24

8.3K 923 29
                                    

Baekhyun merutuki dirinya berkali-kali hanya untuk kegelisahan hatinya. Baekhyun menghentikan aktivitasnya saat mendengar suara gerbang rumah terbuka, menandakan wanita yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang.

Ara memanggil Baekhyun di belakangnya dengan lembut, tapi tidak cukup lembut untuk meluluhkan hati keras Baekhyun.

"Baekhyun?"

"Ara.. Apa kencanmu menyenangkan?" Baekhyun tersenyum dibalik kekecewaannya.

Ara menghela nafas lelah. Butuh berapa kali untuk Baekhyun mengerti hubungannya dengan Jongin hanyalah sebatas teman?

Sulit untuk Ara menangkap ekspresi wajah Baekhyun di ruangan yang sengaja tidak dinyalakan lampunya.

Baekhyun menekan permukaan Ara bersamanya. Ara tercekat saat merasakan hembusan nafas alkohol menyengat hidungnya.

"Apa kamu punya harga diri setelah pergi bersama pria lain?"

Ara meringis saat mendengar pernyataan Baekhyun.

"Kamu sama seperti wanita lain."

Rasa takut Ara hilang begitu saja sampai tuduhan Baekhyun melewati koklea telinganya.

"Siapa yang kamu bilang selingkuh?" Ara melangkah menantang pria itu.

Ara mengabdi hidupnya untuk Baekhyun—bahkan setelah pelakuan yang Baekhyun lakukan, Ara masih berdiri menemani harinya.

Gelas sengaja dilempar ke dinding. "Kamu-!"

Sayangnya Ara tidak tersendak mundur atas dentingan yang seharusnya menakutkannya.

"Oh Sehun!" Ara menyebut nama pria itu lantang. "Kim Jongin.. Ia orang yang menggangguku dan Sehun."

Baekhyun termangu di tempatnya. Ia berulang mengedip tidak percaya—berharap pendengarannya rusak. Baekhyun tidak dapat menerima kenyataan bahwa selama ini pria yang ia cemburui adalah seorang penyuka sesama jenis.

"Apa semuanya sudah jelas?" Ara dengan nada mencela. "Rahasia ini akan aku bawa sampai mati, tapi kamu dan emosimu membuatku gila!"

Ara merutuki dirinya setelah membocorkan satu-satunya rahasia yang perlu ia simpan seumur hidup.

"Pertama, kamu memperlakukanku seperti sampah. Kedua, kamu tidak mau mengakui bayi ini. Ketiga, kamu menuduhku. Bunuh aku jika kamu begitu membenciku, Byun Baekhyun." Ara mencekram Baekhyun layaknya seekor garuda mencengkram tenggernya.

Ara tak membiarkan kalimatnya menjeda. "Apa kamu pikir aku tidak tahu kamu masih mengharapkan Jeehi kembali?! Apa kamu pikir aku tidak tahu saat kamu menangisi Jeehi sepanjang malammu?! Bagaimana dengan kamu yang bermain di belakangku dan kamu sendiri yang menuduhku selingkuh, padahal semua orang tahu siapa yang berselingkuh!"

Mata Ara tak sengaja meluap akibat perasaan yang tak lagi dapat ia kontrol. Ara tidak ingat jadi wanita lemah di depan orang sampai ia bertemu Baekhyun. Ara lelah menjadi wanita tangguh saat hatinya hancur.

Air mata telah berderai dan Ara tidak malu menunjukkannya pada Baekhyun. Ara membiarkan pria itu menerawang perasaannya.

"Aku tidak pernah membencimu.." Bisik Baekhyun diikuti sebuah helaan.

Baekhyun merasakan emosi Ara menjulur ke ubun-ubunnya. Baekhyun menarik badan itu ke arahnya sebelum memeluk Ara erat.

Baekhyun mengecup kening Ara selama beberapa menit penuh. Baekhyun menatap mata Ara untuk menemukan mata penuh dengan emosi malam itu.

"Maaf.."

"Tidak ada gunanya lagi." Ara mengusap air matanya.

"Ara.. Ak-"

"Aku ingin tes DNA. Jika memang ini benar anakmu, aku minta jangan menyiksanya seperti kamu menyiksaku."

Ara meninggalkan Baekhyun dalam kegelapannya—tidak ingin lagi memperdebatkan masalah yang bisa membuat kepalanya lebih berantakan.

x

Ara menemukan Baekhyun terkukur lemah di tempat persis malam kemarin. Baekhyun terlihat berantakan dan lelah—seperti semalaman tidak beristirahat.

Baekhyun melirik. "Apa kamu benar-benar ingin melakukan tes itu?"

Ara menangguk.

"Aku percaya padamu.. Kita tidak perlu melakukan tes itu."

Demi tuhan, Baekhyun merasa begitu bersalah.

"Tes ini bukan hanya untuk pembuktian untukmu, tapi untuk ketenangan hatiku juga. Bayi ini tidak akan tenang jika bapaknya tidak mengakui kehadirannya."

Ara dan Baekhyun sama-sama tidak bersuara sepanjang pemeriksaan. Jika saja Baekhyun bukan teman dekat dari pemilik rumah sakit itu, mungkin mereka tidak dapat melakukan tes di hari kunjungan.

Baekhyun memperhatikan wajah Ara—terlihat depresi dan sedih. "Ara.."

Ara mengadah.

"Bagaimana perasaanmu?"

"Biasa saja."

"Yakin?"

Ara memberikan senyuman hangat yang tak Baekhyun curigai ketulusannya.

Baekhyun yakin hasil tes akan sesuai dengan harapan mereka. Keduanya tidak terkejut saat membuka hasil tes tersebut, namun menunjukkan sedikit kelegaan.

Baekhyun disarankan lebih baik dalam merawat Ara dan anaknya, karena Ara punya tekanan darah yang cukup rendah. Kemudian keduanya pula diingatkan untuk tidak berhubungan intim karena usia janin yang tergolong sangat muda.

Mereka pulang dengan perasaan eurekah. Perasaan keduanya begitu senang hingga ke langit tujuh hingga melupakan masalah kemarin lalu.

Ara mendekap Baekhyun dengan kedua lengannya—sengaja ia tinggalkan melingkar di leher sang suami. "Baekhyun.."

"Hm?"

Ara membuka baju Baekhyun perlahan—membuat Baekhyun meringis dalam pikirannya.

Saat Ara mengecup permukaan klavikulanya, Baekhyun langsung mencegah aksi sang isteri. "Hei, jangan."

Seperti menulikan pendengarannya, Ara melanjutkan aksinya tanpa rasa bersalah. Bisik Ara di telinga Baekhyun, "Nikmati saja." Ara tersenyum nakal pada Baekhyun membuat pria itu menelan ludah kasar.

Baekhyun bukan lagi terangsang dengan ibu hamil di depannya, tapi Baekhyun hampir gila untuk menyentuh Ara. Baekhyun menikmati apa yang Ara lakukan untuknya dan membiarkan wanita itu mendominasi aktivitas mereka.

Baekhyun benar-benar menikmati sesi mereka sampai ia merasakan miliknya hampir masuk ke dalam isterinya. "Mari berhenti di sini." Baekhyun menahan pinggul Ara demi keselamatan bayi mereka. Baekhyun memang tidak tahu menahu tentang kehamilan, tapi Baekhyun tidak ingin menaruh risiko.

Ara merotasi matanya penuh. "Apa kamu benar-benar akan menuruti perintah dokter itu?"

"Tentu saja." Ucap Baekhyun seakan jawabannya paling benar.

"Sekali saja. Aku sudah dalam orgasm keduaku."

Sebut Ara ibu hamil gila. Hamil membuat Ara menginginkan Baekhyun dua kali lipat.

"Sayang, bersabarlah sebentar lagi." Baekhyun menolak lembut. "Kita akan melakukannya saat dokter memberikan lampu hijau."

Tentu saja Ara tercengang setelah Baekhyun menolaknya, tapi Baekhyun memberikan penjelasan panjang lebar untuk Ara agar wanita itu tidak salah paham.

Ara tersenyum manis untuknya dan Baekhyun tidak pernah begitu tenang di antara dua orang yang sangat ia cintai.

Ara dan anaknya.

"Terima kasih sudah memberikan kebahagiaan untukku, Lee Ara."

MONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang