27

6.9K 750 23
                                    

Jongin tidak takut untuk menyakiti siapapun yang menghalangi jalannya. Jongin telah memikirkan matang rencananya sejak penolakan yang Ara buat.

Jika Ara tidak bisa kembali bersama Sehun, Jongin bisa pastikan Ara tidak bersama Baekhyun pula.

Jongin mengeksplorasi targetnya malam ini. Wanita yang ia cari sedang duduk dengan pria yang memangkunya.

Jongin menangkap mata lelahnya dan mengedipkan sebelah mata. Jongin tak lupa menyunggingkan senyuman penuh arti pada wanita itu—membuatnya sentak meninggalkan pria yang ada di sampingnya.

"Hei." Wanita itu berakting mabuk. Wanita semacamnya tidak akan pernah mabuk karena pekerjaan, tapi mereka akan berpura-pura mabuk untuk menambah suasana saja.

"Kesepian?" Wanita itu membelai sensual dadanya diikuti tawa renyah dari Jongin. "Apa kamu butuh teman?" Wanita itu langsung duduk di pangkuan Jongin tanpa izin.

"Ada apa dengan pria tadi?" Jongin menunjuk pria yang tadi ia goda.

Wanita itu merotasi matanya. "Pria itu-"

"Tidak mampu membayarmu?" Jongin mengucapkan asumsinya tidak sopan.

"Iya, itu salah satu alasannya."

Jongin membunuh rokoknya dan menatapnya tajam. "Aku punya tawaran untukmu. Apa kamu tertarik?"

Wanita itu mengangguk dan mengikuti Jongin pergi menuju mobilnya. Sebelum Jongin membuka pintu mobilnya, Jongin terjebak ke arah pintu dengan sepasang lengan kecil.

Wanita itu mencium Jongin dengan kemampuannya—semakin cepat mereka bertransaksi semakin cepat pula ia pulang dan jika beruntung ia bisa dapat dua kostumer dalam satu malam.

"Hentikan." Jongin melepas tautan mereka secara paksa.

Jongin membawa wanita itu ke sebuah toko kopi kecil saat wanita itu kira Jongin akan membawanya ke sebuah hotel.

"Apa yang kita lakukan di sini?"

"Aku ingin kamu hamil." Jongin langsung mengutarakan maksud pertemuan mereka.

"Apa aku tidak salah dengar?" Wanita itu sempat mengira telinganya rusak setelah bertahun-tahun kerja di tempat berisik.

"Aku ingin kamu hamil." Jongin bicara enteng seraya menyalakan rokoknya.

Wanita paruh baya itu sudah memiliki perasaan yang tidak enak saat mata mereka bertemu pertama kali. Asumsinya terjawab saat mendengar permintaan Jongin.

"Aku tidak akan melayanimu malam ini." Wanita itu tertawa sarkas dan langsung bergegas dari hadapan Jongin.

"Benar begitu, Jung Hyori?" Bagaimana cara Jongin mempronausiasikan nama Hyori begitu mencekang hatinya. "Jangan mempersulit keadaan."

Jongin kenal wanita itu dari atas sampai bawah, bahkan Jongin tahu latar belakang wanita murahan itu.

Hyori tidak berhadapan dengan kasus seperti itu hanya sekali. Banyak wanita yang menemuinya hanya untuk mengancam.

Sayangnya wanita itu tidak takut. Hyori punya Junmyeon yang akan melindunginya. "Aku tidak takut."

Jongin mengeluarkan amplop cokelat membuat Hyori tertahan. "Lihat sendiri." Jongin mengacung.

Tangan Hyori bergetar menemukan foto adiknya, Hyosoo, terkukur lemah di rumah sakit.

"Adikmu bisa meninggal kapan saja." Jongin mendelik bahunya tidak peduli. "Aku bisa minta donaturmu untuk menghentikan bantuannya."

Sejak setahun yang lalu, Hyosoo mengeluh punggungnya sakit. Hyosoo dinyatakan terjangkit kanker tulang belakang akut karena penyakitnya diabaikan terlalu lama.

Pekerjaannya sebegai pelayan restoran tidak mampu menutup kebutuhan adiknya. Hyori tahu pilihannya menjadi wanita penghibur bukanlah suatu yang bisa ia banggakan, tapi ia akan berusaha jika itu untuk Hyosoo.

Seberapa keras Hyori bekerja, penghasilannya tetap tidak mampu membiayain perawatan kanker yang makin melejit tiap harinya. Hyori yang mulai putus asa, pergi mencari berbagai donatur dari berbagai organisasi kesehatan untuk pengajuan bantuan.

Ancaman Jongin memang tidak mendebarkan, tapi Hyori perlu waspada jika donaturnya mencari tahu latar belakang keluarga dan kariernya—mungkin Hyosoo akan kehilangan keduanya: pekerjaannya dan donaturnya.

"Jika kamu setuju, adikmu akan dapat apa yang harus ia dapatkan."

Hyori membuka pernawaran Jongin dengan nada tegas. "Aku harus apa?"

Jongin mengelaborasi rencananya elegan tanpa dilebih-lebihkan. "Kamu mau tahu kenapa aku memilihmu? Karena kamu mengenal Baekhyun, bahkan kamu sudah satu ranjang dengannya."

Hyori menelan ludah kasar. Salah satu peraturan yang Junmyeon buat adalah tidak membuka mulut tentang kostumer mereka.

"Akui anak itu milik Baekhyun."

Hyori mengejut. "Pria itu sudah punya isteri!"

Jongin bertepuk tangan. "Hebat, kamu tahu! Itulah serunya!" Jongin tertawa lepas. "Jika pria itu memang mencintai isterinya, tidak mungkin ia membelimu untuk bercinta."

Hyori memijat dahinya depresi. Peran Hyori dalam rencana itu begitu dalam nan gelap, bahkan Hyori diharuskan merusak rumah tangga orang lain.

"Rencana macam apa ini?"

"Aku ingin bersama Ara." Jongin tidak memberitahu kebenarannya seratus persen pada wanita bodoh di depannya.

"Masalah balas dendam?"

"Kamu bisa bilang seperti itu." Jongin menghisap rokoknya sekali lagi.

"Apa kamu yakin rencana ini akan berhasil?"

Jongin menangguk pasti. "Baekhyun akan mengakui bahkan membiayai semua keperluanmu saat ia tahu kamu mengandung anaknya."

"Apa tidak akan ketahuan?"

Jongin tersenyum menyakinkan. "Serahkan semuanya padaku. Lakukan apa yang aku pinta dan kita berdua akan aman."

"Apa kita akan melakukannya sekarang?" Hyori bertanya dengan tatapan kosong.

Jongin menggeleng. "Lakukan dengan orang lain. Aku tidak bisa mengambil risiko menghamilimu."

"Jangan buat aku berpikir lebih keras! Semua adalah rencanamu dan kamu sendiri yang harus memikirkan detailnya." Hyori menggerutu. "Lagipula ini adalah asuransiku jika kamu tiba-tiba meninggalkanku."

Jongin mengulas dahinya. "Baiklah, ayo lakukan ini."

MONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang