Ara menegarkan hatinya di depan cermin sambil mengepalkan tangan.
Kamu bisa melakukannya.
Jika Baekhyun bisa melakukannya, Ara juga bisa melakukannya. Jika orang kira Ara akan kembali setelah iba melihat Baekhyun, mereka salah.
Salah besar!
Ara gerah memincuk surat gugatan perceraiannya di lengan kanannya. Pergi dari Baekhyun adalah keputusan terbaik dalam hidupnya.
Ara sengaja mengenakan pakaian terbaiknya menjajah lembaga kemasyarakatan yang menahan Baekhyun di dalamnya. Ara membungkuk dan berterimakasih pada petugas yang mengantarnya pada Baekhyun.
Baekhyun muncul di antara jeruji besi terlihat begitu kusam dan tak berdaya. Ara mendecak dan mengalihkan pandangannya berharap getar di hatinya akan cepat hilang.
Baekhyun tidak pernah bisa tidur di kamar penjaranya. Lantai semen begitu dingin dan tidak terurus plus tempat tidur berlapis kapuk satu garis.
Baekhyun tidak peduli jika badannya remuk di atas kasur tripleks itu. Baekhyun tidak peduli jika karirnya hancur karena reputasinya. Baekhyun tidak peduli jika ia harus menghabiskan seumur waktunya di ruangan sempit itu.
Semua tidak akan pernah sebanding dengan apa yang telah Ara alami karenanya.
Baekhyun bersyukur Hyori masih ada waktu untuk mengurusnya.
Sungguh merepotkan. Tiga hari sekali Hyori menitipkan makanan untuk Baekhyun santap—mengingat Baekhyun selalu memilih makanannya. Tak jarang pula makanan itu Baekhyun buang percuma karena nafsu makan yang tak kunjung datang.
Melihat Ara di depan Baekhyun begitu mengejutkan hatinya. "Ara?" Baekhyun tersenyum lebar.
Ara mengangguk datar dan membuka perbincangan. "Kamu terlihat kurus.. Apa tidak dapat makan di sini?"
Baekhyun tertawa lembut. "Dapat, hanya saja aku selalu kehilangan nafsu."
Ara mengangguk canggung. Sejujurnya Ara bingung bagaimana cara ia memulai perbincangan itu.
"Bagaimana kabarmu, Ara?"
Ara memperhatikan Baekhyun dari atas sampai bawah dan mendecak. "Seharusnya aku yang bertanya padamu. Bagaimana keadaanmu Tuan Byun? Kamu terlihat seperti skeleton melayang."
Baekhyun tertawa sambil memegangi hatinya. Baekhyun tersenyum tak bosan hingga rahangnya terasa mati rasa.
Itu rasanya—Sangat merindukan seseorang.
"Aku bahagia bertemumu hari ini. Itu yang terpenting untukku."
Ara refleks menyalipkan rambutnya di belakang telinga. Dalam keadaan seperti itu Baekhyun masih mampu menggodanya. Ara menggerang dalam hati. Kenapa Baekhyun mampu mengubah pikirannya dengan mudah?
Setelah Ara merasa pipinya sudah kembali normal, Ara mengangkat dagunya untuk menemukan sepasang mata sedang mengamatinya kagum.
"Kamu terlihat cantik." Suara Baekhyun mengalun indah menyebutkan kalimat gombal yang Baekhyun tahu Ara suka.
"Maafkan aku.." Baekhyun kemudian malah menciptakan suasana yang tak mengenakan setelahnya.
Jika saja tidak ada kaca gelas yang memisahkan mereka, mungkin Baekhyun akan mendekap Ara selama mungkin yang bisa ia dapatkan. "Aku menyakitimu dan aku tak pantas dapat ampunanmu."
"Aku tak pantas kamu panggil suami yang baik, tapi jika kamu memberiku kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki keluarga kita, aku akan menggunakan kesempatan itu dengan baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER
Fanfiction"Aku istrimu! Nona Jeehi sudah meninggal!" Tamparan keras melayang di atas pipinya. "Jaga mulut kotormu, Ara." "Jangan sentuh aku, monster!" Ara memegangi pipi merahnya dengan perasaan menggondok. "Monster?" Baekhyun melirik tajam seraya meraba bagi...