Hyori gelisah menunggu kedatangan Baekhyun di ruang depan. Senyuman Hyori hilang setelah menemukan Ara membuka pintu.
"Ara."
Ara meloloskan dirinya tanpa membalas Hyori. Di pandangan Ara, ia masih canggung melihat Hyori berkeliaran di rumah mereka.
"Ara." Hyori mengejar. "Aku buat teh panas."
Ara terpaksa duduk berhadapan. "Ada apa?" Ara memulai perbincangan.
"Belakangan ini kamu terlihat lunglai." Hyori melihat jelas lingkaran hitam di bola mata Ara. "Kamu tak apa-apa?"
"Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku."
Hyori menghela nafas. "Apa kamu membenciku?" Hyori bertanya ragu— tanpa Ara jawab, Hyori sudah tahu jawabannya. Ara tidak mungkin membenci Hyori karena anak yang dikandungnya.
"Kamu dan bayimu penting di keluarga ini."
"Lantas kenapa menangis?"
"Aku tidak menangis."
"Baiklah, aku tidak akan memaksamu untuk bicara.." Hyori melepas pertanyaannya. "Ara.. Apa kamu keberatan jika malam ini Baekhyun bersamaku?"
Ara menutupi kesedihannya. "Terserah saja."
Hyori tersenyum manis dan memeluknya erat sebelum kembali menunggu kedatangan Baekhyun.
Dalam hitungan minggu Hyori telah merasa nyaman dan ia tidak bisa membohongi hatinya ketika ia ingin lebih.
Baekhyun jauh dari tipe pria idamannya, namun kehadiran Baekhyun mengisi hati Hyori yang lama hilang.
Mungkin Hyori terlalu terbawa suasana hingga ia lupa diri.
Hyori menyambut kedatangan Baekhyun semanis mungkin, berbeda dengan Ara yang menahan langkahnya saat melihat kemesraan mereka. Ara menciut dan masuk kembali ke kamarnya.
Hyori membantu Baekhyun melepas jas serta dasinya, tapi reaksi Baekhyun malah menunjukkan sebaliknya.
"Ingin aku pijat?"
"Aku ingin istirahat." Baekhyun membalikkan badannya, namun Hyori cepat menariknya kembali.
"Temani aku malam ini."
Baekhyun menggeleng.
"Kenapa?"
"Aku ingin bersama isteriku."
"Aku sudah izin pada Ara."
Sejujurnya Baekhyun tidak pernah bisa membaca hati dan pikiran Ara. Ara selalu pintar menutupi perasaannya dan itu membuat Baekhyun takut.
Ara mungkin sudah berpikir macam-macam tentang hubungannya dengan Hyori, walaupun seberapa besar usaha Baekhyun menyingkirkan Hyori dari hidup mereka.
Rahang Baekhyun mengeras. "Aku tidak bisa menemanimu. Jangan terlalu berharap pada pria sepertiku." Baekhyun membalikkan badannya meninggalkan Hyori dengan tatapan menusuk.
Hyori mengejar Baekhyun. "Bukan aku yang mau! Bayimu ingin benar-benar menyebalkan! Dia ingin terus dekat denganmu!"
Hyori bukan wanita penyabar—sekian lama tinggal bersama Baekhyun, tapi pria itu masih belum bersimpatik padanya. Hyori hampir hilang kesabaran dan ingin menggugurkan bayinya.
"Aku tidak bisa seperti ini! Setiap kali aku meminta sesuatu, kamu selalu menolak." Hyori menjambak rambutnya frustasi.
Baekhyun mendengarkan keluhan Hyori tanpa rasa simpatik, bahkan pria itu hendak pergi lagi, namun ancaman terakhir Hyori berhasil membuatnya terhenti.
"Aku akan menggugurkan bayi ini."
Ancaman Hyori, hasilnya mujarab. Baekhyun langsung menuruti keinginan Hyori tanpa perdebatan lebih lanjut.
x
Kepiluan kian menyedak nafasnya, karena sekarang Ara sering menangis—alias cengeng. Bodohnya Ara selalu menyalahkan kehamilannya, padahal ia sendiri tahu Baekhyunlah yang membuatnya sedih.
Baekhyun tak kunjung datang dan memeluk seperti malam indahnya. Malam indah yang kini berubah jadi malam tersakit yang pernah ada.
Dunianya berputar begitu cepat tanpa henti yang selalu memuakkan. Ara ingin semua laranya terangkat. Ia ingin mengakhiri semua masalahnya.
Ara mengunci pintu kamar mandi di belakangnya dan menangkap benda tajam yang cukup menarik perhatiannya. Tanpa berpikir lebih, ia sengajakan benda itu mengulas leher pergelangannya.
Ara meringis, tapi kelegaannya mengalir deras bersamaan dengan darahnya. Ara suka merasakan desiran ini—rasanya seperti hidup kembali.
Memori dalam otaknya mulai mencuat ke permukaan. Ara menikmati kehaluannya sambil meringkuk di lantai kamar mandi.
Ara ingat momen terindahnya sepanjang masa bersama Baekhyun. Ara ingat detailnya dengan sempurna. Seberapa sempurnanya Baekhyun saat matahari memantulkan cahaya di wajahnya. Seberapa manis bibir itu saat tersenyum.
Ara juga ingat masa gelap mereka. Saat Baekhyun menunjukkan sisi gelapnya. Saat Baekhyun menamparnya dan mencekiknya. Saat Baekhyun memainkan perasaannya.
Ara memeluk tubuhnya erat seraya menutup matanya dan menikmati rangsangan benda itu.
Aku gila..
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER
Fanfiction"Aku istrimu! Nona Jeehi sudah meninggal!" Tamparan keras melayang di atas pipinya. "Jaga mulut kotormu, Ara." "Jangan sentuh aku, monster!" Ara memegangi pipi merahnya dengan perasaan menggondok. "Monster?" Baekhyun melirik tajam seraya meraba bagi...