18

8.5K 957 23
                                    

Baekhyun menghabiskan malam dinginnya di kamar Jeehi. Rasa bersalah yang menghantuinya telah menariknya kembali pada masa gelap.

Baekhyun benci membuat tengkukan di wajah sempurna Ara, tapi Baekhyun tak bisa menahan rasanya saat melihat Ara bersama pria lain.

Semua ketakutan Baekhyun tidak lebih buruk daripada mengetahui Ara jatuh cinta padanya. Ara adalah wanita terbaik yang pernah ia temui, bahkan lebih baik daripada mendiang isterinya.

Ara tidak akan bisa menghadapi penolakan jika ia jatuh cinta padanya, karena Baekhyun tidak bisa memberikan cinta untuk wanita itu.

Sarapan pagi itu diisi kecanggungan, tapi Ara tidak acuh. Ara mencoba mengalihkan pikirannya ke hal yang membuatnya senang.

Ara tidak putus asa, tapi gejala mualnya tidak kunjung pergi semenjak berhari lalu, padahal Ara rajin minum obat.

Ara pergi ke kantor setelah Baekhyun memberi sebuah anggukan.

Ara memeriksa jam tangannya berkali-kali untuk memastikan dirinya tidak terlambat. "Oh? Aku tidak terlambat." Ara tidak terlambat tapi Chanyeol datang lebih awal dari biasanya.

Chanyeol tidak menyadari kehadiran Ara sebab pria itu belum bergerak dari posisinya yang meringkuk ke bawah.

Ara memanfaatkan kesempatannya untuk membuat kopi Chanyeol dan menghidangkannya di atas meja kerja.

Chanyeol membuka matanya. "Terima kasih." Ucap Chanyeol sebelum membiarkan kembali kepalanya bersandar untuk tidur.

"Apa Tuan sakit?"

"Aku hanya lelah." Semalaman penuh ia harus mengurus keponakannya yang masih berumur jagung.

"Aku akan mengatur ulang jadwal Tuan." Ara menjadwal ulang tanpa persetujuan Chanyeol.

Chanyeol tidur lewat jam makan siang, jika Ara tidak membangunkannya secara paksa, mungkin ia akan tertidur sampai malam.

Saat membuka mata, Chanyeol menemukan sekotak makanan berlabelkan nama restoran Italia yang sering Chanyeol beli.

"Bon appetit." Ara tersenyum. Ara menunggu Chanyeol sampai ia menyantap makanannya.

Chanyeol mendecak. "Terima kasih, Nyonya Byun."

Ara kembali ke mejanya sebelum suara Chanyeol memanggil dan mencegahnya pergi. "Kamu sudah makan?"

Penyebab Ara melupakan istirahatnya karena ia sibuk mengurus berbagai dokumen yang seharusnya Chanyeol kerjakan. Tidak sedikit rekan perusahaan protes karena pertemuan penting dibatalkan sepihak.

"S-su-"

"Makan bersamaku sekarang."

Ara ragu setelah Chanyeol mengisyaratkannya untuk duduk bersebelahan. Ara sengaja memberikan jarak di antara mereka untuk menghindari skinship, tapi Chanyeol sepertinya tidak terlalu peduli pada hal kecil semacam itu.

x

Baekhyun sengaja makan siang di sebuah restoran ramen untuk menemui Junmyeon.

Junmyeon memulai pembicaraan. "Aku punya kabar buruk." Junmyeon membuat pandangan Baekhyun terangkat dari makanannya.

"Hm?"

"Kamu ketahuan pergi bersama Hyori."

Bahkan Baekhyun tidak ingat apa-apa tentang nama atau wajahnya.

Baekhyun tidak pernah khawatir saat ia berada di klub Junmyeon. Klub Junmyeon adalah klub paling aman seKorea. Penjagaan yang begitu ketat tidak memungkinkan media untuk meliputnya.

"Chanyeol kan?" Baekhyun tahu apa maksud Junmyeon.

"Bagaimana kamu bisa tahu?"

Baekhyun tidak menjawab pertanyaan Junmyeon, tapi ia malah membalasnya dengan menggerutu. "Bagaimana kamu bisa membiarkannya masuk ke dalam?"

Setelah Baekhyun menurunkan suara dan menenangkan dirinya, Junmyeon mulai menjelaskan kronologi pertemuannya itu.

"Kemarin aku bertemu Chanyeol, Kak Minseok dan Yixing saat-"

"Ulang tahun Yixing." Balas Baekhyun.

Baekhyun ingat ulang tahun pria yang sudah ia anggap seperti kakak kandungnya sendiri. Yixing adalah pria pertama yang Baekhyun ingat pernah menjadi sahabatnya, karena Baekhyun sempat berkencan dengan adik kandung Yixing.

Seharusnya Baekhyun ada di samping Yixing untuk merayakan hari ulang tahunnya, tapi egonya terlalu besar untuk melupakan insiden masa lalu.

Mungkin rasa benci sebenarnya tidak ada, melainkan rasa malu—Baekhyun habis-habisan membela Jeehi dalam pertengkaran itu, bahkan memecah persahabatan mereka.

"Aku harap kita bisa bergabung bersama seperti dulu. Aku terlalu rindu." Tutur Junmyeon lirih.

Jangan sangka Baekhyun tidak merindukan mereka yang dulu, karena Baekhyun selalu merindukan momen bersama sahabatnya.

Selanjutnya, mata Baekhyun menangkap pria berkulit agak gelap menghampiri mejanya.

Kim Jongin.

Jongin tersenyum sarkas dan mempersilahkan dirinya untuk duduk di antara mereka dengan santai, padahal Baekhyun sudah menunjukkan wajah getirnya.

"Tuan Byun. Senang bertemu disini." Jongin mengulurkan tangannya ke depan Baekhyun, namun Baekhyun tak berkutik.

Junmyeon tersenyum kaku di antara suasana tak mengenakkan karena kehadiran pria di depannya.

Setelah mendapat wajah Baekhyun yang sebentar lagi akan membunuh orang, Junmyeon merutuki dirinya saat salah mengambil keputusan untuk mempersilahkan pria itu duduk.

"Aku ingin tahu hubunganmu dan Ara."

Pertanyaan Baekhyun membuat Junmyeon hampir tersedak makanannya sendiri.

Jongin mendecak sebelum tertawa pelan. "Apa kamu tidak berniat basa-basi dulu?"

"Aku tidak suka basa-basi." Jawab Baekhyun pendek.

"Syukurlah. Aku juga tidak suka." Jongin mendecak. "Apa yang ingin kamu tahu tentang kami?" Jongin menekan katanya sengaja.

"Kamu tahu persis apa yang aku maksud."

"Jika maksudmu hubungan kami seperti kamu dan wanita sewaanmu itu, jawabannya-"

Baekhyun menghentikan kalimat Jongin dengan membanting tangannya di atas meja.

Pengunjung di sekitar sempat memperhatikan mereka aneh, tapi Jongin tidak merasa terganggu. Pria itu tertawa lebih keras saat Baekhyun sedang menahan amarahnya.

"Tenanglah, Tuan Byun. Perbincangan ini tak perlu dibumbui amarahmu." Jongin bicara enteng. "Tentu saja aku dan Ara ada dalam hubungan khusus. Kami mengenal satu sama lain lebih dari sepuluh tahun." Jongin bicara seakan Baekhyun tidak ada artinya.

Ada satu hal yang tidak Baekhyun tahu, jika ia adalah penyebab hidup mereka berantakan.

Aku akan membalas semua yang sudah kamu lakukan pada kami, Baekhyun.

Iya, kami.

Aku, Ara..

dan..

Sehun.

MONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang