59

4.2K 566 37
                                    

Ara melamun. Semenjak orangtua Baekhyun tahu tentang gugatannya—Ara tidak pernah membayangkan seorang Ibu yang bukan kandung melihatnya begitu sedih haru karena keputusan yang ia buat.

"Ara." Panggil Jisoo memecahkan lamunan Ara. "Lee Ara!"

Ara menoleh untuk bertemu pada empat mata yang memperhatikannya penasaran.

Ara malas ditanya soal Baekhyun oleh kedua sahabat Baekhyun.

"Tak apa-apa?"

Ara mengangguk. "Tentu saja. Memangnya aku kenapa?" Ara bersikap tangguh sambil menggelengkan kepala.

Masalah menyembunyikan perasaan sudah jadi talenta Ara sejak dulu. Ara terlalu pandai menutupi dan membohongi perasaannya pada orang sekitar.

Jisoo tersenyum dan mengalihkan pembicaraan. "Aku senang mendengar itu." Jisoo kenal senyum palsu yang Ara tempelkan pada bibirnya, tapi Jisoo juga tidak ingin mereka larut dalam suasana yang tak enak.

"Temani aku berbelanja hari ini ya~" Jisoo setelah mereka selesai makan siang bersama. "Hanya perempuan! Kak Junmyeon akan di rumah."

Jisoo tahu persis Junmyeon benci jika ia pergi tanpa jangkauannya, tapi Junmyeon sadar mereka butuh waktu berdua.

Junmyeon mengsyaratkan Jisoo untuk terus mengabarinya tiap jam bahkan tiap menit jika itu diperlukan. Jisoo hanya tertawa melihat suaminya bertingkah posesif. Setidaknya Jisoo tahu Junmyeon sangat mencintainya dari tingkahnya saja.

Jisoo hendak pergi ke pusat perbelanjaan, tapi niatnya ia kurung setelah mengetahui Ara belum checkup kandungan bulan ini. Jisoo langsung membanting setir menuju rumah sakit terdekat.

Dokter tidak mendapati keanehan di kandungan Ara, namun ia berkali-kali meningatkan Ara untuk menjaga kesehatan mentalnya selama kehamilan. Sepertinya dokter itu tahu Ara sedang mengalami hari-hari buruk.

"Kamu menginap ya di rumahku?"

Ara meyeruput mi kacang miliknya. "Bukankah akan merepotkan?"

Jisoo tertawa lembut sambil menggeleng. "Tentu tidak. Apa kamu baru mengenalku? Lagipula aku ingin sekali berbincang banyak."

"Aku rasa tidak bisa.." Ara mengelus belakang leher. "Bagaimana kalau besok?"

"Kenapa? Kenapa tidak bisa hari ini?"

"Ada beberapa hal yang perlu aku urus dengan cepat.." Ara mengaduk makanannya sekali lagi.

"Apa? Mari aku bantu!" Jisoo dengan senang hati membantu.

Seberapa sering Ara menolak—Jisoo akan tetap mendesak. Ara tidak berniat memberitahu Jisoo sekarang, sebab mereka sedang ada dalam suasana menyenangkan.

"Aku harus mengurus beberapa dokumen."

"Yup! Aku bisa bantu kalau masalah dokumen. Aku bisa mengoperasikan komputer kok!"

Ara melambaikan tangannya tidak enak. "Bu-bukan. Aku harus mengurus dokumen perceraianku dengan Baekhyun." Ara langsung menutup matanya—takut melihat reaksi Jisoo.

Sebenarnya Jisoo punya perasaan Ara akan menceraikan Baekhyun saat wanita itu tahu akan kebenarannya, tapi Ara berhasil menahan pernikahannya selama berbulan-bulan lamanya

Saat Ara kira Jisoo akan marah, Jisoo menunjukkan reaksi sebaliknya. "Kenapa tidak kamu lakukan dari dulu? Kenapa harus menceraikannya setelah semua sudah berantakan seperti ini?"

Jisoo tidak pernah megerti pola pikir sahabatnya yang satu itu. Jisoo kira semua pengorbanan yang Ara buat untuk keluarganya sampai membuatnya terpuruk mampu mengubah keputusannya dengan cepat, tapi tidak—Ara menunggu sampai hatinya busuk.

MONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang