By Eva Liana
Cahaya mentari membayang, menenggelamkan malam. Rombongan Kakek Yong San bersiap-siap melanjutkan perjalanan.
Tiba-tiba terdengar bentakan-bentakan nyaring. Disusul munculnya dua puluh orang berpakaian seragam khas pasukan elit intelijen kerajaan.
"Berhenti!"
"Bekerjasamalah! Jangan lari!"
Kakek Yong San, Souw Lian, Sian Li dan Cin Lee terkurung dalam kepungan rapat.
Seorang perempuan cantik berusia sekitar tiga puluh lima tahun, melayang ke hadapan mereka. Pakaiannya dari sutra brokat keemasan yang elegan.
"Yong San-locianpwee!" seru wanita tersebut sambil menjura. "Maaf. Aku menerima laporan dari intelijen, bahwa pemuda di sampingmu ini," wanita itu menuding ke arah Gak Cin Lee dengan tatapan berapi, "adalah penjahat pemetik bunga yang telah mengganggu putriku! Dia Gak Cin Lee, bukan?!"
"Ibuuu ...?" Putri Ming Ji Li terpekik lirih, mengenali wanita tersebut.
Wanita jelita itu tertegun. Sorot matanya tajam meneliti sosok langsing dengan caping lebar dan muka tertutup pupur lumpur yang memanggilnya ibu.
Ming Ji Li segera melemparkan capingnya. Kemudian menyapui wajahnya dengan sapu tangan, sehingga lumpur yang belepotan sedikit tersingkir. Cahaya parasnya menyeruak meski tak sempurna. Namun itu sudah cukup bagi si wanita untuk mengenali anaknya.
"Zhu Sian Li ..., anakku sayang!" Guo Siauw Ing berseru, kaget bercampur haru. Ia bergegas merangkul putrinya erat-erat.
"Ibu ...," suara gadis itu melemah. Mendadak lemas. Jatuh tak sadarkan diri. Guo Siauw Ing pucat dan panik. Gemetar memeriksa kondisi putrinya. Tersedu-sedu mendapati Ming Ji Li begitu kurus dan pucat. Agaknya gadis itu pingsan oleh tekanan batin yang kuat.
Istri kedua Kaisar Ming ini memanggul tubuh putrinya dengan hati tidak karuan. Lalu menghadapi Yong San dan dua muridnya.
"Yong San-locianpwe dari Pek-i-kaipang, tentunya masih ingat diriku!" serunya.
"Tentu saja, Huang-guifei, Yang Mulia!" Si Kakek membungkukkan tubuhnya penuh penghormatan. Souw Lian mengikutinya. Sedangkan Cin Lee menunjukkan sikap hormat secukupnya.
"Mengapa Locianpwee ada bersama penjahat ini?!" Suara Guo Siauw Ing terdengar tegas berwibawa.
"Ampun, Paduka Yang Mulia. Sudilah kiranya untuk mendengarkan penuturan hamba. Ada kesalahpahaman besar." Yong San berusaha menjelaskan. Sementara Cin Lee menunduk di sampingnya dengan hati gelisah tidak karuan.
"Hem," Guo Siauw Ing yang cerdik, kerutkan keningnya. "Kesalahpahaman bagaimana?"
"Sesungguhnya tiada terjadi apa-apa antara Gak Cin Lee muridku ini dengan Tuan Putri. Dia hanya difitnah."
Guo Siauw Ing menatap dengan penuh selidik. Sudut hatinya agak berharap-harap cemas. Jika benar tak terjadi apa-apa, mengapa putrinya sampai jatuh pingsan begitu berjumpa dengannya?
"Tolong segera ceritakan padaku, Locianpwee," desak wanita cerdik ini.
Yong San melirik sosok di sampingnya. Rasa segan dan jengah membayang di paras Cin Lee. Kepala anak muda itu kian dalam tertunduk. Yong San maklum. Lalu memutuskan untuk bercerita secara singkat sambil memperkenalkan muridnya itu pada istri kaisar.
Kening Guo Siauw Ing berkerut-kerut berpikir usai menyimak kisah Yong San. Kakek hebat itu dikenal sebagai orang lurus dan terpercaya, tak mungkin berbohong. Mata bagusnya yang diwariskan pada Ming Ji Li tampak melebar memperhatikan Gak Cin Lee. Ia menemukan sepasang mata bening yang berkilat tajam, menandakan pemiliknya adalah seorang yang "berisi".
![](https://img.wattpad.com/cover/113115724-288-k410246.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SENYUM MUSIM SEMI
Ficción históricaSebuah jebakan licik, mempertemukan Gak Cin Lee, seorang pendekar sedingin salju, dengan Ming Ji Li, putri Kaisar Ming Thai Zhu yang manja dan arogan. Tekanan fitnah politik memaksanya menerima ikatan pernikahan dengan sang putri. Padahal ia memilik...