53

4.4K 608 74
                                    

"Ara?"

"Kak Kyungsoo?" Ara tak kalah tertegun.

Kyungsoo sentak memeluk Ara erat melepas kerinduannya. Ara tertawa kecil sebelum memeluknya kembali.

Kyungsoo mendapati gemilang di mata Ara sehabis menangis. "Sangat bahagia bertemuku?"

Ara memukul pria itu lembut. "Jangan mimpi."

Kyungsoo tertawa dengan suara khas yang jarang sekali ia keluarkan. Lucunya Kyungsoo tidak pernah malu mengeluarkan suara emasnya itu di depan Ara—Ara sudah seperti adiknya sendiri.

"Apa yang kamu lakukan di Paris? Aku kira kamu menetap di Korea bersama Baek-" Kyungsoo menahan mulutnya.

Kyungsoo tahu kasus Sehun dan Baekhyun. Siapa yang tidak tahu berita itu? Hampir semua masyarakat Korea tahu tentang kasus mereka.

"Tak apa-apa?" Kyungsoo menepuk pundak Ara.

Ara membiarkan masa lalu mengambil kontrol dan membuatnya menderita hanya karena mengingatnya.

Untuk Ara, kebahagiaan adalah prioritasnya sekarang. Bayi yang Ara kandung butuh kasih sayang—terlebih Chanyeol selalu ada untuknya.

Lantas untuk apa menangis?

"Maaf. Aku berlebihan." Ara tertawa kecil.

"Aku khawatir.." Kyungsoo menunjukkan kekhawatirannya lewat mata. "Selalu ada pelangi setelah hujan badai." Kyungsoo mengutip. "Aku yakin kamu bisa melakukannya dengan baik." Kyungsoo memang tidak tahu apa yang Ara tangisi saat itu dan Kyungsoo tidak punya niatan untuk memaksakan Ara bercerita. Ara butuh waktu dan Kyungsoo tahu persis kebutuhannya.

Kyungsoo membawa Ara ke sebuah museum lukisan paling terkenal di Paris—berharap menghibur laranya. Setidaknya saat itu Kyungsoo ingin membuat Ara tersenyum sebelum berpisah.

"Apa yang terjadi padamu dan lukisanmu?"

Ara mendecak dan menoleh sarkas. "Aku tidak berbakat."

Kyungsoo merotasi matanya. Kyungsoo paling sebal saat Ara mengatakan dirinya tak berbakat, padahal Ara salah satu siswa paling berbakat di sekolah.

Ara dapat berbagai penghargaan saat masa mudanya, namun lagi-lagi Ayah harus menghancurkan mimpi Ara sebagai pelukis. Ayah selalu berkata menjadi pelukis tidak akan membawa Ara kemana-mana, sama halnya seperti perenang yang dulu pernah jadi hobinya.

"Kamu selalu merendahkan dirimu sendiri." Kyungsoo menghela nafas. Tiada detik bagi Ara tidak meragukan potensial yang ia punya.

"Berhentilah membicarakan tentangku. Bagaimana hidupmu?" Ara mengalihkan pembicaraan.

Kyungsoo tertawa. "Menabrakku, menangis dan mengalihkan pembicaraan?" Kyungsoo mendecak. "Kamu mengagumkan."

"Aku bosan membicarakan hidupku." Balas Ara cepat.

"Baiklah, apa yang ingin kamu tahu?"

"Bagaimana kamu bisa tinggal di sini?"

Kyungsoo menceritakan hidupnya setelah selesai kuliah.

Kyungsoo kabur dari rumah dengan tanggung jawab yang seharusnya ia pikul—meneruskan perusahaan orangtua.

Kyungsoo ingin hidup sederhana, tapi orangtua Kyungsoo tidak pernah mengerti keinginannya. Mereka ingin Kyungsoo hidup mewah nan glamor.

"Begitulah kenapa aku bisa di Paris." Ia menceritakan dengan emosi yang stabil.

Kyungsoo selalu pandai mengatur emosinya, bahkan Ara tidak pernah mendapati emosi memenangi pikiran pria di depannya.

MONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang