Sudah hampir larut malam vino menghilang atau lebih tepatnya keluar dari rumah. Akibat perdebatannya tadi dengan kakak serta mamanya membuatnya memilih keluar dari rumah sejenak melepas semua penat yang ada. Dia berjalan di sekitaran trotoar dengan kondisi yang belum sepenuhnya pulih. Sebagian wajah tampannya masih tertempel beberapa plester dan kakinya masih sedikit sakit yang membuatnya berjalan sedikit terpincang-pincang.Dilihatnya dompet yang ia bawa dan ternyata hanya berisi 2 lembar uang bewarna biru dan 1 lembar uang bewarna hijau. "Huft cuma tinggal segini".
Ia mengecek hpnya dan disana terlihat puluhan panggilan tak terjawab dari mama, papa serta kakaknya. Ia lebih memilih mengabaikannya sejenak karena butuh waktu untuk sendiri. Karena merasa lelah dan hari sudah mulai gelap ia pun memilih beristirahat di sebuah convenience store bewarna merah. Ia memilih beberapa minuman dingin dan snack.
"Loh kak vino? Kakak ngapain?" ucap seseorang gadis dibelakangnya.
"Eh shan, ga ngapa-ngapain gua cuma beli ini minuman sama snack. Kamu sendiri ngapain? Mau beli apa?" balasnya sambil menunjukkan barang belanjaannya. Shani masih memandang wajah vino. Dilihatnya pria itu, shani merasa iba dengan kondisi vino yang masih penuh luka memar. Ia semakin heran banyak sekali keringat bercucuran disekitar wajah dan leher vino.
"Ini kak tadi abis beli pulsa hehe. Hmmm kakak habis jogging kok keringetan gitu?".
"Ehh engga kok. Ah masa sih keringetan".
"Sini deh kak, bentar-bentar......" ucap shani kemudian mengambil sapu tangan di dalam tasnya. Lalu tanpa basa-basi shani mengusap wajah vino yang penuh keringat. Sepersekian detik vino terdiam mendapat perlakuan dari shani. Dipandangnya wajah adem milik shani. Tak lama dia sadar dari lamunannya.
"Eh shan makasih, sini biar aku saja" ucapnya kemudian memegang tangan shani yang berada di pipinya.
Deg
Shani menjadi kaku karenac tangannya tak sengaja dipegang oleh vino begitu juga dengan vino yang merasakan getaran hebat didalam hatinya. Tak lama vino melepaskan pegangannya dan mengambul sapu tangan milik shani.
"Makasih ya shan, nanti aku balikin ya kalau udah aku cuci".
"Eh gausah kak, ambil aja buat kakak" ucap shani. Vino pun mengangguk.
"Aku tinggal bayar ini dulu ya" ucapnya kemudian berjalan menuju meja kasir.
Setelah membayar barang belanjaannya vino dan shani duduk santai sejenak di kursi dekat convenience store.
"hm kak aku tinggal ya soalnya ga enak ditunggu sama anak-anak" ucap shani.
"oh gitu yaudah shan. kamu kesini naik apa tadi?".
"itu tadi bawa motornya anin, rumah dia kan di komplek belakang sini" balas shani menunjuk di komplek perumahan yang dimaksud.
"yaudah ati-ati kamu salam buat anin dan yang lain ya" lanjut vino dan dibalas anggukan kepala oleh shani. Lalu shani pun pergi meninggalkan vino di convenience store.
***
Dirumah anin hanya tersisa shani yang menunggu jemputan supirnya, tiba-tiba HPnya berdering ada panggilan masuk dari Vanka.
"Ya hallo kak ?".
.....
"Lagi di rumah anin kak, kenapa?".
.....
"Gengnya vino? Frans dan yang lain maksudnya? Aduh aku ga punya nomer mereka kak coba tanya gre".
.....
"Iya kak aku ga punya nomer mereka, jarang deket sih kak. Emang kenapa kak?".
.....
KAMU SEDANG MEMBACA
• IRIDESCENT
FanfictionBxg Romance fanfiction Kehidupan ini penuh warna. Ada gelap, ada terang. Semua diciptakan untuk memberikan pembelajaran pada manusia, agar manusia dapat menyelesaikan masalahnya. Selalu melihat putih, begitu melihat titik hitam akan kebingungan atau...