"Park Chanyeol." Pria itu datang mengulurkan tangan.
Chanyeol berdiri menyambut kedatangannya. "Oh Sehun."
Sehun mengangguk. "Panggil aku Sehun. Kita pernah bertemu sebelumnya kan?" Mereka memang sering bertemu saat menjalin hubungan kerja—tapi itu dulu sekali, sebelum Sehun dinyatakan meninggal dunia.
Rasanya aneh melihat Sehun berdiri tegap di depannya setelah dunia menganggapnya tidak ada.
"Maaf, aku menggeledah tanpa seizinmu." Sehun menjelaskan. "Aku sempat tidak percaya. Sudah terlalu lama semenjak kita terakhir bertemu."
Sehun menyalakan rokok dan membiarkan asapnya menempel pada jas mewah keduanya.
Chanyeol menolak sopan. Chanyeol tidak merokok karena alasan kesehatan. Ibu dan Ayahnya punya riwayat penyakit kanker.
"Apa yang ingin kamu bicarakan?"
"Ah, iya."
"Apa ini tentang Baekhyun?"
"Ara."
"Hm." Sehun membeku.
Chanyeol menahan kalimatnya, sebelum akhirnya mengemukakan perasaannya di depan Sehun. "Aku jatuh cinta padanya."
Sehun mengengguk air liurnya. Sungguh, Sehun tidak menyangka kalimat itu akan keluar dari mulut pria yang baru temui lima menit yang lalu.
"Apa peduliku?" Sehun meradang.
"Karena kamu mencintainya juga." Chanyeol berlagak tahu semua hal. "Kamu sangat mencintainya untuk melakukan semua ini."
Sehun benci orang sok tahu. "Jangan terlalu enteng." Sehun terlihat tersinggung.
Seandainya semua orang tahu siapa orang di balik kekacauan itu, mungkin mereka akan menjaga mulut lebih baik.
"Aku rasa topik ini sangat menyebalkan untukmu, Oh Sehun."
Oke, biar Sehun perjelas.
Dengan semua kekacauan yang ada, darimana mereka bisa yakin jika hati Sehun baik-baik saja melihat cintanya pergi bersama pria lain? Darimana mereka yakin jika hati Sehun baik-baik saja saat membicarakan Ara yang sudah bahagia dengan pria lain?
"Aku bukan ingin mendeklarasi perasaanku padamu." Chanyeol memperjelas niatnya.
Sehun mengunci rahangnya. "Jangan buang waktuku terlalu banyak."
"Sebagai pria yang sama-sama sangat mencintainya, aku ingin kamu mundur." Chanyeol menghembuskan nafas terpanjangnya seumur hidup. "Let her go for good."
Sehun tertawa lantang. "So you can be with her?"
"Tidak." Chanyeol mengecap lidahnya getir. "Sebaiknya kita berdua berhenti."
"Berhenti maksudmu?"
"Berhenti mengubah hatinya."
Chanyeol benci perasaan itu, dimana ia harus repot-repot peduli pada seseorang yang sama sekali tidak mencintainya.
"Bebaskan Baekhyun.."
Sehun mengerutkan dahi.
"Sampai kapan seperti ini? Ara akan merasa tersiksa seumur hidup."
Seberapa besar Chanyeol tidak ingin Ara kembali pada pria brengsek itu—Baekhyun adalah satu-satunya pria yang bisa menyusun kembali hati Ara.
"Hentikan usahamu untuk kembali bersama Ar-"
Kalimat itu cepat-cepat Sehun potong dengan bentakan. "Astaga! Aku lupa ingatan!" Setelah meluapkan amarahnya dengan mengungkap fakta yang seharusnya ia bawa sampai mati, Sehun merasa bersalah setelah melihat Chanyeol kebingungan setengah mati.
"Kamu.." Chanyeol menutup mulutnya. "Kamu lupa ingatan?" Chanyeol tidak mengerti apa yang ada di pikiran Sehun.
"Tidak. Tidak seperti itu." Sehun santai menjelaskan. "Aku yakin semua benar terjadi."
Chanyeol memperhatikan Sehun dengan tatapan paling aneh. "Siapa yang membuatmu yakin?"
"Jongin." Sehun menjawab pertanyaan itu cepat diikuti rasa menyesal setelahnya. Mulut Sehun terlalu mudah diprovokasi.
Mendapati Sehun yang terlihat gelagapan, Chanyeol tak membiarkan kesempatan itu pergi. Chanyeol terus mendesak Sehun agar menceritakan semua padanya.
"Kamu melakukan ini karena perintah orang? Bagaimana kamu bisa mempercayai pria itu begitu saja?" Chanyeol mendecak setelahnya.
"Dia bukan orang lain. Dia tidak mungkin berbohong apalagi menipuku."
"Oke, baiklah. Jongin adalah bawahanmu. Lalu? Apa menjadi bawahan saja cukup meyakinkanmu untuk bertindak konyol?" Chanyeol menghakimi Sehun.
Sehun tidak mengerti kenapa Chanyeol senang menghakiminya layak seorang yang tahu seluk beluk hidupnya—Sehun sendiri juga sedang menyusun kembali memori yang hilang.
Apa tidak ada yang pernah berpikir Sehun juga menginginkan semua kembali pada semula? Jika saja Sehun tidak mengalami kecelakaan sialan itu, mungkin semua akan baik-baik saja sekarang.
"Jongin mencintaiku." Sehun menjawab semua pertanyaan Chanyeol dengan satu kalimat pendek. "Jongin sangat mencintaiku."
"Ha.. Siapa yang tidak mencintaimu. Ayahmu saja mencintaimu." Chanyeol membalas canggung.
"Tidak seperti itu. Dia mencintaiku sebagai kekasih."
Chanyeol tidak menyangka apa yang ia dengar sekarang mampu memulihkan otaknya yang mendengung setelah mendengar berita mengejutkan tentang hubungan Jongin dan Sehun. Seakan tak puas melihat Chanyeol duduk canggung di depannya, Sehun terus menceritakan kehidupannya berdasarkan cerita yang Jongin berikan, mulai dari pernikahan Ara sampai ia lupa ingatan.
Chanyeol tidak mengira dibalik pernikahan indah Ara dan Sehun—ternyata berantakan.
"Itu penyebab kalian tidak mendapatkan anak?"
Sehun mendelih. "Mungkin, aku tidak ingat." Sehun menyesali apa yang pernah ia lakukan. Sehun yang sekarang tidak pernah mengerti kenapa bisa meninggalkan wanita sempurna untuk Jongin.
Sehun ingin Ara bahagia apapun yang terjadi, dengan anak yang di dalam kandungannya—seharusnya Ara tidak pernah mengalami masalah itu dari awal.
Chanyeol menatap Sehun. "Lalu apa yang akan kamu lakukan pada Jongin?"
"Jangan libatkan Jongin."
"Maksudmu? Kamu akan melepas Jongin begitu saja?! Kamu gila!" Chanyeol melepas gerahnya.
"Jangan pernah buka mulut tentang perbincangan kita hari ini." Sehun menghabiskan rokoknya sebelum pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER
Fiksi Penggemar"Aku istrimu! Nona Jeehi sudah meninggal!" Tamparan keras melayang di atas pipinya. "Jaga mulut kotormu, Ara." "Jangan sentuh aku, monster!" Ara memegangi pipi merahnya dengan perasaan menggondok. "Monster?" Baekhyun melirik tajam seraya meraba bagi...