Baekhyun merasakan angin hampa yang selalu menghantuinya. Kamarnya dingin tak bernyawa dan memuakkan.
Baekhyun membuka mata karena sinar yang menusuk indera pengelihatannya. Ia memperhatikan matahari sambil memikirkan banyak hal—sampai lamunannya dirusak Hyori.
Hyori mengantar sarapan, makan siang dan makan malam ke kamarnya karena Baekhyun enggan makan di ruang makan.
Hyori tidak tega melihat keadaan Baekhyun yang tak membaik. "Baekhyun.."
Baekhyun terlihat manis menyambut Hyori seperti hari biasa.
Baekhyun tidak ingin Hyori merasa dijauhi—tapi di sisi lain, bersama Hyori terlalu lama membuat Baekhyun tidak nyaman.
"Aku bawa sarapan.."
Baekhyun menangguk. "Terima kasih."
Hyori menaruhnya di meja dekat tempat tidur. "Tak apa-apa?"
Cara Baekhyun memperlakukannya sekarang malah membuat Hyori kaku.
Baekhyun memberi anggukan paling meyakinkan.
"Syukurlah.." Hyori membalas. "Kamu akan ke kantor hari ini?"
"Iya, aku akan ke kantor sebentar lagi." Baekhyun beranjak dari tempat tidurnya dan menghela nafas. "Terima kasih sekali lagi, Hyori."
Hyori keluar demi memberi ruang yang ia butuhkan. Baekhyun butuh waktu sebanyak mungkin untuk memperbaiki hatinya.
Hyori duduk di bangku taman depan dan menghembus dalam udara sejuknya.
Baekhyun turun tidak lama dan menemukan Hyori sedang menikmati paginya sendirian. Baekhyun yang hendak masuk ke mobil dicegah Hyori yang berjalan mendekatnya.
"Perlu aku antar?" Hyori menawarkan.
Baekhyun menggeleng tidak. "Tidak perlu." Baekhyun tidak ingin orang kantor tahu tentang kondisi rumah tangganya.
Hyori mengangguk dan memperhatikan mobil Baekhyun pergi dari kediamannya.
x
Ara turun dari bis terkopoh memegangi perutnya yang besar. Ara menyesal tidak membeli kendaraan murah saat ia pergi, karena sekarang ia harus bepergian dengan bis.
Ara tidak dapat menahan senyumnya ketika sang dokter menyetujui permintaan pengguguran kandungannya. Ara ingin melakukan pengguguran secepat mungkin, bahkan jika dapat dilakukan sekarang pasti akan Ara lakukan.
Sayangnya, prosedur paling cepat dilakukan setelah empat hari persetujuan, itu pula Ara harus membayar pembayaran tambahan untuk mempercepat jadwal operasinya.
Tanpa bayinya, Ara bisa hidup tenang tanpa merasa dibebani—Ara dapat menjadi manusia normal lagi.
Terima kasih sudah mengabulkan keinginanku, Tuhan..
x
Pekerjaan membuat Chanyeol perlu menetap di Paris untuk waktu yang tidak bisa diprediksi. Sesungguhnya, berat untuk Chanyeol meninggalkan Korea.
Pertama, orangtuanya—Chanyeol tidak tega meninggalkan orangtuanya setelah Ibu dinyatakan kanker payudara. Kedua, Ara—Chanyeol tidak bisa meninggalkan Ara dengan kondisi yang seperti ini.
Kemudian dua pria menggebrak pintu kantornya—membuatnya hampir mati kaget. Chanyeol mengumpat di bawah nafasnya sambil mengusap dada.
"Kamu gila! Apa tidak lihat ponselmu?" Salah satu dari mereka menjitak Chanyeol.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER
Fanfiction"Aku istrimu! Nona Jeehi sudah meninggal!" Tamparan keras melayang di atas pipinya. "Jaga mulut kotormu, Ara." "Jangan sentuh aku, monster!" Ara memegangi pipi merahnya dengan perasaan menggondok. "Monster?" Baekhyun melirik tajam seraya meraba bagi...