Sore itu Baekhyun kedatangan Junmyeon di kantornya.
"Hey, Jongdae minta kumpul nih."
Baekhyun yang sedang sibuk bekerja tidak sadar pertanyaan itu dilemparkan. Baekhyun melanjutkan kerjanya sampai Junmyeon menepuk pundaknya.
"Baekhyunee~"
"Huh? Apa? Aku sibuk."
"Kamu dengar pertanyaanku tadi?"
Baekhyun mengalihkan perhatiannya. "Tidak."
Junmyeon menghela nafas panjang—menahan emosi. "Biar aku ulang pertanyaannya." Junmyeon mengulangnya di depan wajah Baekhyun. "Apa kamu ikut aku dan Jongdae main bowling malam ini?"
"Aku sibuk."
"Jangan bilang kamu tidak dengar pertanyaanku lagi.."
"Itu jawaban untuk pertanyaanmu."
"Aku sibuk? Jawaban macam apa itu?" Junmyeon melipat tangan.
"Artinya aku tidak bisa pergi karena pekerjaan, selain itu aku malas bepergian."
"Kamu membuat usahaku untuk menjemputmu menjadi sia-sia!"
Baekhyun mendecak. "Aku yakin kamu dan Jongdae akan menikmati waktu berdua baik-baik saja."
"Apa kamu tahu Jongdae sangat ingin bertemu denganmu? Kamu berubah dingin padaku dan Jongdae."
Baekhyun memang menghidari sahabatnya—bahkan bukan hanya sahabatnya, tapi semua orang. Baekhyun menutup diri semenjak Ara pergi.
Keluarga Baekhyun ikut khawatir, tapi Baekhyun tidak ingin meresponnya untuk saat ini. Keluarga Baekhyun sampai mengirim Junmyeon untuk tahu kabar Baekhyun, padahal Junmyeon sendiri tidak bisa bantu banyak karena Baekhyun masih belum membuka diri.
Junmyeon menghela nafas panjang melihat Baekhyun belum menunjukkan niat untuk pergi bersamanya. "Baiklah, kamu nikmati waktu sendiri bersama buku-buku itu. Aku pergi ya."
Junmyeon pergi dengan langkah berat. Junmyeon tidak menyangka Baekhyun akan menolak ajakannya malam itu.
Junmyeon hendak menyalakan mobil bertepatan saat Baekhyun berlari dengan kecepatan tinggi ke arahnya. Ia duduk terengah mengatur nafas di sebelah Junmyeon dengan pandangan datar.
"Aku ikut. Jangan banyak bertanya."
Junmyeon tersenyum terang. Semua bisa lihat seberapa gembiranya Junmyeon ketika melihat Baekhyun ada bersamanya.
Jongdae menunggu sambil sesekali menyesap kopi panas di depannya. Jongdae melirik perubahan fisik Baekhyun sebelum memeluknya erat. "Kamu baik-baik saja?"
"Never been better." Baekhyun mengulas senyum lebar.
Baekhyun memang butuh hiburan. Buktinya sekarang Baekhyun tertawa untuk pertama kalinya setelah kepergian Ara. Kehadiran Jongdae dan Junmyeon mengubah suasana hati Baekhyun seratus delapan puluh derajat.
Pada titik itu Baekhyun tidak bisa lebih bersyukur akan kehadiran kedua sahabatnya. Mungkin jika tidak ada Jongdae dan Junmyeon, hidupnya akan lebih berantakan dari seharusnya.
Jongdae tidak lagi bergurau tanpa saringan seperti dulu saat ia menggoda Baekhyun. Jongdae memang terkenal mulut pedas, tapi malam itu Jongdae sangat menyaring kalimatnya agar tidak menyinggung Baekhyun.
x
Chanyeol tidak pernah berkunjung lagi setelah sekali lalu. Ara tidak tahu penyebabnya dan ia tidak berniat menyimpulkan sendiri—ia yakin Chanyeol punya alasan.
