3 hari sudah vino dirawat di rumah sakit, perlahan kondisinya juga mulai membaik. Selang oksigen dan beberapa alat bantu medis lain yang selama ini membantu hidupnya sudah dilepas dari tubuhnya. Ia juga mulai bisa diajak mengobrol namun dokter masih menganjurkan ke vino untuk tidak memikirkan sesuatu yang berat. Selama 3 hari ini juga sang kakak viny menemani dia selalu, tapi ada raut yang berbeda dari viny. Beberapa hari ini terlihat viny sering melamun dan murung. Sang adik yang menyadarinya hanya bisa diam, ia takut jikalau ia bertanya yang tidak-tidak ke kakaknya bisa membuat kakaknya lebih sedih. Tapi 3 hari menurutnya sudah terlewat batas, ia khawatir kalau sang kakak seperti ini terus berakibat pada kesehatannya."Mmmm kakak kenapa?" Tanya vino lirih. Viny masih tak menjawab, ia masih menatap kosong luar jendela sambil menggenggam tangan vino.
"Kakak" ucapnya lagi sambil menggoyangkan tangan viny.
"Eh iya dek, kamu mau apa? Minum atau...." ucapan viny terpotong karena vino menggelengkan kepalanya.
"Kakak kenapa? Aku lihat akhir-akhir ini kok sering ngelamun terus. Kakak bosen ya ngerawat aku?" Ucap vino sendu.
"Kamu ngomong apasih dek, kakak ga kenapa-kenapa kok" jawab viny. Vino tau ada kebohongan dari mata kakaknya itu, bagaimanapun ia tau betul sifat viny.
"Kak !!! Aku ga bisa dibohongi kak. Kakak kan tau kita ini kayak gimana. Please kak kenapa ?..." mohon vino sambil menggenggam erat tangan viny dan ditaruhnya didadanya. Viny pun tak bisa berkata apa-apa, lidahnya mendadak menjadi keras, matanya pun mulai berkaca-kaca. Dipandanginya sosok adiknya itu. Sangat terpancar raut wajah khawatir dari viny melihat adiknya itu.
"Dek maafin kakak. Kakak ga bisa cerita ke kamu" balas viny dan akhirnya air matanya pun menetes. Ia langsung menenggelamkan wajahnya di dada adiknya yang masih terbaring di ranjang rumah sakit. Perlahan vino pun mengelus rambut kakaknya itu dan berusaha menenangkannya.
"Aku tau kak ada yang kalian sembunyiin dari aku, aku akan cari tau sendiri kak kalau kakak ga mau ceritain ke aku" batin vino yang masih mengelus rambut viny.
"Permisi....eh maaf maaf aku ganggu ya" ucap vanka yang tiba-tiba masuk ke dalam. Viny pun kembali duduk sambil mengusap air matanya yang membasahi pipinya.
"Kak jangan buang air mata kakak gitu aja buat aku ya. Itu sia-sia" kata vino sambil mengusap pipi viny yang basah. Viny hanya bisa mematung terdiam mendengar ucapan adiknya.
"Loh kak viny kenapa? Kok nangis?" Ucap vanka yang mendekati viny.
"Gue gapapa kok van, cuma keinget masa-masa di jogja aja" elak viny sambil memaksakan senyumnya.
"Van gua nitip vino ya gua ke toilet bentar".
"Eh iya kak".
"Dek, kakak tinggal sebentar ya" ucap viny lalu berdiri. Dikecupnya kening adiknya itu lalu ia berlalu pergi keluar dari kamar vino. Vino hanya mengangguk.
"Hmm pantes loe ga bisa jauh dari kak viny. kalian kakak adik tapi berasa pacaran hihihi" canda vanka sambil menoel pipi vino. Vino hanya bisa menghela nafasnya.
"Gimana kondisi loe?" tanya vanka.
"Udah mendingan van lusa udeh boleh balik.. Loe kesini sama siapa?" tanya vino kemudian mencoba posisinya dari berbaring menjadi duduk.
"Sama gre tapi dia lagi ke kantin makan, eh loe mau ngapain?" tanya vanka sambil membantu vino yang hendak duduk.
"Pegel tiduran van, gua mau duduk" balas vino. Vanka pun membantu vino duduk.
"Hai hai sore" sorak gracia setengah berlari sambil melambaikan tangannya. Vino dan vanka pun terkejut karena suara gracia lumayan kencang.
"Astaga gre ini rumah sakit bukan pasar malem" ketus vanka.

KAMU SEDANG MEMBACA
• IRIDESCENT
FanfictionBxg Romance fanfiction Kehidupan ini penuh warna. Ada gelap, ada terang. Semua diciptakan untuk memberikan pembelajaran pada manusia, agar manusia dapat menyelesaikan masalahnya. Selalu melihat putih, begitu melihat titik hitam akan kebingungan atau...