Baekhyun bersikeras menemani Ara check up, walaupun sekarang pekerjaannya banyak yang terteter. Ara yakin Baekhyun lelah. Ara tidak tega melihat Baekhyun mondar-mandir hanya untuk mengantarnya, padahal Ara bisa pergi diantar supir. Setelah debat panjang, akhirnya Baekhyun memutuskan untuk kerja.
Ara memberi kabar gembira pada keluarga dan teman-teman akan kehamilannya.
Ibu dan Ayah pernah curiga anaknya tidak dapat memberikan keturunan karena pernikahannya kemarin—setelah mendengar berita ini, mereka sungguh berada di lapisan paling atas.
Jisoo datang diantar suaminya. Mereka sengaja datang ke rumah untuk langsung memberikan selamat.
Ara bercerita banyak pada sahabatnya tanpa meninggalkan detail dengan perasaan menggebu. Jisoo bisa lihat seberapa berbinarnya Ara ketika ia membicarakan suaminya.
Jisoo memeluk Ara erat dan menggumam diantaranya. "Selamat! Aku senang sekali!"
Junmyeon yang hadir dalam perbincangan itu pun turut senang. Junmyeon sendiri tidak pernah membayangkan Baekhyun akan berhenti.
x
Kaki Baekhyun berat meninggalkan rumah, seperti ada yang salah—membuatnya begitu khawatir. Sejak Dubai, perasaan buruk tak kunjung pergi, bahkan gundahnya makin menjadi-jadi belakangan ini.
Baekhyun merasa ia akan kehilangan segalanya.
Ara..
Anaknya..
Unknown: Kamu akan jatuh, Byun Baekhyun.
Sebuah pesan yang mendadak kalang kabutkan pikirannya.
Baekhyun: Siapa?
Unknown: Your number one hater..
Keputusan terbaik saat itu adalah memblokir nomer tersebut agar ia bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya.
Asistennya datang tak sampai semenit setelah Baekhyun memanggilnya. "Kenapa kontak sembarang bisa tahu kontak pribadiku?"
Ia mengangkat wajahnya bingung. "Aku tidak pernah membagikan kontak pribadi Tuan pada siapapun."
"Aku bertanya bagaimana ada orang dapat kontak pribadiku."
"Boleh aku tahu kontak yang menganggu Tuan?"
"Ia menggunakan nomor private." Baekhyun membalas datar.
"Apa Tuan ingin melacak nomor tersebut dengan ahlinya?" Ia tidak bertanya kenapa Baekhyun begitu marah. Jika menilai rautnya, ia yakin isi pesan yang diterima atasannya adalah hal yang cukup mengganggu.
Baekhyun tidak menjawab dan mempersilahkan asistennya untuk pergi saat Ibu menelepon di tengah kegaduhan ini.
Ibu terus menerus mendesak Baekhyun untuk mengadakan pesta perayaan kehamilan isterinya. Baekhyun yakin ide merayakan kehamilannya akan Ara tolak mentah-mentah.
—wanita itu penuh kesederhanaan.
Sebuah pesan masuk dari isterinya—memberikan Baekhyun kelegaan untuk mematikan telepon Ibunya. Ia menghembuskan nafas lega sebelum nafasnya tercekat lagi.
Ara: Aku takut..
Baekhyun: Apa kamu baik-baik saja?
Pikiran Baekhyun mendadak kacau. Ia tidak bisa memikirkan apapun selain suatu yang buruk terjadi pada Ara dan anaknya.
Baekhyun tidak berpikir lama untuk meninggalkan kantor. Akal sehatnya mengawang begitu saja, seperti tubuhnya mati rasa dan pandangannya mengabur.
Ara duduk terdiam dengan tatapan kosong yang cendrung kelabu. Ara tidak punya tenaga untuk memberi tantrum.
"Apa yang terjadi?" Baekhyun meremas tangan Ara. "Hei, kamu kenapa?"
Junmyeon menepuk pundak Baekhyun untuk berdiri. "Jangan paksa ia untuk bicara."
"Aku harus tahu apa yang terjadi."
"Tentu saja kamu harus tahu apa yang terjadi, bahkan kamu satu-satunya yang harus tanggung jawab atas kecerobohanmu."
"Kecerobohanku? Apa maksudmu?!"
Junmyeon mengisyaratkan Baekhyun untuk menoleh dan matanya hampir tidak percaya saat menemukan seorang wanita berdiri di dekat kaca sambil melipat tangannya.
"Baekhyun, kita bertemu lagi."
Hyori?
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER
Fanfiction"Aku istrimu! Nona Jeehi sudah meninggal!" Tamparan keras melayang di atas pipinya. "Jaga mulut kotormu, Ara." "Jangan sentuh aku, monster!" Ara memegangi pipi merahnya dengan perasaan menggondok. "Monster?" Baekhyun melirik tajam seraya meraba bagi...