Keputusan yang begitu mencangangkan ini telah meninggalkan keheningan abadi di antara mereka. Ara mencoba menjelaskan alasannya menceraikan Baekhyun, tapi sepertinya orangtua Ara dan orangtua Baekhyun tidak rela melepas hubungan mereka berdua.
Orangtua Ara sangat tak bisa menerima kenyataan Ara akan menceraikan Baekhyun. Orangtua Ara berpikir Ara bersikap berlebihan menanggapi masalah yang menurut mereka masih bisa diperbaiki.
Ara malas berdebat di depan orangtua Baekhyun, lagipula seharusnya makan malam mereka jadi pelepas rindu.
Ara memutuskan untuk menginap di kediaman orangtua Baekhyun karena keinginannya sendiri. Melihat Ibu Baekhyun begitu terpukul karena keputusannya membuat Ara merasa bersalah.
"Ara bersedia temani Ibu menghadiri sidang Baekhyun?" Ibu Baekhyun bertanya saat mereka berdua sedang santai di ruang tamu.
"Kapan Bu?"
"Besok pagi." Ibu Baekhyun tersenyum. "Ibu tidak akan memaksa. Ibu mengerti jika Ara tidak ingin bertemu Baekhyun."
"Aku akan menemuinya." Ara tersenyum. "Lambat laun aku harus menghadapinya."
"Ara.." Nyonya Byun kembali berlinangan air mata. "Tolong.."
Ara menggenggam tangan Ibu sekali lagi. "Ibu.. Jangan seperti ini. Aku melakukannya untuk kebahagiaanku."
Ara menepati janjinya untuk menemani Ibu Baekhyun menghadiri persidangan Baekhyun. Kali itu Ara begitu lelah hingga terlambat bangun dan Ibu Baekhyun sengaja tak membangunkannya.
Ara bergegas terburu-buru, sebab sebentar lagi sidang akan selesai.
Mereka dapat duduk paling belakang karena terlambat. Ara hanya diam mendengarkan persidangan berjalan. Selesai persidangan, Ara berdiri dan membungkuk pada orang yang menyapa mereka.
Ara melihat tubuh Baekhyun tegap membelakanginya dengan seragam garis hitam putih. Dunia hampir berhenti—pandangannya kabur selain pria di depannya.
Ara berhenti di depan pagar kayu yang memisahkan mereka dan menutup mulutnya terkesiap.
Baekhyun yang sekarang bukan Baekhyun yang ia tinggalkan dulu.
Wajahnya berantakan, kantung matanya begitu besar, rambutnya panjang dan lepek tak terurus.
"Ara?" Suara lembut Baekhyun mengalun di telinganya indah.
Untuk pertama kalinya Ara merasa kalah pada pendiriannya sendiri. Ara merasa kakinya tidak bisa menahan kesedihan yang ia pikul di pundaknya.
Ara ingin menangis.
Ara ingin..
Ara sangat ingin memaafkannya.
Baekhyun tak lama ditarik pergi dari hadapannya. Mata mereka tidak putus sampai Baekhyun benar-benar hilang—meninggalkan Ara sejuta kepedihan.
"Ara?!" Seorang wanita melengking di belakang Ara dan langsung memeluknya. "Astaga! Kamu benar ada di sini!"
Ara memeluk Jisoo kembali dan tersenyum. "Aku di sini.."
"Bagaimana keadaanmu? Kami sangat mengkhawatirkanmu! Apalagi Baekhyun.. Pria itu hampir gila mencarimu kema-" Kalimat Jisoo sengaja Junmyeon interupsi. Membicarakan Baekhyun secepat itu akan membuat Ara tidak nyaman.
"Kandunganmu sudah besar ya." Junmyeon mendecak kagum sambil mengalihkan pembicaraan. "Sudah tahu tanggal lahirnya?"
Ara menggeleng.
Saat Jisoo hendak mengajak Ara pergi, Sehun muncul di depannya sambil tersenyum. "Ara."
"Sehun."
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER
Fanfiction"Aku istrimu! Nona Jeehi sudah meninggal!" Tamparan keras melayang di atas pipinya. "Jaga mulut kotormu, Ara." "Jangan sentuh aku, monster!" Ara memegangi pipi merahnya dengan perasaan menggondok. "Monster?" Baekhyun melirik tajam seraya meraba bagi...