"Vino udah cukup" ucap Gracia lirih. Ia berusaha menenangkan Vino yang sudah tersulut emosi itu. Namun Vino tak bereaksi apapun, mata tajamnya masih menatap Sakti dan kedua tangannya mencengkeram erat kerah milik Sakti."Pukul lagi Vin, ayo pukul sampai gua mati sekalian" Bentak Sakti ke Vino.
"Vin udah Vin, Sak lo diem daripada mulut lo gua sumpel" kesal Doni, ia memegangi Vino namun tenaganya masih kalah dari Vino.
"Alvino udah!!!! Hentikan hiks hiks" teriak Gracia kemudian menangis.
"Udah hiks hiks, Gre takut"
Shani pun mendekati Gracia dan menenangkannya, sesekali ia menatap sendu Vino.Pertahanan Vino mengendor, ia perlahan melepaskan cengkeramannya pada kerah Sakti.
"Don bawa Sakti pergi" Ucap Frans, sontak Doni langsung membawa Sakti pergi menjauhi Vino.
Vino masih terdiam, ia tak bereaksi apapun. Matanya memandang lurus kedepan, perlahan siswa-siswi yang berada disana pun mengerumuni mereka.
"Liat apa kalian disini? Ini bukan acara jkt school, bubar sono" ucap Frans yang risih mereka jadi objek tontonan.
"Vin...."
Vino not responding
"Vinooo hiks hiks"
Vino menoleh melihat Gracia yang menangis itu.
"Kenapa?"
Gracia menatap balik Vino
"Iya kenapa? Kenapa tadi ga bilang yang sebenarnya?"
"Ehh it-tuuu....." balas Gracia gugup, ia takut kalau Vino bakal bereaksi atas ucapannya nanti.
"Gre, kenapa ga cerita dari awal kalo lo nangis gara-gara Sakti?"
"Aku takut, takut lo mukul Sakti"
"Dan yang kamu takutin kejadian kan? Kenapa ga jujur dari awal? Kalau dari awal kamu jujur aku ga kesel juga sama kamu" potong Vino cepat.
"Maafin Gre"
Vino menghela nafasnya, ia paling benci dengan moment seperti ini yaitu kembali melihat air mata Gracia menetes. Ia sangat tak tega melihat Gracia sedih ataupun menangis. Sebenernya ia tak tega juga harus marah didepannya namun sebuah momen karena Gracia tidak jujur sewaktu di rooftop tadi membuat Vino sangat kesal. Mungkin ia tak akan kesal jika tadi Gracia bercerita yang sebenarnya.
Sedetik kemudian ia kembali mengingat pengorbanan Gracia selama ini untuknya.
Pengorbanan Gracia? Apakah Vino tidak melihat pengorbanan Shani dulu juga? Bahkan Shani jauh lebih berkorban untuk keduanya, mengikhlaskan perasaannya yang tumbuh itu untuk sahabatnya. Ia mengalah, mengalah tak mau melihat sahabatnya tertekan ataupun sedih lagi siapa lagi kalau bukan Gracia. Vino belum mengingat betul memori masa lalunya, masa dimana awal ia mengenal Shani, awal dimana ia mengenal yang namanya perasaan Cinta.
Lalu bagaimana perasaan Shani saat ini? Apakah perasaan yang dulu ada sudah menghilang?
Tidak.
Atau tepatnya belum.
Tapi Shani tak mau egois, ia mengalahkan egonya daripada nantinya merusak hubungan antara Vino dan Gracia. Lalu bagaimana perasaan Shani terhadap Vino?
Sampai saat ini Shani belum mencintai Cio. Memang Cio sudah berubah menjadi pribadi yang positif namun Cinta memang tak bisa dipaksa, tak mungkin datang begitu saja. Semua butuh proses, Shani memang menyukai proses yang ada sekarang namun ia belum bisa menerima Cio seutuhnya. Benar ia sangat menyayangi Cio namun itu mungkin hanya sebatas Kakak saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
• IRIDESCENT
FanfictionBxg Romance fanfiction Kehidupan ini penuh warna. Ada gelap, ada terang. Semua diciptakan untuk memberikan pembelajaran pada manusia, agar manusia dapat menyelesaikan masalahnya. Selalu melihat putih, begitu melihat titik hitam akan kebingungan atau...