14

11.7K 1K 13
                                    

Mulai malam itu, Baekhyun berubah seratus delapan puluh derajat. Baekhyun memperhatikan dan mengabulkan setiap permintaan Ara.

Catat: setiap permintaannya.

Bukannya Ara tidak senang—melihat Baekhyun berubah drastis membuatnya canggung.

Suatu kala Baekhyun meminta Ara untuk cuti. "Ayolah! Bolos sehari tidak akan membuatmu dipecat."

Ara memperhatikan raut memelas di wajah Baekhyun. "Tidak, Baekhyun."

"Aku sedang malas ke kantor. Kita bisa bolos untuk menghabiskan waktu bersama." Baekhyun berucap simpel.

Mudah untuk Baekhyun absen karena posisinya, tapi berbeda dengan Ara—mana mungkin tidak masuk kerja tanpa alasan.

"Baru seminggu kerja tapi sudah malas."

"Baiklah. Terserah." Baekhyun menyerah.

Ara meraih pipi Baekhyun dan mengecupnya. "Aku berjanji akan pulang cepat."

Baekhyun merotasi matanya. "Jika kamu ingin membuatku lebih baik, maka cium aku dengan benar!" Baekhyun merajuk bibirnya.

"Baik." Ara tertawa sebelum mengecup bibir Baekhyun. "Aku pergi." Ara keluar dari mobil setelah memberikan senyuman terakhirnya.

Ara mendapati Chanyeol tidak terlihat sampai ujung pengelihatannya. Ara beralih ke dapur kecil milik Chanyeol dan menyeduh kopi yang sekarang jadi kebiasannya tiap pagi.

Ara meletakkan kopinya bertepatan Chanyeol masuk ke dalam ruangannya. Ara segera membungkuk. "Selamat pagi." Ara tersenyum manis.

Selama bekerja untuk Chanyeol, Ara selalu menyeduh kopi yang tidak Chanyeol suka, tapi lucunya pria itu selalu menghabiskannya demi menghargai usaha Ara.

"Aku tidak terlalu suka kopi."

Ara membungkuk tidak enak. "Maaf. Aku tidak tahu-"

Chanyeol memotong kalimat Ara. "Tidak apa-apa. Karenamu, sekarang aku mulai menikmati kopi." Pria bertelinga besar itu tersenyum manis.

Menurut Ara, Chanyeol adalah pria manis yang murah senyum. Chanyeol juga tak pernah pelit membagi gempa tawanya pada karyawannya, membuat banyak pekerjanya betah berkerja di perusahannya untuk waktu yang lama.

Chanyeol memanggil Ara—membuatnya tertegun ditengah kesibukkannya. "Iya Tuan?"

"Makan siang bersama?"

Ara mengangguk dan mengambil tasnya sebelum bersanding dengan pria tinggi itu.

Mereka berhenti di salah satu restoran dekat dari kantor. Restorannya lumayan sepi—Ara yakin tempat seperti itu tidak akan cocok untuk makan siang karena harganya terlalu mahal.

Ara menghela nafas panjang. Kenapa Chanyeol harus membawanya kesini saat Ara butuh uang untuk orangtuanya? Ibu dan Ayah selalu mengalami krisis finansial yang tidak Ara tahu penyebabnya. Karena itu, Ara harus bekerja keras demi memenuhi kebutuhan orangtuanya.

"Kamu dalam pernikahan keduamu bukan?"

Ara sudah kebal dan tidak pernah tersinggung jika ditanya. "Iya."

"Perusahaan kami pernah menjalin kerjasama."

Ara mengangguk walaupun ia tidak pernah tahu seluk beluk pekerjaan Sehun.

"Kenapa tidak bekerja di sana?"

"Aku tidak suka bekerja di perusahaan Sehun."

"Kenapa?" Chanyeol menaikkan alisnya.

"Terlalu banyak yang membicarakan hubungan kami."

Hampir setiap hari ia dengar omongan buruk tentang hubungan. Ara pernah dengar karyawan Sehun menuduhnya mandul karena Ara tak kunjung punya momongan dalam dua tahun pernikahannya.

MONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang