7

12.1K 1.1K 18
                                    

Penantian Ara berakhir saat ia mendengar dentuman kaki Baekhyun pulang larut malam melewati kamar mereka.

Setelah menunggu terlalu lama, Ara mengatur rambutnya dan mengikuti jejak Baekhyun yang hilang ditelan kamar misterius tak jauh dari kamarnya.

Kamar misterius itu selalu tertutup dan terkunci karena tidak ada yang pernah boleh menginjak kakinya di sana.

Ara masuk tanpa izin dan membuka pintu perlahan tanpa membuat suara untuk mendapati Baekhyun sedang meringkuk di atas tempat tidur dengan sebuah bingkai di sisi kanannya.

"Jeehi.. Aku mencintaimu lebih dari apapun. Maafkan aku.." Pria itu melirihkan perasaannya.

Ara keluar tanpa menunggu Baekhyun dan kembali ke kamarnya memegangi hati. Menahan rasa sakitnya, Ara tak kuasa menangis untuk melerai konflik hati. Ara tidak ingin terlihat lemah, tapi apa yang Baekhyun lakukan padanya telah melewati batas kemampuannya.

x

Ara mengaduk makanannya tanpa ia makan. Wanita itu ingin memancing emosi Baekhyun agar memperhatikannya.

"Ada apa denganm-"

Untuk pertama kalinya, kalimat Baekhyun sengaja Ara potong tanpa rasa berdosa. "Jangan bicara."

"Kenapa sih?" Baekhyun menggerutu.

Ara mengeraskan rahangnya untuk tidak meledak di pagi hari itu. Ara menenggelamkan wajahnya yang sudah merah padam.

Bagaimana Baekhyun tidak merasa bersalah?

Setelah melecehkan Ara, Baekhyun pergi tanpa izin dan pulang larut malam dengan wangi yang tidak pernah Ara suka—alhokol dan parfum perempuan.

Sebanyak apapun Ara membuat kebaikan, pria itu tidak pernah sedikit pun menghargai pengorbanannya.

"Berhenti mengaduk makanan yang tidak ingin kamu makan."

Ara mengusap peningnya. Ara tak dapat menahan emosinya saat ia menampar Baekhyun di pipinya.

Plak!

Tamparan Ara tak gagal membuat semua orang yang menyaksikan terkesiap.

Ara tidak menyesal telah menampar pria yang sudah melecehkan harga dirinya. Baekhyun pantas ditampar, bahkan ia pantas untuk diceraikan.

Baekhyun membanting perkakas makannya dan menggenggam tangan Ara kasar untuk mempertemukan mata mereka.

Baekhyun menarik Ara ke teras rumah tanpa melepas tangannya walaupun seberapa banyak Ara memintanya untuk melepas tautan yang membuatnya meringis.

"Sakit!" Ara berteriak merintih.

Pergelangan Ara membengkak, namun Baekhyun bertingkah tidak peduli. "Kenapa kamu memukulku?"

Ara tidak menjawab karena ia sibuk memijat tangannya yang sakit.

"Jangan diam saja!" Baekhyun membentak Ara sampai ia menjawab pertanyaannya.

"Apa kamu kehilangan akal sehat?" Ara tidak takut membalas Baekhyun dengan nada yang sama tinggi. "Kamu marah karena aku pergi dengan pria lain, kemudian kamu meninggalkanku tanpa penjelasan."

Ara mengatur nafasnya dan meninggalkan Baekhyun dengan sejuta sumpah serapah yang ia pendam untuk pria itu.

x

Ara meminta Chungha untuk membuka kamar Jeehi setalah Baekhyun pergi. Awalnya Chungha ragu, tapi Ara terus memaksa hingga Chungha merasa tidak punya pilihan lagi.

Kamar Jeehi jauh lebih megah dan sama sekali tidak berdebu—setiap hari Chungha membersihkan ruangan itu.

Ara mendapati sebuah bingkai tergeletak manis di tempat tidur. Ara mengusap jemarinya dan menggigit pipinya. "Ini siapa?"

"Tuan dan Nyonya Jeehi." Chungha mendeham. "Nyonya Jeehi cinta bermusik. Mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam di ruang musik. Tuan Byun menghancurkan ruang musik sehari setelah kepergian Nyonya Jeehi."

Chungha melanjutkan. "Sesibuk apapun Tuan Byun, jika untuk Nyonya Jeehi pasti akan ia lakukan, bahkan jika itu hanya untuk membeli anggur di tengah pertemuan penting."

Ara menemukan tempat tidur anak beserta mainannya tak jauh dari sana—tanpa bertanya Chungha sudah menceritakan apa yang ia tahu.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi sampai ajal memisahkan mereka, tapi Tuan dan Nyonya mencoba memiliki momongan sepanjang pernikahan dan tidak pernah diberkahi satu."

"Apa yang terjadi?"

"Kecelakaan mobil." Chungha bertutur. "Dengan Tuan Byun di kemudi. Tuan Byun selalu menyalahkan dirinya semenjak kejadian itu terjadi."

Ara yakin Baekhyun akan dihantui rasa pahit seumur hidupnya. Lantas, seorang yang sangat Baekhyun cintai meninggal di depan matanya.

Ara mengerti persis apa yang Baekhyun alami: kehilangan.

Ara dan Baekhyun sama-sama kehilangan sesosok pendamping hidup yang mereka sangat cintai—perbedaannya, itu tidak membuat Ara berlarut dalam kesedihan, karena Ara tahu Sehun pasti akan bahagia jika ia bahagia.

"Aku tahu rasanya kehilangan seseorang yang sangat aku cintai pada masanya." Ara membendung air mata di ujung kelopaknya. "Aku kehilangan suamiku saat ia bertugas ke luar negeri. Ck! Dia jahat."

Ara ditinggal dengan warisan besar milik Sehun, tapi saat itu Ara tidak bisa berpikir apapun selain rasa sakit akibat kehilangan suaminya. Semua warisan itu Ara kembalikan pada keluarga besar Sehun yang senang hati menerimanya.

"Mungkin Nyonya bisa berbagi cerita dengan Tuan Byun." Chungha merespon canggung. Ia merasa telah bertapak pada masalah pribadi keluarga yang seharusnya tidak ia ketahui.

Ara menatap gadis itu dengan senyuman semu. "Untuk apa?" Ara mendecak dan menggelengkan kepalanya. "Aku benci dikasihani."

Chungha tidak mengerti perdebatan apa yang membuat Ara dan Baekhyun bertengkar besar, tapi gadis itu mendoakan yang terbaik untuk keduanya.

Chungha mendapat telepon dari Ibu Sora untuk membantunya menyiapkan makan malam, tapi Ara menolak untuk keluar dari ruangan itu. Ara masih sibuk membuka halaman demi halaman album pernikahan Baekhyun dan Jeehi yang masih tersimpan dengan rapi di sana.

Chungha meninggalkan Ara sendiri, tak lupa meningatkannya untuk selalu mengunci pintu selesainya.

Ara membuka album kenangan saat Jeehi dan Baekhyun berlibur ke Alaska. Di salah satu fotonya Jeehi sedang tersenyum manis dan Baekhyun mengecup pipinya dengan senyuman terbahagia yang pernah ada.

Pria mana yang tidak jatuh hati pada senyuman Jeehi? Jeehi pantas disebut isteri idaman: ia begitu cantik dan elegan di tiap saatnya. Pantas saja Baekhyun masih memuja wanita itu sampai sekarang.

Ditengah kesibukannya, Ara tidak sadar saat seorang pria berdiri di belakangnya sambil mengamati semua detail tindakannya.

"Kamu punya nyali untuk masuk ke ruangan ini?"

Baekhyun.

Ara berdiri menenggelamkan wajahnya tanpa langsung melihat raut wajah Baekhyun di depannya.

Ara tahu ia sudah melewati batas privasi Baekhyun dan ia siap menerima konsekuensi perbuatannya.

Ramalan Ara tentang Baekhyun sedikit meleset. Baekhyun tidak berteriak ataupun membentaknya kali itu, tapi Baekhyun meraih wajah Ara kasar ke arahnya dan menempelkan tubuh mereka.

Baekhyun mendengus kasar dan Ara bisa merasakan wangi alkohol merasuk di hidungnya. "Keberanianmu perlu diacungi." Baekhyun mencengkram leher Ara penuh paksa.

Genggaman Baekhyun terasa makin ketat dan Ara mulai merasa kehabisan nafas karena Baekhyun mencekiknya.

Nafas Ara kian tersesak sampai ia rasa akan kehilangan akal di detik berikutnya.

"Jangan pernah menginjakkan kaki kotormu di sini."

Baekhyun melepas tangannya dan membiarkan Ara menatapnya dengan horror.

Baekhyun, you are monster..

MONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang