Baekhyun pasrah.
Baekhyun tidak mengeluh banyak di belakang jeruji. Baekhyun selalu berpikir—apa yang ia tuai adalah apa yang ia tanam selama ini.
Baekhyun bosan hidup. Jika bisa ia luapkan dengan kata—Baekhyun ingin mati saja.
Baekhyun tidak punya gairah hidup—nyawanya melayang saat diajak berbincang. Baekhyun hanya menatap langit kosong sambil menangguk sesekali.
Tak jarang Hyori menemukan Baekhyun menangis di tengah perbincangan asik, padahal Hyori selalu menciptakan atmosfer ceria demi mengalihkan pikiran Baekhyun.
Jika Hyori bisa berkata jujur, Hyori kerepotan mengurus Baekhyun. Hyori mengurus rumah, pengacara, bahkan kerja Baekhyun yang tak ia mengerti sama sekali.
"Pikirkan dirimu sendiri." Hyori terenyuh melihat Baekhyun yang sekarang.
Hyori tahu makanan lapas tidak akan masuk ke perut Baekhyun—pria itu selalu makan enak, tapi Baekhyun tidak pernah menuntut diperlakuan spesial.
Misi Hyori sudah 90% selesai, tapi Hyori tidak tega meninggalkan Baekhyun. Setidaknya ia akan menunggu seorang untuk mengganti posisinya dalam mengurus Baekhyun.
Hyori menghela nafas ketika pria itu dibawa kembali ke selnya. Hyori berusaha menutupi kesedihannya sebisa mungkin, karena keluarga Baekhyun sangat membencinya setiap kali mereka bertemu saat persidangan.
Orangtua Baekhyun tidak bisa menyingkirkan Hyori karena kandungannya. Hal ini terbukti karena orangtua Baekhyun hanya akan berkomunikasi dengan Hyori demi kepentingan Baekhyun dan anaknya.
Hyori selalu disalahkan—mulai dari makanan, ruang tahanan Baekhyun, dan masih banyak lagi. Mereka pikir Baekhyun perlu perlakuan khusus seperti sel kelas kakap seharga ratusan juta demi kenyamannya.
Setelah ditanya, Baekhyun menggeleng tidak perlu. Baekhyun ingin diperlakukan sama dengan tahanan lain.
Hal yang berhubungan dengan Baekhyun membuat Hyori menjambak akar rambutnya.
Sehun mendekati Hyori di deretan paling belakang. "Hyori ya?"
"Tuan Oh."
"Hm, bisa bicara sebentar?"
"Perihal?"
"Hanya perbincangan kasual.."
Hyori mengangguk sebelum mengikuti Sehun pergi ke sebuah kafe dekat pengadilan.
Sehun dan Hyori duduk berhadapan tanpa saling memandang. Saat itu pikiran Hyori sedang melayang. Ia memikirkan masalah di hidupnya.
Sehun bertanya. "Merepotkan bukan?"
Hyori mengibas tangannya. "Ia tidak merepotkanku sama sekali."
Sehun tertawa kecil. "Aku bukan membicarakan Baekhyun." Hyori terlihat kaku dan canggung. "Aku membicarakan kehamilanmu."
"Oh itu.. Tidak juga.."
"Anak itu milik Baekhyun?" Sehun tiba-tiba mengalihkan pembicaraan.
Sehun memperhatikan wanita itu dari atas ke bawah. Kehamilan Hyori terasa janggal di telinga Sehun. Seorang wanita penghibur klub seperti Hyori—anak dalam rahimnya bisa milik siapa saja.
"Tentu saja!" Hyori menjawab dengan nada tinggi. "Siapa lagi yang menghamiliku selain Baekhyun?!"
Amarah Hyori sentak membuat Sehun tertegun—ia mirip seperti terlihat orang yang sedang menutupi sesuatu.
"Maaf jika itu menyinggungmu."
Sehun tidak mengerti kenapa Hyori tersinggung hanya karena satu pertanyaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER
Hayran Kurgu"Aku istrimu! Nona Jeehi sudah meninggal!" Tamparan keras melayang di atas pipinya. "Jaga mulut kotormu, Ara." "Jangan sentuh aku, monster!" Ara memegangi pipi merahnya dengan perasaan menggondok. "Monster?" Baekhyun melirik tajam seraya meraba bagi...