Part 69 (end 02)

289 29 10
                                    

Jangan lupa di play dulu medianya 👆👆👆

"Jadi bisa dok?"

"Tergantung, kalau mata dari pendonor itu cocok dengan pasien bisa dilakukan operasi tapi saya harus melihat langsung pasiennya"

"Tapi...." jeda dari sang Dokter.

"Saya harus menerima persetujuan dari keluarga juga, dan mata anda kami ambil paling lama 6 jam setelah kematian anda"

Vino berada di kamarnya bersama Vanka dan Yupi, ia menjelaskan mengenai rencananya yang ingin mendonorkan matanya untuk Gracia nanti. Tentu Vanka maupun Yupi menolak keras ide dari adiknya itu, mereka mencaci Vino.

"Ngga, gua ga akan pernah setuju. Titik"

"Hu'um" sambung Yupi.

"Kak.... Bantu gua buat ngomong ke mama"

"Ga ada, gua ga setuju. Ga ada donor-donoran, lo apa-apaan sih Vin. Lo ga mikir gua? Yupi? Atau kak Viny juga?" Ucap Vanka kemudian terisak menangis.

"Gua sayang lo Vin, gua belum siap kehilangan lo. Yang lain juga pasti nolak ide konyol lo" sambung Vanka.

Vanka memeluk Yupi dari samping, ia menangis mendengar permintaan Vino yang konyol.

"Tapi kak, gua ga bisa lihat kondisi Gre sekarang. Gua ga kuat kak....." ucap Vino frustasi.

Vanka tak menanggapi ucapan Vino, ia menangis dipelukan kembarannya. Vino kemudian menatap Yupi meminta saran namun Yupi justru menatap tajamnya sambil menggelengkan kepalanya.

Vino mengalah kemudian ia menuju ke balkon kamarnya, ia menatap ke langit memohon petunjuk dari Tuhan.

"Ya tuhan bantu hamba, apa yang harus aku lakukan"

Tiba-tiba ia merasakan ada yang memeluknya dari belakang, ia menengok sedikit melihat siapa yang memeluknya dan ternyata Vanka'lah yang memeluknya. Setelah itu ia membiarkan kakaknya memeluknya sejenak mungkin bisa membuatnya sedikit lebih tenang. Ia merasakan punggungnya mulai basah, Vino pun mengusap tangan Vanka yang melingkar di perutnya. Sementara itu Yupi berusaha untuk tak menangis, bagaimanapun ia juga tak setuju jika Vino mendonorkan matanya untuk Gracia.

"Kak......."

Vanka menggeleng, ia semakin mempererat pelukannya. Perlahan Vino melepaskan pelukan Vanka lalu berbalik menatap balik mata Vanka yang sembab itu.

"Kak.....maaf"

"Vin, please.. jangan ya" ucap Vanka serak. Tangan kanan Vino menangkup pipi Vanka lalu mengusap air matanya dengan jari jempolnya.

"Aku bingung kak, aku bingung harus ngelakuin apa. Aku sayang Gracia dan aku ga mau ngelakuin kesalahan untuk yang kedua kalinya" Sambung Vino panjang lebar, Vanka mengerti jika Vino sudah menggunakan aku-kamu berarti kondisinya saat ini sedang buruk dan membutuhkan dorongan support darinya. Memang sejak kepindahan Viny ke Bandung Vanka'lah yang selama ini menggantikan sosok kakak untuk dirinya.

"Aku bantuin kamu cari solusi, aku ngerti posisi kamu tapi bukan berarti kamu berkorban seperti itu juga. Masih ada solusi lain kok, aku juga yakin pasti Gracia ga setuju kamu donorin mata buat dia"

Benar kata Vanka, ia juga belum mengatakan rencananya itu kepada Gracia. Bagaimana jika Gracia menolaknya lalu marah kepadanya?

Kini Vino tengah berada di rumah sakit menemani Gracia untuk control mata. Ia dengan semangat membantu Gracia turun dari mobil lalu membantunya duduk di kursi roda lalu mendorong kursi roda itu menuju ke poli mata. Sekekali ia mengajak Gracia bercanda agar melupakan masalahnya sejenak.

• IRIDESCENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang