33

5K 655 20
                                    

Baekhyun ingin mengubur masa lalunya dan memulai hidup baru, tapi.. Mana mungkin Tuhan begitu baik pada pria brengsek macam Baekhyun?

Hidup akan selalu merenggut kebahagiannya karena Baekhyun yakin Tuhan sangat membencinya.

Sejak awal melihat Ara dibalut kekecewaan, Baekhyun yakin di titik itu Ara tidak akan bisa memaafkannya lagi.

Ara memberikan tatapan kelu untuk pertama kalinya saat bicara pada Baekhyun yang kini mati gaya. "Jawab, Tuan Byun."

Tidak ada rahasia.

Tidak ada kebohongan.

"Iya, benar."

Tidak ada gunanya berbohong lagi. Baekhyun tidak bisa hidup menutupi kebohongan dengan kebohongan.

Badan Ara melemas sejenak, tapi wanita itu tidak pernah menunjukkan kelemahannya. Seperti yang semua orang tahu, Ara benci dilihat lemah oleh orang-orang.

"Ar-"

Ara menghentikan kalimat Baekhyun dengan melambaikan tangannya. "Aku akan membawa Nona Hyori ke rumah sakit untuk tes DNA."

Ara tidak ingin percaya dan sebagian dari hatinya mengharapkan tes DNA mereka akan gagal.

Hyori tidak pernah gugup menunggu hasil tes, karena Hyori sudah yakin Jongin akan segera memanipulasinya.

Berbeda dengan Hyori, setelah selesai menjalani tes, Ara terus bergerak gelisah.

"Bagaimana perasaanmu?" Ara bertanya lembut dan memberikan air putih dalam gelas pada Hyori.

"Aku baik-baik saja."

"Apa kamu mencintai Baekhyun?" Pertanyaan Ara mengejutkan Hyori.

Hyori terdiam dan Ara menyimpulkan sendiri maksud Hyori. "Apa kita akan memperebutkan Baekhyun? Aku juga mencintainya, Nona Hyori." Ara tersenyum parau menatap Hyori.

Mungkin orang lain akan berkelahi habis-habisan, tapi Ara memutuskan untuk bersikap tenang.

Serius. Hyori lebih baik dijambak daripada di tatap seperti itu.

"Aku hanya ingin pengakuan Baekhyun. Anakku butuh dicintai." Hyori menjawab pertanyaan Ara simpel.

"Jika memang anak yang kamu kandung adalah anak Baekhyun, kamu tidak perlu khawatir. Baekhyun akan bertanggungjawab."

"Bagaimana denganmu?"

"Jangan khawatirkan aku."

Melihat gestur Ara yang terlalu baik membuat Hyori merasa tidak nyaman.

Untung dokter tadi menganggu waktu mereka, jika tidak mungkin Hyori sudah mati gaya di depan Ara.

"Atas nama Jung Hyori." Si dokter memberikan amplop putih bersegel.

Ketiganya membuka hasil bersamaan—Baekhyun dan Ara dikelabui perasaan pedih dan Hyori dengan eurekah.

Ara memegangi hatinya pelu. Ara menghapus kesedihannya dan memeluk Hyori. "Selamat."

Jangan panggil Ara aneh, karena seharusnya tidak boleh ada anak yang merasa tidak diinginkan. Maka, kehadiran Hyori dan anaknya di tengah rumah tangga mereka tidak boleh disesali sama sekali.

Baekhyun menarik Ara ke dalam peluknya. "Maaf.."

Ara mengusap punggung Baekhyun sesekali untuk menunjukkan ketegarannya, tapi matanya sudah tidak bisa menahan air mata yang sedaritadi menguap.

Ara benci menangis, tapi ia sudah tidak dapat menghianati hatinya. "Kamu harus mengurus Nona Hyori lebih baik."

Mereka pulang tanpa bicara. Makan malam pun terasa begitu getir dan memilukan untuk Ara dan Baekhyun. Kehadiran Hyori di kediaman tidak membuat keadaan lebih baik.

"Bagaimana perasaanmu?" Ara bertanya pada Hyori.

Jika Hyori bisa memilih, Hyori tidak ingin hamil lagi seumur hidupnya. Kehamilan membuat hatinya tak karuan, bahkan saat Ara menanyakan perasaannya cukup membuat Hyori gondok.

"Ada yang kamu inginkan? Misalnya, pernikahan?"

Baekhyun dan Hyori hampir saja mati tersedak.

"Aku tidak butuh pernikahan, karena aku tahu Baekhyun punya reputasi yang perlu dijaga." Hyori tidak diminta merusak reputasi Baekhyun. Hyori hanya diminta merusak rumah tangga mereka. "Aku hanya perlu kebutuhanku dan anakku dipenuhi dengan baik."

Makan malam selesai tanpa perbincangan tambahan. Ara dan Baekhyun kembali ke kamarnya dan kini ia telah berlutut untuk pengampunan dari isterinya.

"Ara.. Tolong ampuni aku.." Baekhyun menenggelamkan wajahnya dan menangis di sana.

Ara menarik lembut wajah Baekhyun dan mengusap air matanya. "Aku memaafkanmu."

"Aku mencintaimu.."

Ara berbisik kecil. "Aku tahu.."

Saat itu Ara tidak mau repot memikirkan perasaannya dan menutup matanya—mencoba tidur. Baekhyun terdengar menghela nafas sebelum memeluk Ara. "Aku sangat mencintaimu, Ara." Barkhyun mendesis sebelum tertidur lelap.

Ara membuka matanya setelah mendapati Baekhyun terlelap. Ia tidak bisa tidur sekalipun dipaksa. Ia memperhatikan Baekhyun sangat lama sebelum melepaskannya untuk berkunjung ke kamar Hyori.

Ara mengetuk pintu kamar Hyori untuk menemukan wanita itu belum tertidur. "Belum tidur?"

Hyori membiarkan Ara masuk ke dalam kamarnya. "Aku tidak bisa tidur."

"Kenapa?"

Alasannya terlalu banyak.

Pertama, Hyori sangat merindukan adiknya. Pekerjaannya membuat Hyori tidak bisa bertemu untuk sementara waktu.

Kedua, hormon kehamilannya sangatlah menyebalkan. Sekarang Hyori sangat ingin sekali dipeluk.

"Apa aku perlu panggil Baekhyun?"

Percayalah, Ara tahu rasanya saat ingin dekat dan diperhatikan sang ayah.

"Tidak. Tidak hari ini. Kalian selesaikan dulu apa yang harus diselesaikan." Hyori mencegahnya. "Cobalah untuk mementingkan dirimu terlebih dahulu.."

"Kamu wanita yang baik. Selamat malam, Nona Hyori."

Kamu salah. Aku jauh dari baik.

MONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang