Baekhyun tak membiarkan Ara mengisi harinya dengan kegiatan apapun yang berpotensi melelahkannya, bahkan jika hanya untuk bebersih atau memasak.
Jika bicara soal hati, Ara kecewa karena semalaman penuh Baekhyun tidak bersamanya, bahkan ia terkesan menghindar.
Pria itu hanya datang ke kamar untuk tidur, selebihnya Baekhyun akan melakukan kesehariannya di luar kamar.
Baekhyun tak terlihat sejauh Ara memandang, membuatnya berpikir Baekhyun pergi kerja tanpa memberitahu sebelumnya.
Ara mulai terbiasa menghadapi siklus itu, dimana ia tidak melihat batang hidungnya atau berdialog kecil, karena Ara mengerti pekerjaan Baekhyun yang membutuhkan sosoknya dua puluh empat jam sehari.
Ara menyantap sarapannya seorang diri selama beberapa hari berturut-turut, tanpa ditemani seorang pun kecuali ponsel yang sengaja ia setel berbagai macam video untuk menghiburnya.
Ara memanggil gadis mungil berseragam lengkap berdiri di amang pintu seperti setiap harinya untuk duduk menemaninya sarapan di pagi itu.
Gadis itu terlihat tegang setelahnya. "A-ada aa-apa, Nyonya? Ap-a sa-aya membuat kesalahan?"
Siapa yang tidak takut? Jika ia membuat kesalahan;—Percayalah, setelah kepulangan Baekhyun akan ada puting beliung di rumah.
"Temani aku sarapan." Ara mengambil piring bersih dan menatanya di depan gadis itu.
"A-ah-Oh.." Gadis itu memperhatikan majikannya. "Aku tidak bisa.." Ucapnya ragu sambil membungkuk.
"Aku tidak suka makan sendirian." Ara memberikan senyum terlebarnya.
Ara melanjutkan sarapannya setelah menaruh beberapa potong roti di atas piring gadis itu tanpa persetujuannya.
"Makan." Gumam Ara.
Gadis itu menggigit roti dengan rasa ragu nan cemas—yang tak langsung membuatnya terlihat menggemaskan.
"Siapa namamu?"
"Chungha.."
"Namamu cantik sekali!" Ara menggeram cemburu. "Berapa umurmu?" Ara melanjutkan pertanyaannya.
"Enam belas."
Chungha terlihat sangat muda untuk jadi asisten rumah. "Baekhyun mempekerjakanmu?" Raut wajah Ara berubah.
Ara merutuki Baekhyun yang membuat gadis di bawah umur untuk bekerja, padahal gadis itu seharusnya bersekolah.
"Tidak seperti itu.." Chungha langsung menyanggah. "Aku berterimakasih pada Tuan Byun. Beliau menyediakan apapun yang aku butuhkan sejak orangtua aku meninggal."
Bagi Chungha, Baekhyun adalah penyelamat hidupnya. Chungha rasa ia tidak mungkin hidup jika bukan karena Baekhyun.
Ara tidak menyangka wajah sedatar dan sedingin Baekhyun sebenarnya malaikat berhati mulia.
Ara meminta Chungha untuk menemaninya berkeliling rumah setelah menghabiskan sarapannya.
Baekhyun tidak akan sempat dan Ara tidak keberatan jika harus melakukannya dengan orang lain seperti Chungha.
Rumah Baekhyun punya segala yang tidak pernah terlintas di pikiran, seperti greenhouse kecil di belakang rumah.
Melihat greenhouse itu membuat Ara rindu pada aroma kebun Ibunya yang selalu ia hirup tiap paginya.
"Wah.." Ara menghirup dalam pemandangan di depannya.
Bersantai di sana, Ara dan Chungha duduk di pinggir sambil merendamkan kaki.

KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER
Fiksyen Peminat"Aku istrimu! Nona Jeehi sudah meninggal!" Tamparan keras melayang di atas pipinya. "Jaga mulut kotormu, Ara." "Jangan sentuh aku, monster!" Ara memegangi pipi merahnya dengan perasaan menggondok. "Monster?" Baekhyun melirik tajam seraya meraba bagi...