Jantung Ara menggebu sangat kencang ketika masuk ke rumah sakit untuk menunggu operasinya. Ara akan jadi wanita bahagia setelah meyingkirkan makhluk kecil di perutnya ini.
Ara tidak sadar ketika langkahnya ada yang menyusul dari belakang.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" Ara malah balik bertanya.
"Aku datang ke apartemenmu, namun ibu pemilik apartemen memberitahu bahwa kamu baru saja pergi ke rumah sakit."
"Maaf aku tidak berkunjung. Pekerjaan di kantor terlalu banyak."
Alasan Chanyeol tidak berkunjung— ia begitu sibuk mengurus perpindahannya ke Paris, terlebih ia belum menemukan pengganti Ara.
"Kamu tidak perlu repot-repot berkunjung."
"Aku serius. Ada yang harus aku bicarakan padamu." Chanyeol mengerutkan dahi saat melihat rautnya yang berubah dingin.
"Kamu bisa katakan sekarang."
"Tidak di sini."
Ara membalikkan badannya tak acuh. "Aku tidak ada waktu."
"Aku akan pergi ke Pa-"
"Nyonya Ara?" Seorang wanita berpakaian putih rapih keluar dari ruang pemeriksaan membawa papan plastik. "Nyonya Ara untuk abortus?" Si perawat berbisik kecil untuk memastikan.
Chanyeol menoleh tidak percaya pada wanita di depannya. "Apa?!"
Ara membalas tatapan Chanyeol dengan tatapan terpedas seumur hidup. "Bukan urusanmu!" Ara hendak pergi meninggalkan Chanyeol.
Chanyeol tidak menyerah. Chanyeol tidak akan pernah menyerah untuk Ara. "Ara, jangan lakukan ini.."
"Jangan bersikap seakan kamu peduli, Chanyeol!"
Apa Ara begitu bodoh untuk menyadari perasaan Chanyeol untuknya?
"Aku tahu kamu hanya berpura-pura—"
Chanyeol tidak menjawab—ia memberikan sebuah pelukan penuh perasaan—Ara bisa dengar detak jantung Chanyeol berpicu cepat.
Chanyeol menengkuk wajah Ara di kedua tangannya dan memperhatikan mata yang membuatnya dimabuk cinta.
"Aku tidak pernah berpura-pura. Kamu harus tahu bahwa aku sangat peduli padamu dan bayi yang kamu kandung." Chanyeol mengungkapkan perasaannya. "Aku tidak peduli siapa ayah dari bayi yang kamu kandung. Aku akan merawatmu dan bayi ini."
"Chanyeol.."
Chanyeol mengusap dahinya gugup. "Pergi bersamaku, Ara.." Chanyeol menjeda. "Pergi bersamaku ke Paris. Kita mulai lembaran baru bersama."
Ide kabur membawa isteri orang memang tidak ada logikanya.
Ara mendambakan sebuah kebebasan dari masa lalu yang kini menjerat kewarasannya. Tawaran Chanyeol cukup menggiurkan, tapi Ara belum yakin apa Chanyeol akan tetap setia dengan segala kekurangannya.
"Tidak." Ara menjawab. Penyebab Ara menjawab tidak karena ia belum siap untuk dikecewakan lagi.
Penolakan Ara tak gagal membuat hati Chanyeol hancur, padahal Chanyeol telah menyiapkan segalanya untuk mereka. "Aku akan pergi ke Paris besok pagi. Mungkin aku tidak akan kembali dan ini adalah pertemuan terakhir kita."
Chanyeol mengulas permukaan kepala Ara. "Selamat tinggal."
Aku menyerah. Jaga dirimu baik-baik, Ara..
![](https://img.wattpad.com/cover/134195948-288-k482023.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER
Fiksi Penggemar"Aku istrimu! Nona Jeehi sudah meninggal!" Tamparan keras melayang di atas pipinya. "Jaga mulut kotormu, Ara." "Jangan sentuh aku, monster!" Ara memegangi pipi merahnya dengan perasaan menggondok. "Monster?" Baekhyun melirik tajam seraya meraba bagi...