Didalam ruangan Vino melihat Gracia sedang berbaring dikasur. Ia menghampirinya kemudian mengusap rambut Gracia. Gracia langsung tersenyum ketika ada yang mengusap rambutnya siapa lagi kalau bukan Vino.
"Kamu darimana?"
"Dari depan tadi ketemu kak Naomi"
"Kak Naomi? Siapa yang sakit?"
"Katanya lagi jengukin temennya yang dirawat disini juga"
"Gimana dok kondisinya?"
"Kondisi mata lumayan baik, harus sering kontrol kesini"
"Lalu apa udah ada orang yang donorin mata?"
Dokter menggeleng "belum, kita tidak boleh sembarangan mencari mata yang cocok untuk pasien"
Kemudian Vino memandang Gracia yang nampak menunduk itu, ia pun menangkup kedua pipinya "tinggal sedikit lagi ya" bisik Vino lalu mencium kening Gracia.
Vino mengantarkan Gracia pulang, sepanjang perjalanan baik Gracia atau Vino sama-sama diam. Sesekali Vino yang mengemudi melirik kearah Gracia.
"Mau makan dulu?" Tanya Vino memecah keheningan.
"Ngga, Ge pengen makan dirumah"
Vino menurut, ia bergegas melajukan mobilnya menuju kerumah Gracia. Tak ada pembicaraan diantara mereka berdua, Vino tau kalau mood Gracia sedang tidak baik.
"Gre"
Suara Vino mengagetkan Gracia
"Kita udah sampe?"
"Iya" jawab Vino.
Vino mematikan mesin mobilnya kemudian turun dan menuju ke pintu Gracia. Ia membantu Gracia untuk turun dari mobil, Gracia dengan senang hati menerima bantuan dari Vino.
"Terima kasih"
Vino perlahan menuntun Gracia menuju kedalam rumahnya.
...
Sudah sebulan lebih baik keluarga Gracia maupun Vino berusaha mencari solusi terbaik untuk Gracia apalagi sebentar lagi kegiatan belajar mengajar juga akan dimulai. Keluarga Gracia memilih tidak menyekolahkan anaknya lagi di SMA Permata, mereka takut mental anaknya terguncang karena kondisinya saat ini ditambah atas permintaan dari Gracia juga. Vino menyayangkan dengan keputusan Gracia namun ia tak bisa berbuat apa-apa selain menemani dan menghiburnya.
Belakangan ini juga Vino sudah berusaha mencari pendonor mata yang pas untuk Gracia namun sampai saat ini ia belum menemukannya. Ada beberapa faktor yang membuat mata para pendonor itu tidak cocok dengan Gracia. Vino sudah mendiskusikan perihal rencananya soal mendonorkan matanya untuk Gracia nanti ke keluarganya namun dengan tegas mereka semua menolaknya terutama Viny, sang kakak. Akhir-akhir ini kondisi Vino juga menurun drastis, ia seringkali pulang malam karena menemani Gracia dirumah bahkan sering juga ia kehujanan karena memaksakan diri untuk bertemu dengan Gracia. Baginya kini Gracia prioritas utamanya saat ini.
"Ma, Vino mau kerumah Gracia" rengek Vino.
"Ngga, badan kamu panas gini"
"Tapi ma--"
--sekali Ngga ya Ngga" potong Thalia tegas.
Vino berdecak kesal karena mamanya melarang untuk pergi kerumah Gracia padahal sudah rutin baginya mengunjungi Gracia di malam hari seperti saat ini.
Vino pun memilih duduk di balkon, ia memegangi ponselnya hendak menelepon Ve, mama Gracia memberitahukan kalau dirinya tidak dapat berkunjung saat ini tapi dia juga takut kalau Gracia marah terhadapnya jika tak berkunjung.
KAMU SEDANG MEMBACA
• IRIDESCENT
FanfictionBxg Romance fanfiction Kehidupan ini penuh warna. Ada gelap, ada terang. Semua diciptakan untuk memberikan pembelajaran pada manusia, agar manusia dapat menyelesaikan masalahnya. Selalu melihat putih, begitu melihat titik hitam akan kebingungan atau...