Tak Adakah Cinta Untukku?

174 27 6
                                    

Brakkk!!

Suara gelegar menyertai rengkahnya dinding-dinding marmer penyangga pintu. Pintu bajanya sendiri langsung somplak dan terlempar jauh.

Kiok Bi melayang masuk masih dengan tangan kemerahan. Alangkah murkanya ia karena tak menemukan seorangpun di ruang altar tersebut!

Matanya dilayangkan ke sekeliling ruangan. Kali ini, rasionya sudah mati. Akalnya tak berjalan lagi.

“Kian Bu, jangan menghindariku!” lengking suaranya menggema di ruangan kosong tersebut.

Cin Lee memperhatikan gerak gerik perempuan muka pucat itu dari balik kursi besar yang tadinya akan dijadikan pelaminan pengantin Kiok Bi. Dahinya mengucurkan peluh dingin. Berkali-kali terpaksa meneguk ludah untuk membasahi tenggorokannya yang kering.

Ia mengamati lubang cahaya. Melihat perubahan langit. Gelapnya malam mulai ungu. Pertanda waktu subuh telah tiba. Sepasang fungsi telinganya dipertajam untuk menangkap suara sehalus apapun.

Putri Ming Ji Li masih tergeletak pingsan di sampingnya.

Kiok Bi melotot ke arah kursi besar pelaminan. Kakinya terayun mendekat. Akan tetapi, mendadak terdengar suara hiruk pikuk dari atas. Langkahnya sontak diurungkan.

Suara benturan benda keras menumbuk langit-langit istana, terdengar berulangkali di beberapa titik. Kiok Bi mendongak sambil menyipitkan matanya. Tiba-tiba tubuhnya melayang dan sepasang tangannya terulur ke atas.

Satu pukulan hebat membuat langit-langit itu jebol. Terbentuklah lubang besar menganga. Perempuan muka pucat itu pun berkelebat seolah terbang di antara serpihan-serpihan bebatuan dan tanah yang berguguran. Tubuhnya menerobos lubang di langit-langit yang barusan dibuatnya.

Ia seketika berhadapan dengan puluhan penduduk desa yang sebagian sibuk menumbuk-numbuk makam dengan batu besar.

“Apa yang kalian lakukan terhadap makam keluargaku?!” teriak Kiok Bi sakit hati, di tengah remang-remang langit subuh.

Seorang gadis berpakaian putih tambal-tambalan maju ke depan.

“Kaukah hantu pembunuh itu? Hantu penunggu sungai?!” bentaknya sambil mengacungkan tongkat.

Kiok Bi tertawa, dengan lengkingan yang bikin merinding siapapun pendengarnya.

“Itukah julukanku sekarang? Hikhik, hebat sekali!!” jawabnya setelah puas tertawa.

Souw Lian melintangkan tongkat di depan dada. Kakek Yong San melompat mendampingi cucunya.

“Kami sudah lama mencurigai dan menyelidiki tempat ini! Dan sejak tadi malam, mendengar suara-suara dari makam ini! Maka kami putuskan untuk membongkarnya!” seru Souw Lian dengan sikap siaga.

“Lancang!” pekik Kiok Bi.

Tepat pada saat itu, Cin Lee melesat menerobos lubang sambil memanggul tubuh Putri Ming Ji Li. Mendarat tepat di belakang tubuh Kiok Bi.

“Suheng!” Souw Lian berteriak memanggil.

Teriakan Souw Lian membuat Kiok Bi waspada. Entah kapan melesatnya, tahu-tahu tubuhnya telah menghadang Cin Lee. Tangannya terulur, siap merenggut Ming Ji Li .
Cin Lee terkejut bukan main. Pesan dari Kaisar Ming, mertuanya, berkelebat begitu saja di benaknya.

“Kugantungkan seluruh  tanggungjawab untuk menjaga Ming Ji Li kepadamu! Lindungi dia!”

Segesit burung walet,  pemuda ini berkelit untuk melindungi Ming Ji Li.
Kiok Bi kian terbakar api cemburu.

“Ternyata kata-kata Wan-momo betul! Kau memang penjahat wanita!” teriaknya melengking dengan khikang.

Orang-orang kampung yang tak menguasai tenaga dalam tangguh, merasa gendang telinga pekak seakan mau pecah, dada seperti dihantam kekuatan tak nampak. Pekik jerit mengudara seiring tumbangnya tubuh mereka.

SENYUM MUSIM SEMI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang