11

10.1K 1K 34
                                    

Junmyeon adalah tipe pria setia. Walaupun bekerja sebagai pengelola klub terbesar di Korea, pria itu tidak pernah menyentuh wanita lain selain isterinya.

Berbeda dengan Junmyeon, Jongdae tidak pernah terlihat membawa wanita. Ia belum terlalu memikirkan tentang cinta—maklum ia masih senang sendiri tanpa diatur orang.

"Aku dengar kamu ketahuan." Jongdae menggoda dengan nada menggolok.

"Kamu belum pernah dijahit ya mulutnya?" Baekhyun membalas dengan nada tak enak.

"Jadi apa yang terjadi? Nona Yeri minta nikah? Atau hamil?" Seakan tahu jawabannya, Jongdae tertawa terbahak-bahak walaupun belum dijawab.

"Jaga mulutmu. Baekhyun sudah beristeri."

Jongdae menepuk dahinya bercanda. Jongdae ingat betul Baekhyun sudah menikah, hanya saja ia sangat suka menggodanya.

"Dimana istrimu?" Junmyeon mengalihkan pembicaraan.

"Di dalam." Jawab Baekhyun singkat.

"Panggil dia kesini! Kamu bersikap seakan tidak menganggapnya, bodoh." Junmyeon mengusir Baekhyun untuk menjemput Ara.

Setelah Baekhyun hilang, Junmyeon memperhatikan Jongdae tajam untuk membahas masalah wanita yang sempat mereka bicarakan.

"Jongdae, aku serius. Jangan macam-macam."

Kejadian amat konyol—jika Jongdae tak sengaja membahas wanita simpanan Baekhyun di depan Ara.

"Memangnya apa yang akan terjadi jika aku buka mulut?" Ucap Jongdae bercanda.

Rasa ingin menepak Jongdae muncul pada benak Junmyeon, tapi ia langsung menyingkirkan niatnya.

"Aku serius. Jangan pernah coba-coba." Junmyeon mengancam sekali.

Junmyeon memang bukan bekerja di tempat suci, tapi ia tahu kapan harus menghargai wanita.

Baekhyun kembali bersama Ara yang membuntutinya dari belakang dengan pandangan ke bawah.

Sahabatnya tidak perlu tahu seberapa canggung hubungan mereka, maka dari itu Baekhyun sengaja menggumbar kemesraan yang tidak pernah terjadi sebelumnya hanya untuk jadi tontonan sahabatnya.

Baekhyun menarik Ara ke dalam tubuhnya dan memeluknya dari belakang.

"Perkenalkan teman-temanku. Jongdae, Junmyeon dan isterinya, Jisoo." Baekhyun menunjuk seraya menyebutkan nama mereka.

Ara menghapal wajah ketiga orang di depannya. Ara yakin mereka adalah orang penting di hidup Baekhyun, karena Baekhyun tidak pernah terlihat membawa orang lain ke rumah selain keluarganya.

"Hey, aku Jisoo!" Jisoo menyapa Ara dengan antusias. "Aku yakin kita bisa jadi teman dekat dalam waktu yang singkat! Kapan kita bisa hangout?"

"Err.. Mungkin akhir pekan. Aku harus bekerja di hari biasa."

"Bekerja? Kamu bekerja?" Jisoo terbelalak sembari memperhatikan Baekhyun dan Ara bolak-balik.

"Bukan jabatan yang terlalu membanggakan." Ara tertawa lembut. "Aku bekerja di Perusahaan C."

Tawa Jongdae terdengar megar mengisi rumah. "Perusahaan C? Punya si sialan Chanyeol?" Jongdae memegangi perutnya yang sakit karena terlalu sering tertawa. "Kamu mengizinkan istrimu bekerja untuknya setelah apa yang terjadi?"

"Tutup mulutmu, bangsat." Baekhyun mengumpat.

Ara tidak perlu tahu masalah yang terjadi antara Baekhyun dan Chanyeol.

Ara melirik wajah Baekhyun yang tengah menahan amarahnya. Ia tidak menghentikan tangannya untuk mengusap lengan Baekhyun yang melingkar di tubuhnya.

"Baekhyun percaya padaku dan aku percaya padanya. Bukankah itu kunci dari hubungan yang baik?"

"Betul!" Jisoo menghentikan topik itu dengan memuja hubungan keduanya. "Aku senang melihat hubungan kalian baik-baik saja."

Ara terdiam sepanjang percakapan mereka. Wanita itu hanya tersenyum dan mengangguk pada obrolan yang sebagian besar tak ia mengerti.

Ara bergegas ke dalam untuk membuat makan malam tak jauh setelah matahari terbenam, diikuti Jisoo yang juga ingin membantu.

Percakapan Ara dan Jisoo tidak jauh seputar makanan. Jisoo banyak belajar tentang memasak dari Ara malam itu.

"Kamu pandai memasak." Puji Jisoo.

"Aku tidak pandai. Aku hanya suka memasak." Ara menceritakan fakta hidupnya bahwa ia satu-satunya orang di rumah yang bisa memasak.

Jisoo seketika merasakan sakit hati saat mengetahui sifat Ara—terlalu polos. Jisoo tahu kelakuan Baekhyun di belakang Ara, walaupun Junmyeon tak pernah memberitahunya apa-apa.

Bagaimana bisa wanita baik dapat pria yang brengsek? Hidup sangat tidak adil.

Baekhyun mendengarkan celoteh kedua sahabatnya, terutama Jongdae, yang kebanyakan tidak ada mutunya.

Setelah Ara dan Jisoo pergi ke dalam rumah, mulut Jongdae langsung ia buka untuk mengumpat. "Shit! Istrimu cantik dan seksi!"

"Sempurna kan?" Kalimat itu keluar dari mulut Baekhyun tanpa ia sadari.

"Jadi kamu sudah mencintainya? Bagaimana dengan Jeehi?"

"Jangan mulai, Jongdae." Junmyeon mengingatkan Jongdae untuk tidak memancing emosi Baekhyun sekali lagi,—karena belakangan ini, Baekhyun sering emosi jika ada yang mengusik Ara.

"Aku hanya mencintai Jeehi." Baekhyun mencoba mengontrol perasaannya. "Aku tidak dan tidak akan mencintai Ara."

Sebuah deham terdengar di belakang dan menyadarkan mereka akan obrolan bodoh itu. "Makan malam sudah siap."

Ara menghela nafas dengan seribu mata pisau menancap di hatinya.

Telinga Ara tidak tuli.

Ara dengar semuanya.

Tak kuasa menahan tangis, ia berlari ke dalam rumah setelah menghapus air matanya.

Jisoo yang melihat kejadian ini langsung mendekati Ara dan memeluknya. "Ara.. Ada apa?"

"Iya? Tidak apa-apa, Kak." Ara tersenyum getir.

Jisoo mendeham sarkas setelah semua hadir melingkari meja makan. Ketiga pria itu memperhatikan Jisoo dengan wajah terganggu.

"Kenapa sih?"

"Apa yang kalian bicarakan tadi?"

"Apa maksudmu, sayang?" Junmyeon mengusap tangan isterinya.

"Aku malas bicara sama bocah."

"Ada apa? Aku bingung." Baekhyun kebingungan melihat gelagat Jisoo.

"Kalian bertiga hutang maaf ke Ara."

Jongdae mulai menangkap pembicaraan Jisoo. Pria itu jadi merasa bersalah. Jongdae memang suka bercanda dan ia akui terkadang leluconnya berlebihan.

"Maaf jika aku menyinggung perasaanmu." Jongdae minta maaf diikuti Junmyeon setelahnya. "Kami minta maaf."

Pria yang Ara tunggu malah menunjukkan muka temboknya. Baekhyun tidak repot mengurusi perasaan Ara yang lagi sakit.

"Kamu tidak minta maaf, Kak Baekhyun?" Jisoo mendecak.

"Untuk apa?" Baekhyun tanpa rasa bersalah. "Seorang tidak akan minta maaf jika ia tidak buat kesalahan kan?"

Jisoo merotasi matanya. "Kamu merasa tidak salah, bukan berarti tidak salah. Buka mata dan pekakan hatimu."

MONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang