Kekonyolan di rumah itu harus segera dihentikan sebelum kewarasannya hilang. Ara bangun untuk meletakkan piringnya di sebelah Baekhyun.
"Kenapa tempatku diletakkan sangat berjauhan darimu?!" Ara bergerak ke arah Baekhyun dan duduk jengkel. "Aku akan duduk di sini mulai hari ini." Ara tak lagi malu menyembunyikan rasa jengkelnya pada Baekhyun.
"Aku akan memberitahu Chungha untuk merapihkannya untukmu." Baekhyun menjawab tenang.
Ara tahu tempat duduk hanya perkara sepele dibandingkan masalah lain di rumah tangga mereka, tapi suasana hati Ara telah hancur saat kedua orangtuanya membahas masalah sewa rumah.
Ibu dan Ayah memaksa Ara mengirimkan sejumlah uang bernilai fantastis dengan alasan sewa rumah. Mana mungkin membayar sewa rumah dengan uang sebanyak yang mereka pinta.
Terlebih orangtuanya bersikeras agar Ara memintanya pada Baekhyun. Baekhyun akan senang hati membantu orangtuanya, tapi tidak untuk Ara. Ara tidak akan pernah mengemis bahkan pada suaminya sendiri.
"Apa kita akan pergi?" Ara bertanya dengan penuh harapan. Setidaknya ia bisa pergi ke bank untuk mengirim uang.
"Kamu ingin pergi?" Baekhyun mengangkat sebelah alisnya.
Iya.
"Tidak.. Aku hanya bertanya." Ara bicara berlawanan.
Ara bukan tipe wanita yang banyak mau, tapi ia tidak bisa menahan kekecewaannya karena selama pernikahan mereka—tidak pernah menghabiskan waktu bersama.
"Ada beberapa hal yang harus aku selesaikan hari ini."
"Kamu ke kantor?"
Baekhyun menggeleng. "Aku akan mengerjakannya di ruang kerjaku."
Ara mengangguk sementara Baekhyun kembali menikmati sarapannya tanpa suara sebelum melangkah keluar ruang dan meninggalkan Ara sendirian.
Ara menemukan Chungha berdiri di tempat biasanya dan memanggil namanya. "Ada Tuan Seunghoon?"
Chungha menjawab ragu. "Ada apa jika boleh tahu?"
"Aku ingin minta antar keluar."
"Apa Nyonya sudah dapat izin dari Tuan Byun?" Chungha bicara was-was. "Jika belum, saya sarankan untuk izin terlebih dahulu. Terakhir kali Tuan Seunghoon mengantar Nyonya pergi, beliau hampir dipecat karena lalai dalam tugasnya."
"Astaga.." Hanya karena Ara lupa waktu, seseorang bisa kehilangan mata pencahariannya. "Ak- Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud."
"Maaf.. Saya tidak bermaksud membuat Nyonya merasa bersalah. Nyonya tidak perlu minta maaf."
Ara mengibaskan tangannya. "Tidak, aku membuat kesalahan dan aku harus minta maaf."
Ara bersikeras ingin bertemu Tuan Seunghoon untuk mengucapkan maaf. Ara merasa begitu egois tanpa memikirkan orang lain.
Di lain sisi, Tuan Seunghoon malah merasa canggung ketika menerima sebuah bungkukan dari majikannya.
Ara mendecak saat menemukan Baekhyun di dalam ruang kerjanya. Ia mengetuk dan langsung mempersilahkan diri tanpa menunggu respon Baekhyun.
"Jangan mengancam orang yang bekerja di sini.."
Baekhyun masih lekat dalam pekerjannya. "Hm?"
"Kamu akan memecat Tuan Seunghoon."
"Tuan Seunghoon tidak mengawasimu dengan baik." Baekhyun membalas seperti ucapannya benar.
Mia mendecak tidak percaya. "Aku tidak butuh pengawasan apapun!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER
Fanfiction"Aku istrimu! Nona Jeehi sudah meninggal!" Tamparan keras melayang di atas pipinya. "Jaga mulut kotormu, Ara." "Jangan sentuh aku, monster!" Ara memegangi pipi merahnya dengan perasaan menggondok. "Monster?" Baekhyun melirik tajam seraya meraba bagi...