Untung saja Baekhyun mengerti maksud isterinya setelah sejam penuh berdebat untuk tidak mengantar Ara pergi berbelanja perabot bayi. Ara bukan menolak, namun Baekhyun jadi sering absen karenanya—kemudian Baekhyun akan pulang kerja dengan wajah nan kusut.
Ara tidak kewalahan saat pegawai toko sudah merasa lelah melayani Ara dalam memilih bahan sampai warna untuk buah hatinya.
Ara yakin jika Baekhyun hadir saat itu mungkin ia akan lebih bawel darinya. Baekhyun akan memesan barang dengan model yang jelas tidak ada dalam katalog hanya untuk memenuhi preferensinya.
Seorang mengagetkan Ara dengan menepuk pundaknya saat tengah sibuk berbelanja. "Kak Jongin?!" Ara memukul lengan Jongin lembut. "Jangan mengagetkanku seperti itu!"
Jongin tertawa pelan. "Maaf.."
"Apa yang kamu lakukan disini?"
"Aku lihat kamu sibuk memilih perabotan bayi."
"Bukankah kamu tahu kalau aku hamil?"
Jongin tertawa menggejek. "Aku tahu, tapi aku tidak tahu kalau kamu akan serius dengan Baekhyun."
Siapa yang tahu? Ara juga tidak menyangka bisa membangun hidup dengan Baekhyun setelah rintangan yang mereka lewati.
Jongin menghela nafas panjang dan mengeluarkan sebuah botol berukuran 10ml ke depan Ara.
"Apa?"
"Campur ini ke dalam kopi Baekhyun."
Ara mengerutkan dahi curiga memperhatikan botol kecil itu. "Ini apa?"
"Sesuatu yang dapat membunuh."
Ara membulatkan matanya penuh dan langsung mengembalikannya ke tangan Jongin. "Aku tidak bisa. Polisi akan tahu ada yang menaruh racun di kopi Baekhyun."
Jongin tidak bodoh. Racun yang Jongin bawa adalah sebuah virus. Baekhyun akan terjangkit penyakit selama beberapa bulan sebelum nyawanya hilang. Dengan itu tidak akan ada yang mencurigai kematian Baekhyun.
"Lakukan ini untuk Sehun." Jongin mengeluarkan kartunya. "Kamu bilang akan membantu Sehun." Jongin bertutur datar.
"Aku berjanji akan membantunya. Hanya saja.. Aku tidak dapat kembali padanya."
Jongin menggelengkan kepalanya tidak. "Sehun tidak akan mengerti. Setiap hari pria itu menanyakan kemana Ara pergi. Apa kamu mengerti? Sehun membutuhkanmu lebih dari siapapun!"
Setelah kedatangan Ara di rumah sakit itu, Sehun selalu menanyakan keberadaan Ara setiap harinya. Setiap hari pula Jongin harus berbohong pada Sehun untuk terus menunggu karena Ara akan kembali pada akhirnya.
"Aku minta maaf.." Ara memang berniat membantu Sehun, tapi jika dengan cara meninggalkan Baekhyun, Ara dan anaknya tidak yakin sanggup.
Jongin bertepuk tangan sarkas. "Biar aku perjelas. Kamu akan sangat menyesal. Amat sangat menyesal, Ara." Jongin dengan nada mengancam—meninggalkan Ara dengan perasaan campur aduk.
Jongin menemukan Sehun sedang bermain basket yang belakangan jadi hobinya. Sehun menyapa setelah menangkap kehadirannya.
"Kim Jongin.."
"Apa kamu sudah makan siang?"
Sehun menggeleng. "Aku tidak ingat." Pria itu tertawa setelahnya.
Jongin mendecak seraya menggeleng kepala dan menariknya ke dalam untuk makan siang bersama.
"Kamu tidak bekerja?" Sehun bertanya setelah mengunyah makanannya.
"Aku akan kembali setelah makan siang."
"Jongin.." Sehun memanggilnya lembut—membuat Jongin menoleh dari makanannya. "Apa Ara akan mengunjungiku hari ini?"
Jongin mendadak muram. "Tidak." Jongin membungkam mulutnya rapat setelah menjawab.
"Kenapa?"
"Tidak apa-apa.."
"Kenapa dia tidak datang jika tidak ada apa-apa?" Sehun menekan kesabaran Jongin.
