Kebenaran yang Baekhyun hadapi mengusik ketenangannya, bahkan mampu membuatnya menggaruk kepala.
Baekhyun mengalihkan pandangannya sambil menahan ombak dalam hati yang menguasai kepala panasnya.
"A-aku minta maaf.. Aku tidak pernah bermaksud."
Di posisi yang serba salah, Baekhyun mengatur emosinya. "Apa—" Baekhyun menahan nafas. "Apa kamu mengatakan bahwa anak yang kamu kandung bukan anakku?"
Wanita di depan Baekhyun mengangguk segan dengan kepala menadah ke bawah.
Baekhyun baru saja mendapati anak yang Hyori kandung selama ini bukanlah anaknya. Bukannya tidak senang mendengar berita spektakuler itu, tapi semua sudah terlambat. Ara terluka dan hatinya tidak akan kembali seperti sediakala.
"Kamu mempermainkanku?" Baekhyun menggepalkan tangannya di bawah meja.
Hyori menggeleng cepat. "T-tid-dak, aku tidak pernah menanggapmu sebagai lelucon.." Hyori menangkap mata Baekhyun yang sebentar lagi akan mengamuknya.
"Kamu telah menghancurkan satu-satunya cinta hidupku." Tidak ada kata yang mampu mendeskripsikan rasa gemas Baekhyun pada Hyori, dan hanya Tuhan yang mengerti rasanya jadi Baekhyun yang kesulitan mengatur nafasnya dengan mencengkram rahangnya agar tidak memburu Hyori.
Hyori tak sengaja menjatuhkan air matanya, bukan untuk minta ampunan, melainkan meluapkan kekesalannya.
Baekhyun tidak tahu apa yang Hyori lalui hingga di detik ini. Jika Hyori bisa menggambarkan hidupnya sekarang, ibarat kaki di kepala dan kepala di kaki.
Baekhyun pikir Hyori senang melakukan ini?
Pft, yang benar saja.
"Lalu bagaimana dengan kebahagiaanku? Kamu pikir aku bahagia?" Hyori tak kalah kerasnya pada Baekhyun. "Kamu pikir aku bahagia hidup denganmu? Kamu pikir aku memilih hidup seperti ini?"
Saat seperti ini, Hyori bisa menyalahkan siapa? Hyori menjerumuskan dirinya di rumah tangga orang lain dan berharap ia bisa pergi begitu saja.
"Kamu pikir hanya kamu yang hidupnya hancur?" Hyori mendesis sarkas. "Ah tentu saja tidak. Kamu tidak pernah memikirkan orang lain. Kamu hanya peduli pada dirimu sendiri. Itu penyebab Ara meninggalkanmu." Hyori meludahkan racun dari mulutnya.
Semua kalimat Hyori mencengangkan untuk Baekhyun telan. Yang membuat Baekhyun lebih sedih, karena semua yang Hyori katakan padanya adalah fakta.
Hyori bukan ingin menyalahkan Baekhyun, tapi Hyori ingin Baekhyun sadar bahwa Ara meninggalkannya bukan karena Hyori, tapi karena perbuatannya. Hyori hanya penambah bumbu dalam rumah tangga mereka.
"Kamu tahu? Aku tidak di sini untuk mendengar keluhanmu. Aku ingin kamu kembali hidup bahagia bersama Ara. Maka dari itu, bersyukurlah atas kejujuranku."
Kepala Hyori selalu sakit mengingat keputusannya pada seorang yang tak ia kenal. Seharusnya Hyori bisa mencium gelagat aneh Jongin sejak pertama bertemu.
Hidup yang Jongin janjikan padanya hanya omong kosong belaka, bahkan sekarang Jongin menambah beban hidupnya dengan seorang anak.
Seorang anak yang tidak diinginkan di dunia. Bilang Hyori brengsek. Hyori tidak ingin punya anak.
Hyori pikir otaknya sudah miring, dengan melepas Baekhyun begitu saja—siapa yang akan membiayai anaknya?
Hyori sendiri tidak tahu bagaimana caranya, tapi Hyori sudah lelah bergantung pada lelaki.
Baekhyun tidak mengerti apa yang ada di pikiran Hyori dan apa yang membuatnya berubah pikiran untuk memberikan kebenarannya pada Baekhyun.
Baekhyun melihat penyesalan mendalam pada kedua bola mata Hyori. "Siapa?" Baekhyun mengalihkan topik.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER
Fanfiction"Aku istrimu! Nona Jeehi sudah meninggal!" Tamparan keras melayang di atas pipinya. "Jaga mulut kotormu, Ara." "Jangan sentuh aku, monster!" Ara memegangi pipi merahnya dengan perasaan menggondok. "Monster?" Baekhyun melirik tajam seraya meraba bagi...