8

11.3K 1.1K 10
                                    

Ara punya masa lalu yang tak seorang pun tahu kecuali kakaknya, dan rahasia itu terbawa mati hingga Areum menghembuskan nafas terakhirnya.

Saat itu Ara dan Areum pergi menyusul Ibu dan Ayah ke luar kota menggunakan mobil, karena Ibu dan Ayah punya kejutan untuk perayaan ulang tahun Areum.

Ara berumur empat belas tahun menyebabkannya belum bisa mengendarai mobil, jadi Areum terpaksa berkendara selama enam jam penuh sendirian.

Ara tidak mengerti seberapa bodoh tingkahnya—semua terbayar saat mobil mereka melayang jauh ke tepi jalan menyebabkan luka berat pada keduanya.

Mereka dilarikan ke rumah sakit untuk dapat pengobatan pertama, naasnya Areum tidak pernah sadarkan diri setelah defibrilator menguatkan joulenya untuk menyelamatkan Areum dari tidur panjangnya.

Ibu dan Ayah tidak menguatkan Ara. Mereka malah menyalahkan Ara atas kematian Areum, padahal orang yang paling kehilangan saat itu adalah Ara bukan orangtuanya.

Pantas, Areum adalah harapan keluarga satu-satunya.

Ayah dan Ibu sangat menyayangi Areum karena perannya sebagai tulang punggung keluarga.

Berbeda dengan Ara yang selalu hidup di bawah bayang-bayang Areum, Ibu dan Ayah tidak terlalu ikut campur mengurusnya sejak kecil.

Tiga tahun pertama setelah Areum meninggal adalah masa terburuk dimana mereka harus mati-matian mencari jalan keluar atas hutang yang menjerat. Mereka tak jarang diusir karena terlalu lama menunggak biaya sewa.

Doa yang Ara panjatkan tiap malam terkabul pada suatu hari Ayahnya bertemu dengan Baekhyun.

Baekhyun datang sebagai cercah harapan untuk bangkit dari keterpurukan. Baekhyun memberikan Ayah pekerjaan yang tidak mungkin ia dapatkan dari tingkat pendidikannya dan.

Untuk itu Ayah dan Ibu sangat berhutang budi pada Baekhyun.

Selama bertahun-tahun Ara hidup untuk kedua orangtuanya agar bisa menebus kesalahannya, tapi mereka tidak pernah puas hingga memaksanya untuk menikah dengan Baekhyun.

Baekhyun bukan orang yang mudah bersimpatik dan Ara tidak berniat mendapatkan hatinya dengan cara membuatnya kasihan. Ara ingin membuat Baekhyun menyayanginya dengan usahanya sendiri.

Ara menemukan Baekhyun duduk di tepi kolam menghadap matahari yang sebentar lagi akan tenggelam.

Ara menghampiri Baekhyun dan tersenyum saat pria itu memperhatikannya.

"Hey."

Baekhyun terdiam sambil menikmati Burboun yang tidak pernah lepas dari sisinya dengan angin menyapu rambutnya halus dan kicauan burung mengisi kehampaan di antara mereka.

"Apa yang Tuan lakukan di sini?" Ara memulai pembicaraan.

"Memikirkan sesuatu." Baekhyun kembali menikmati matahari di depan mereka.

"Apa?"

"It's nothing.."

Ara menangguk—jika Ara mendesak Baekhyun untuk menceritakan hal yang tidak ia inginkan, mungkin Ara benar-benar mati kali itu.

Ara melirik ke arah Baekhyun. Di dalam hatinya ia merasa sangat beruntung bisa memiliki pria sesempurna wajah Baekhyun.

"Aku benci panggilan darimu." Baekhyun membuka dirinya perlahan. "Tuan." Baekhyun mendecih tidak percaya. "Apa kamu bercanda?"

Kebiasaan Ara yang satu itu tidak pernah ia sangka akan membuat Baekhyun tersinggung.

Baekhyun melanjutkan. "Aku tidak butuh panggilan sayang darimu, tapi cara kita berkomunikasi begitu menyiksaku."

MONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang