"Cin Lee," Jenderal Gak Bun menyapa cucunya di meja makan pagi itu. Tampak sangat serius. "Hongwu ingin sekali berjumpa denganmu."
Cin Lee menghentikan makannya sebentar. Tapi tak mengeluarkan tanggapan.
"Aku akan mendampingimu menghadap Hongwu."
"Baik, Kong-kong," sahut si anak muda, patuh.
Paman dan bibinya mengajaknya bercakap-cakap sepanjang acara makan pagi. Bertanya-tanya mengenai kehidupannya dan pengalamannya di dunia jianghu.
Usai acara keluarga pagi itu, Jenderal Gak Bun berangkat bersama Gak Cin Lee untuk menghadap Kaisar Ming Thai Zhu.
Sang kaisar tampak tenang dan dingin tatkala menyaksikan pemuda itu datang menghadap dalam keadaan segar bugar.
"Zhen sangat bersyukur karena ternyata Tuhan masih melindungimu. Zhen juga berterima kasih sekali karena pengorbananmu demi melindungi putriku," kata kaisar yang obyektif ini. "Mohon dimaafkan kekasaran sikap zhen selama ini. Zhen telah salah menilai orang," cetus sang kaisar, tanpa ekspresi.
Cin Lee hanya mengangguk pelan. Raut mukanya tak berubah. Masih menyimpan ketidaksenangan dalam hati. Namun diam-diam menyesali sikap buruk sangka terhadap mertuanya ini. Ia pernah mengira pasukan yang menyerangnya dulu benar-benar atas perintah sang kaisar. Ternyata itu manipulasi segel yang dilakukan Jenderal Lan Feng untuk merebut Putri Ming Ji Li.
"Sekarang, katakan saja. Dengan cara apa zhen harus membalas budimu?" Suara kaisar terdengar terlalu lunak.
Semua mata pejabat menatapnya iri. Sungguh keberuntungan luar biasa. Pemuda itu laksana kejatuhan matahari. Sudahlah menikahi putri tercantik di kerajaan Ming, mendapat anugerah memilih hadiah sesuka hatinya pula!
Namun Cin Lee justru merasakan keanehan. Instinknya menangkap ancaman. Ia menepis kecurigaan dengan senyum tipis. Lalu menggeleng pelan.
"Ampun, Yang Mulia. Hamba tak memerlukan apa-apa."
Hongwu tiba-tiba tertawa sarkas. Mengerutkan jantung semua pejabat yang hadir. Mereka mengenal nada tawa itu. Bukan pertanda sukacita. Melainkan horor kemarahan yang biasanya berujung hukuman mati.
Kaisar tegas dan diktator sejati ini lalu berjalan menuruni singgasana. Udara mulia sekaligus menakutkan berputar mengitarinya. Cin Lee tiba-tiba merasa dingin melingkup sekujur tubuh.
"Semua orang mengira kau sudah mati." Suara sang kaisar berat, penuh tekanan.
"Hamba diselamatkan oleh beberapa tokoh jianghu." Pemuda itu menunduk. Berusaha meraba ke arah mana maksud kalimat Kaisar Ming. Mungkinkah ayah mertuanya ini heran dan penasaran atas kegagalan misi pasukannya?
"Separah apa lukamu sehingga sampai-sampai tak sempat memberi kabar berita selama satu tahun ini?!"
Pendengaran Cin Lee laksana disambar halilintar. Kesadaran menghantam benak. Ulu hatinya seketika tertusuk pisau sesal dan perasaan bodoh. Mengapa ia tak pernah terpikir sampai ke sana? Ia terlampau larut menikmati keheningan Pulau Yingjun dan asyik bertualang hingga melupakan tanggungjawabnya!Detik itu juga, Cin Lee serasa ingin membenamkan tubuhnya ke dasar bumi.
"Kau tak berharga untuk putriku!"
Plakk!!
Satu tamparan keras menderu. Meninggalkan lima jejak lima jari merah di pipi putih pemuda tampan itu. Cin Lee terjajar mundur. Darah mengucur dari ujung bibir yang sobek.
Pemuda itu berdiri diam. Menunduk. Pedih dan pedasnya tamparan itu menyengat sampai ke jantung hati.
"Aku memintamu untuk bertanggungjawab melindungi putriku! Tapi kenyataannya apa? Kau tinggalkan Sian Li-ku hingga ia diculik berkali-kali!"
Sepasang kaki Gak Cin Lee menjadi lemas oleh emosi bercampur aduk. Ia jatuh berlutut di luar kuasa.
Guo-huang-guifei terisak menangis. Ratu kedua Kerajaan Ming ini tampak lebih kurus. Ia menghampiri Cin Lee dengan wajah pucat pasi dan airmata bercucuran.
"Bengong tak bisa memaafkanmu bila terjadi sesuatu pada putri."
Suasana menjadi sunyi. Cin Lee membisu seribu bahasa. Tak mampu mengeluarkan suara sepatah kata pun.
"Mohon maaf, Kanda Kaisar. Izinkan dinda bicara." Suara lembut Ratu Ma laksana denting harpa yang merdu memecah keheningan.
Kaisar mengangguk-angguk sambil memberi isyarat izin dengan tangannya.
Ratu Ma menatap pemuda di depannya dengan tajam.
"Bengong hanya ingin meluruskan kesalahpahaman. Setahun silam, kabar tewasnya dirimu sampai pada kami. Penyelidikan telah dilakukan. Terbukti yang melakukan kejahatan adalah Jenderal Lan Feng dan kroninya, dengan memalsukan titah kaisar."
Cin Lee menunduk semakin dalam. Pikirannya makin lama makin jernih. Makin menyadari mispersepsinya terhadap kaisar.
"Akan tetapi, timbul pertanyaan, mengapa kau menyembunyikan diri dan membiarkan kami salah paham? Satu tahun bukan waktu yang singkat." Paras anggun Ratu Ma lebih serius. "Ini bukan kesalahan kecil."
Jenderal Gak Bun terperanjat. Langsung berlutut dengan wajah pucat.
"Harap ampunkan cucu kami!"
"Ratu Ma benar," dengus kaisar. Muram. "Zhen bermaksud menghukum mati cucumu. Tapi zhen tak sampai hati karena teringat bahwa dia adalah suami Li-jie."
"Paduka sangat pemurah. Mohon hukum cucu hamba!"
Kaisar memutar tubuh, berjalan kembali ke singgasananya.
"Dia akan merasakan hukumannya setelah menemukan putriku." Orang nomor satu di Kerajaan Ming ini kemudian menudingkan telunjuknya ke depan Cin Lee. "Pergi! Cari Putri Ming Ji Li! Jika kau temukan, entah apakah dia masih sudi mengakuimu sebagai suami! Kau harus minta hukuman padanya!" titahnya.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/113115724-288-k410246.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SENYUM MUSIM SEMI
Historical FictionSebuah jebakan licik, mempertemukan Gak Cin Lee, seorang pendekar sedingin salju, dengan Ming Ji Li, putri Kaisar Ming Thai Zhu yang manja dan arogan. Tekanan fitnah politik memaksanya menerima ikatan pernikahan dengan sang putri. Padahal ia memilik...