Baekhyun terbangun merasakan kehangatan yang ia rindukan. Baekhyun melirik Ara tertidur pulas pada lengannya dengan nafas panjang untuk menhirup aroma tubuh yang memabukkan itu.
Baekhyun memperhatikan Ara sangat lama sambil memikirkan hubungan mereka. Baekhyun akui ia begitu buruk memperlakukan isterinya—bahkan ia belum sempat mengajak Ara bulan madu karena jadwal padatnya.
Baekhyun tidak berniat membangunkan Ara—ia pikir Ara pantas dapat istrihat cukup mengingat tubuhnya cukup lemah.
Baekhyun melangkah ke dalam kamar yang terletak tak jauh darinya. Baekhyun dapat menghirup aroma yang dulu selalu ia rindukan setiap masuk ke kamar itu.
Baekhyun mengusap album demi album memorinya dengan si mantan isteri. Hatinya mendadak mengelabu saat ia menyadari telah mengingkari janjinya pada Jeehi untuk terus mencintainya—di sisi lain, Baekhyun tak dapat menahan lagi perasaannya untuk Ara.
Pelabuhan yang dulu ia agungkan kini telah merubah lokasinya. Baekhyun sama sekali tidak memiliki apapun yang seharusnya ia miliki untuk Jeehi.
Baekhyun meletakkan satu persatu memori ke dalam kardus cokelat barang tanpa meninggalkan jejak apapun di dalamnya.
Ara terbangun dan menemukan Baekhyun tidak ada di sisinya. Ara menggenamkan wajahnya saat cahaya dari luar jendela menusuk bola matanya.
Ara tidak repot mandi. Wanita itu pergi mendekati kegaduhan yang terdengar di sebelah kamar mereka. Ara memperhatikan Baekhyun di daun pintu sebelum pria itu menyadari kehadiran Ara.
"Selamat pagi." Baekhyun mengecup bibir Ara singkat sebelum mengecup tengkukan di perut Ara. "Selamat pagi, anak Ayah."
Ara tersenyum manis, "Apa yang sedang kamu lakukan?" Ara menunjuk ruangan kosong melompong di depannya.
"Kita akan punya anak dalam beberapa bulan dan aku akan membuat kamar bayi yang tidak terlalu jauh dari kamar kita. Letaknya tepat di kamar ini."
"Apa kamu yakin?"
Siapa yang tahu Baekhyun akan berubah secepat ini?
"Kenapa? Kamu tidak suka?"
"Terima kasih, Baekhyun."
Baekhyun mengangkat tubuh Ara dan mengecup bibirnya lama—mengabaikan pasang mata yang memperhatikan tidak enak.
Ara melepaskan pagutan mereka sebelum Baekhyun kehilangan kontrol.
"Kenapa?"
Ara melirik ke arah Chungha—dengan harapan Baekhyun akan mengerti maksudnya. Baekhyun tertawa dan menarik Ara masuk ke kamar mereka sebelum mengunci pintu itu rapat-rapat.
Saat Baekhyun berbalik, Ara sudah meragup bibirnya dan mendorong tubuh Baekhyun sampai punggungnya menyentuh daun pintu.
"Ara.." Baekhyun mencoba melepaskan tubuh Ara darinya.
Jika saja dokter kandungannya tidak melarang mereka untuk berhubungan intim, Baekhyun sudah pasti memuaskan hasratnya seharian penuh.
Ara tidak mempedulikan kalimat Baekhyun dan menarik pria itu ke atas ranjang sebelum menanggalkan pakaiannya.
"Tolong jangan buat ini lebih sulit dari seharusnya."
Ara merotasi matanya. "Apa kita akan kembali membahas topik ini?"
"Apa kamu kurang mengerti maksudku kemarin?" Baekhyun mengusap perut Ara. "Aku tidak ingin suatu yang buruk menimpanya."
Ara menghela nafas.
"29 minggu lagi." Baekhyun mencoba meyakinkan Ara. Baekhyun mengajak Ara pergi dengan dalih agar Ara lupa akan perdebatan mereka.
Baekhyun menghela nafas lega saat melihat tengkukan itu berubah menjadi senyuman yang selalu ia suka. Untung saja mengubah suasana hati Ara tidak sesulit memecahkan masalah kantor.
Mereka memutuskan untuk pergi ke kebun binatang setelah Baekhyun memperdebatkan keinginan Ara untuk pergi seluncur es.
Bukannya tidak mau—bagaimana jika Ara jatuh? Baekhyun tidak akan memaafkan dirinya jika terjadi suatu pada Ara dan bayi mereka.
Ara terlihat begitu bahagia seraya cahaya matahari menusuk kulitnya dengan indah.
Ara memegangi hewan di setiap kesempatan dan Baekhyun repot meningatkan wanita itu untuk terus menggunakan gel anti bakteri dan tisu basah agar tidak terjangkit penyakit.
Sekarang Baekhyun menyesal sudah membawa Ara ke tempat penuh kuman dan bakteri.
Baekhyun meringis saat Ara memasukkan tangannya ke dalam kolam penyu, walaupun kebun binatang itu termasuk kebun binatang eksklusif, tapi binatang tetaplah binatang—mereka kotor.
Baekhyun menahan tangan Ara. "Aku lapar." Baekhyun mencari alasan, karena jika tidak, Ara akan cemberut sepanjang hari karena Baekhyun melarangnya.
Baekhyun tersenyum tenang saat mendapati Ara menyetujui idenya.
Ara menggigit makanannya sebelum perutnya mengeluh tidak menyukai burger. Ara menaruh roti lapisnya dan melipat tangannya rapih.
"Kenapa?" Baekhyun mulai membaca Ara tidak akan memakan pesanannya.
"Aku tidak suka."
"Kenapa pesan?"
"Aku tidak tahu kalau aku tidak suka." Ara menggerutu.
Baekhyun lagi-lagi menghabiskan makanan Ara yang hampir tidak Ara sentuh. Mungkin lain kali Baekhyun harus mengosongkan perutnya setiap makan bersama Ara.
Mereka keluar untuk menemukan toko souvenir. Ara masuk ke dalam meninggalkan Baekhyun di belakangnya mencari keberadaan wanita itu.
Mata Ara menangkap seekor kura-kura seukuran telapak tangannya di dalam toko tersebut. Ara mendekatkan badannya.
"Ada yang bisa dibantu?" Si pelayan menyapa Ara.
"Lucu~" Ara menunjuk kura-kura itu.
Baekhyun datang terengah-engah sebelum menggerutu pada Ara. "Jangan tinggalkan aku seperti itu lagi!"
Ara tidak merespon titah Baekhyun. Wanita itu hanya memperhatikan kura-kura di depannya dengan seksama seraya mencari detailnya.
"Aku ingin ini." Ara memesan langsung tanpa persetujuan Baekhyun pada pelayan di sebelahnya. "Dia lucu sekali~" Ara sentak meraih kura-kura tersebut sebelum tangan pelayan mecegahnya.
"Maaf hewan ini tidak dijual." Pria dengan tag nama Jinyoung menjelaskan. "Hewan ini sedang menjadi objek penelitian."
Baekhyun menghela nafas lega. Baekhyun yakin Ara tidak akan tahan mengurus binatang lebih dari sebulan karena perubahan suasana hatinya saat hamil.
Ara menekuk bibirnya sepanjang perjalanan dan mengabaikan Baekhyun sampai masuk ke kamar mereka. Baekhyun berkali-kali memanggil nama wanita itu namun Ara tidak kunjung meresponnya.
"Kamu marah soal kura-kura tadi?" Baekhyun memperhatikan punggung Ara yang menghadapnya.
"Berisik sekali. Telingaku bisa berdarah." Ara menggerutu pelan.
"Maaf.." Baekhyun memeluk Ara dari belakang. "Tolong mengerti kekhawatiranku."
"Aku tidak ingin mendengar lagi." Ara melepas pelukan Baekhyun dan menemukan sepasang tangan mencegahnya pergi.
Baekhyun mengecup bibirnya. "Galak sekali."
Ara terus menekukkan bibirnya, tapi Baekhyun membalasnya dengan sebuah kecupan sampai Ara membalas kecupan itu—Baekhyun tersenyum diantara ciuman mereka.
Setelah beberapa menit, Baekhyun melepas tautan mereka dan tersenyum nakal. "Aku rasa tadi ada yang marah."
Ara memukul lengan Baekhyun bercanda dan menyembunyikan wajahnya di dalam bantal membuat Baekhyun tertawa lepas.
Semoga tidak ada masalah diantara kita lagi. Aku menyayangimu, Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER
Fanfiction"Aku istrimu! Nona Jeehi sudah meninggal!" Tamparan keras melayang di atas pipinya. "Jaga mulut kotormu, Ara." "Jangan sentuh aku, monster!" Ara memegangi pipi merahnya dengan perasaan menggondok. "Monster?" Baekhyun melirik tajam seraya meraba bagi...