"Sehun, habiskan makananmu. Tidak usah memikirkan yang lain."
"Tidak! Aku ingin tahu! Kenapa kamu melarang Ara bertemu denganku?!" Sehun mengepal tangannya di atas meja.
Jongin memukul meja dengan kepalan membuat Sehun berhenti bicara. "Kamu mau tahu? Wanita itu sudah menikah dengan orang lain."
Jongin mengabaikan tatapan kecewa dari mata Sehun. "Kamu tahu siapa pria beruntung yang Ara nikahi?" Jongin menekankan katanya dengan sarkas. "Byun Baekhyun. Apa nama itu terdengar familiar?"
Sehun mungkin tidak ingat banyak hal, tapi ia ingat jelas bahwa Baekhyun bukan seorang yang baik di hidupnya.
"Jangan bicara lagi." Sehun mengeretak sebelum meninggalkan Jongin di tempatnya dengan penyesalan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
Jongin mencari keberadaan Sehun setelah beberapa menit menenangkan diri. Jongin sadar ia sudah melewati batas—menampar Sehun dengan kenyataan paling pahit.
"Hei.."
Jongin ingat saat Sehun menyampaikan perasaannya pertama kali. Sungguh momen terbaik di hidup Jongin hingga Sehun melupakannya.
Ego telah ia buang jauh-jauh, Jongin akan membuat Sehun bahagia walaupun bahagia tidak bisa Sehun dapat darinya.
Jongin menghela nafas. "Tolong jangan lakukan ini padaku.." Jongin memegangi hatinya yang sakit.
Jika kalian pikir pengorbanan Jongin sedikit, kalian salah. Jongin mengorbankan hidup jiwa raganya untuk Sehun.
"Maaf.." Jongin melimpahkan rasa sedih dengan meneteskan air mata yang tidak pernah muncul sejak Sehun membuka mata.
Sehun tak kunjung menoleh—membuat pria itu terkujur lemah di lututnya. "Sehun.. Aku rindu.. Aku mencintaimu."
Perasaan yang Jongin pendam selama tiga tahun itu dia luapkan saat itu juga.
Jongin sudah menyerah untuk mempersatukan hubungan mereka. Jongin tidak akan mampu mengembalikan memori indah mereka.
"Jangan panggil aku Sehun."
Jongin meringis dalam hatinya. "Iya, namamu Oh Sehun dan kamu adalah mantan suami Ara. Itu penyebab kamu sangat mengenal Ara."
"Kamu?!" Sehun mengangkat pria itu dan meremas kemeja yang ia pakai. "Kamu mencoba memisahkanku dengan Ara?"
"Tidak! Wanita itu tidak mencintaimu lagi. Ara cinta seorang pria bernama Byun Baekhyun."
Sehun mengerenyitkan dahinya seakan mendengar nama Baekhyun akan membuat kepalanya sakit.
"Jangan sebut namanya lagi!"
Jongin tertawa parau. "Sakit bukan? Apa yang kamu rasakan itu adalah rasa yang aku rasakan selama tiga tahun ini. Kamu tidak tahu kan apa yang aku maksudkan?" Jongin mengangkat alisnya. "Aku dan Oh Sehun saling mencintai, bahkan pria itu tindak mencintai isterinya. Kamu tidak ingat bukan?"
"Hentikan omong kosongmu!" Sehun membentak Jongin di depan wajahnya.
"Sadarlah. Lihat seberapa besar pengorbananku." Jongin menyebutkan kalimatnya depresi—membuat Sehun melonggarkan eratannya.
Sehun melepaskan Jongin dan membanting badannya lemah di pinggir tempat tidur dengan tatapan kosong.
Jongin meraih wajah Sehun dan berlutut di depannya. "Bertahanlah.. Aku akan memperbaiki segalanya agar kamu bahagia."
Apa kalian pikir semua akan berakhir di sana?
Tidak, Jongin selalu punya rencana B.
Dan..
Rencana itu tidak akan berakhir cantik.
Ara.. Baekhyun.. Bersiaplah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER
Fanfiction"Aku istrimu! Nona Jeehi sudah meninggal!" Tamparan keras melayang di atas pipinya. "Jaga mulut kotormu, Ara." "Jangan sentuh aku, monster!" Ara memegangi pipi merahnya dengan perasaan menggondok. "Monster?" Baekhyun melirik tajam seraya meraba bagi...