Jongin merapikan dasinya gugup saat menunggu pihak berwenang datang menginterogasinya. Hari itu Jongin datang ke kantor polisi untuk melaporkan apa yang terjadi pada Sehun.
Seorang pria tegap berseragam rapih datang dan duduk di depan Jongin. "Tuan Kim Jongin?"
Jongin mengangguk seraya meremas jarinya yang dingin.
"Ada yang bisa aku bantu?"
"Oh Sehun."
"Oh iya. Aku lihat Tuan Kim melaporkan kasus pembunuhan Tuan Oh empat tahun yang lalu?" Pria tegap itu bertanya sambil membolak-balik pelaporan kasus kecelakaan di tangannya.
Kasus Sehun sudah ditutup dan dianggap selesai karena beberapa alasan, terlebih kasus itu terjadi bertahun-tahun yang lalu.
Jongin yang tiba-tiba datang untuk mengangkat kasus itu terdengar sangat mencurigakan.
"Sehun masih hidup, seperti yang Tuan tahu dari berita yang sedang beredar hangat dalam media. Aku ingin mengungkap malam terjadinya kecelakaan itu."
Kalimat Jongin yang terakhir cukup membuat pria itu tertarik. "Ceritakan apa yang kamu tahu." Polisi itu memperhatikan Jongin dengan seksama.
Jongin menceritakan kejadian yang sebagian besar ia karang lewat imajinasinya sesuai dengan rencananya bersama Sehun.
Jongin menutupi fakta bahwa Sehun mengalami lupa ingatan permanen. Jika pihak kepolisian tahu Sehun sebenarnya lupa ingatan, Jongin bisa terlibat kriminal serius atas fabrikasi dan penipuan kasus.
Jongin harap Sehun masih bersedia melakukan rencana mereka. Jongin pula meyakinkan polisi menerima sarannya untuk membawa kasus pembunuhan itu ke pengadilan.
"Boleh tahu—Apa hubungan Tuan dengan Tuan Oh?"
"Keluarga—bukan kandung, tapi seseorang yang sangat mengenal Sehun. Aku adalah satu-satunya orang yang merawatnya pasca kecelakaan itu terjadi. Setiap hari Sehun mengeluh tentang keganjalannya tidak melaporkan kejadian ini ke pihak yang berwenang. Aku hanya mencari waktu yang tepat untuk melaporkannya."
Pria itu tertawa sarkas. "Menunggu waktu yang tepat? Maksud Tuan—waktu yang tepat adalah empat tahun setelah pristiwa itu terjadi?"
Jongin sempat terdiam sebelum kembali berargumen. "Sehun harus pulih saat kasusnya diadilkan dan percayalah kecelakaan itu banyak sekali mengorbankan fisik dan mentalnya."
"Tuan Oh dan Tuan Byun akan menjadi perbincangan hangat di masyarakat jika kasus ini dibawa ke pengadilan. Hal tersebut tidak aku rekomendasikan, mengingat status Tuan Oh dan Tuan Byun yang sangat penting di perekonomian negara. Jika Tuan Kim sadar, keputusan Tuan akan berpengaruh pada reputasi keduanya."
"Aku sadar dan mengerti. Itulah yang Sehun inginkan:—pengakuan dari masyarakat. Sehun ingin semua masyarakat tahu tentang kebenaran dibalik kasus yang telah dikubur dalam-dalam karena alasan abu-abu." Jongin menekankan bagian tertentu dengan nada sarkas.
Jongin yakin Baekhyun membayar beberapa pihak demi mengubur kasus Sehun, jika tidak—mana mungkin kasus sebesar itu tidak pernah diperbincangan oleh siapapun.
"Aku perlu melakukan beberapa peninjauan dan investigasi sebelum melanjutkan kasus ini ke pihak yang lebih berwenang."
"Terima kasih." Jongin tersenyum menang sebelum membungkuk terima kasih.
x
Hyori terbangun mendengar ponselnya bergetar di bawah bantal. Hyori mengangkat telepon tanpa membuka nama.
'Harimu akan tiba. Lakukan tugasmu dengan baik.'
Sambungan itu putus sebelum Hyori merespon. Hyori menggerutkan dahinya dan membaca nama Jongin di layar ponselnya sebelum merotasi mata penuh.
Hyori tidak mendapati rasa kantuk semenjak telepon Jongin ia terima, seperti hari-hari buruk akan menyambar kehidupannya dalam waktu dekat.
Hyori pergi untuk mendapati Baekhyun tertidur pulas di kamarnya, tidak seperti malam-malam sebelumnya—Baekhyun tidak akan tidur semalaman penuh.
Hyori tidak tega membangunkan Baekhyun. Ia duduk di sofa kecil dekat tempat tidur sambil memeluk tubuhnya.
Hyori duduk memandang ke luar jendela hanya memikirkan keputusannya dalam hidup. Hyori selalu memilih opsi buruk karena Hyori tidak pernah memikirkan konsekuensi yang akan datang kelak.
Ambil contohnya sekarang—Hyori rela merusak hidup seseorang demi mendapatkan pengobatan dan pendidikan yang layak untuk adiknya, padahal Hyori bisa dapat pekerjaan halal untuk membiayai hidup adiknya.
Hyori meratapi lama sekali, bahkan ia tidak sadar Baekhyun sudah terbangun dan memperhatikannya dengan gelisah. "Apa yang kamu lakukan di sini?"
Hyori mengalihkan pandangannya pada Baekhyun dramatis. "Aku minta maaf." Hyori bergumam. "Aku telah membuat rumah tanggamu berantakan."
Baekhyun menghela nafas. Baekhyun tidak bisa menyalahkan kehadiran Hyori, tapi Baekhyun pula tidak bisa menyangkal bahwa kehadiran Hyorilah yang membuat rumah tangganya berantakan.
"Kamu masih mencarinya?"
Baekhyun menangguk lemah. "Tentu saja." Jawaban sarkas Baekhyun terdengar tidak sarkas malam itu.
"Bagaimana perkembangannya?"
"Apa pedulimu?"
Hyori mengerti jika Baekhyun bersikap seperti itu. Lantaslah—selain membuat Ara kabur dari rumah, Hyori membuat kepercayaan Ara pada Baekhyun hilang begitu saja. "Apa kamu tidak dengar aku baru saja minta maaf karena merusak rumah tanggamu? Aku ingin Ara kembali ke rumah. Aku ingin melihat wanita itu baik-baik saja. Jika kamu pikir aku datang kesini untuk membuat rumah tangga kalian berantakan, kamu salah."
Hyori bohong—menghancurkan Baekhyun dan Ara adalah tujuan utamanya.
"Ara tidak di Korea." Baekhyun bercerita seakan hatinya teriris. "Mungkin Ara sangat membenciku hingga tidak ingin menemuiku selamanya."
Satu hal yang Baekhyun tidak mengerti—Ara meninggalkannya karena ia begitu mencintai Baekhyun.
"Ara hanya perlu sedikit waktu untuk memastikan hatinya dan aku yakin Ara sangat mencintaimu lebih dari siapapun. Bertahanlah, karena Ara bertahan padamu."
Sumpah, Hyori membuat bulu kuduk Baekhyun merinding.
Kalimat itu tidak Baekhyun sangka keluar dari mulut Hyori.
"Terima kasih." Baekhyun tersenyum manis pada Hyori. "Bagaimana keadaanmu?" Baekhyun tiba-tiba mengalihkan topik.
"Aku baik-baik saja.."
"Maaf aku tidak ada untukmu di saat kamu membutuhkan. Aku-"
"Iya aku mengerti keadaanmu belakangan ini."
"Ada yang bisa aku lakukan? Seperti mengusap perut?"
Hyori menepuk dahinya dalam hati. Baru saja Hyori merasa bersalah, tapi sekarang Hyori ingin sekali bermalam sambil diusap Baekhyun.
"Tidak. Beristirahatlah. Aku akan menagihnya saat aku butuh." Hyori mengizinkan dirinya pergi sambil memegangi hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER
Fanfiction"Aku istrimu! Nona Jeehi sudah meninggal!" Tamparan keras melayang di atas pipinya. "Jaga mulut kotormu, Ara." "Jangan sentuh aku, monster!" Ara memegangi pipi merahnya dengan perasaan menggondok. "Monster?" Baekhyun melirik tajam seraya meraba bagi...