ke rencana C. Awalnya, ia dan rekan-rekannya berencana membunuh Gak Cin Lee.

Jebakan-jebakan mematikan pun dipasang di sekeliling bukit. Tapi ternyata Cin Lee cukup tangguh menghindari semua perangkap rahasia.

Tiga puluh anggota terbaik Hek-i-pang lalu dikerahkan. Akan tetapi, alangkah mengejutkan. Pemuda itu ternyata tidak mudah dilumpuhkan. Bahkan anak buahnya malah berjatuhan. Can Liong merasa sangat jerih. Racun asap pun tak bisa digunakan untuk melumpuhkan Gak Cin Lee karena tidak efektif di tempat terbuka.

Rencana bergeser ke B. Membujuk Cin Lee bekerjasama, dengan Putri Ming sebagai sandera.
Akan tetapi, semenjak ia melihat dan menculik Putri Ming, perasaannya jadi tidak karuan. Maka rencana C berlaku. Ia menyertakan surat cerai itu dalam perjanjian.

Perwira Pouw sempat keberatan. Namun, Can Liong berhasil meyakinkan bahwa hasratnya ini tidak akan mempengaruhi rencana keseluruhan.

Dapat dibayangkan, betapa resah hatinya saat pendekar muda itu tiba-tiba minta waktu berpikir. Tatkala laporan disampaikan, Perwira Pouw malah senang. Berharap Cin Lee benar-benar bisa diikat dalam barisan mereka.

“Fokuslah!” pinta sang perwira saat ditemui tengah malam di tempat rahasia. “Surat cerai itu tak berguna. Kalau pendekar itu tak sudi mendukung kita, tinggal dibunuh.”

“Bagaimana kalau dia menyepakati kerjasama?” Can Liong ketar ketir.

Perwira Pouw tak menanggapi. Malah menyandarkan punggungnya dengan santai. Ia sedang membutuhkan bantuan dan dukungan sebanyak-banyaknya dari siapapun. Sikap serakah Can Liong terhadap wanita, bisa mengacaukan rencana.

“Tuan Perwira, Pangcu kami sudah jatuh cinta pada tuan putri,” jelas Yo Jin tiba-tiba.

Perwira Pouw menampakkan ekspresi dingin.

“Satu batalyon pasukan elit kekaisaran saat ini sedang mencari Ming-gongzhu. Razia dilakukan di tiap perbatasan wilayah. Sedikit saja lengah, maka tujuan kita hangus dalam sekejap. Ingat! Putri hanyalah umpan. Selama tujuan kita tercapai, terserahlah. Aku tak perlu mengurusi hal remeh temeh begini. Pastikan dukungan dari pendekar muda itu, atau lenyapkan dia."

“Jika Ming-gongzhu menjadi istri saya, bukankah itu akan menguntungkan? Klan kekaisaran akan berpihak pada kita,” ungkap Can Liong antusias.

“Tak sesederhana itu.” Perwira Pouw kerutkan alisnya.

Can Liong tampak tak puas. Tetapi segan mendebat lagi karena sekutunya kelihatan tidak senang.

Pertemuan berakhir tanpa isyarat jalan mulus bagi Can Liong untuk memenuhi hasratnya. Sebagai putra dari salah satu sekte yang ditakuti di jianghu, tentu saja arogansinya tak mengizinkan dirinya diatur-atur orang seenaknya. Alur politiknya yang pendek dan dangkal, membuatnya diam-diam tetap bertekad untuk menjalankan rencana C. Bergabung atau tidak, Cin Lee tetap harus menceraikan Putri Ming Ji Li.

Can Liong belum menyadari, konsekuensi sebesar apa yang akan ditemui saat ia memaksakan keinginan. Andai ia tahu betapa mengerikan kekuatan yang bakal melindasnya, maka ia tak akan berani berangan untuk memperistri bunga terindah di istana itu.

Pada saat rencana Can Liong tertangkap oleh telinga Jenderal Lan Feng, atasan Perwira Pouw, maka orang itu menjadi sangat murka.

“Perusak!” geram Jenderal Lan Feng seraya menggebrak meja kayu di depannya. “Segera urus orang-orang itu!”
Perwira Pouw dan seluruh timnya segera memahami maksud perintah tersebut.

✿✿✿

Pagi-pagi sekali, Can Liong sudah nangkring di depan kerangkeng yang mengurung tuan putri.

“Selamat pagi, Bidadari,” sapanya dengan tatapan memuja.

Putri Ming Ji Li serasa ingin meludahinya lagi.

“Gak Cin Lee sudah tertangkap. Dia masuk perangkap kami. Bodoh sekali.” Can Seng tersenyum.

Gadis imut di depannya tersentak.

“Kalau Tuan Putri masih menginginkan Gak-taihiap menghirup udara pagi ini, bantulah dia.”

Putri Ming Ji Li mendekatkan mukanya pada jeruji besi.

“Kau .... Apa yang kau lakukan padanya?” tanya sang putri cemas. Terlepas dari sikap dinginnya, Cin Lee adalah orang baik yang sudah menolongnya berkali-kali. Jadi wajar jika ia merasa berhutang budi dan mengkhawatirkan pemuda itu.

“Hanya sedikit tekanan.” Can Liong memberatkan dan merendahkan suaranya, sehingga Putri Ming Ji Li makin gelisah. “Tekanannya akan melonggar jika putri menyanggupi sesuatu.”

“Kau memang pantas diludahi!” umpat Putri Ming Ji Li sengit.

Can Liong terpesona. Sang putri tambah menarik jika marah-marah. Mata birunya berkilauan dan pipi ranumnya memerah. Pagi terasa segar oleh pemandangan ini. Ia lalu menyodorkan sehelai kertas dan pena.

"Saya akan memerintahkan pembebasan Gak Cin Lee jika Anda bersedia bercerai darinya. Ini surat pernyataannya. Harap ditanda-tangani segera.”

Putri Ming Ji Li merampas kertas itu dengan kasar. Membacanya cepat-cepat.

“Bagaimana aku bisa percaya padamu?”

“Bubuhkan saja tanda-tangan di situ. Gak Cin Lee akan bebas. Dan segera setelah ini, Anda akan melihatnya.”

“Lalu aku?”

“Putri akan menjadi istri saya.” Can Liong tersenyum seraya menunduk takzim.

Putri Ming Ji Li mendadak mual. Tanpa pikir panjang, surat itu langsung ditanda-tangani. Kemudian dilempar keluar jeruji begitu saja.

“Lebih baik aku dipenjara seumur hidup daripada jadi istri penjahat sepertimu!” dengus gadis bangsawan itu sambil menjauh. Lalu memutar tubuh menghadap tembok. Surat itu tak ada artinya. Semenjak dijebak oleh Hek-i-pang beberapa bulan lalu, ia tak pernah percaya mereka lagi sedikit pun. Namun, ia juga tak bisa memikirkan cara bebas dari tempat ini. Bahkan Cin Lee pun ikut tertawan. Hatinya gemuruh oleh do’a. Semoga ada jalan keluar bagi mereka.

✿✿✿

SENYUM MUSIM SEMI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang