Kalian hanya tahu aku jahat, tapi kalian tidak tahu proses dan alasan kenapa aku jahat.
-Square-
•Part Ken•
Ketika malam, di rumah Ken.
Aku duduk di atas tempat tidurku "I stupid, I stupid, and I stupid."
Aku terus mengulang kata-kata itu, sampai aku berpikir aku akan menelfon Ketrin.
Mengambil ponsel "Aku akan menelfon Ketrin. Tidak, Aku akan menelfon Nota saja."
"Halo?" Kata Nota
"Nota? Apa Ketrin sudah tidur?"
"Dia ada di kamar, tapi tidak tahu apakah sudah tidur atau belum. Ada apa?"
"Apa yang kau lakukan bodoh!"
"Aku tidak melakukan apapun"
"Kalau kau ada di dekatku, akan kupukul kepalamu itu."
"Hei! Aku salah apa?"
"Cepat kau pergi ke kamarnya. Lihat, dia sudah tidur atau belum."
"Baiklah. Aku tutup sebentar, tapi nanti kau telfon lagi."
"Dasar pria tak bermodal"
Dia menutup ponselnya
Kira-kira sudah 5 menit, aku menelfonnya kembali. "Bagaimana?"
"Sudah" Katanya
"Apa dia sudah makan?"
"Sudah"
"Apa dia mencariku?"
"Iya, dia mencarimu."
"Lalu?"
"Aku mencari alasan yang baik"
"Apa kau memberitahunya tentang donor mata itu?"
"Iya"
"Apa kau bilang?"
"Ada seseorang yang akan mendonorkan matanya, tapi aku tak memberi tahu bahwa orang itu adalah kau."
"Aku tutup ponselnya, jaga dia baik-baik." Kataku "And one more, tolong blokir nomor handphoneku diponselnya." Lanjutku
"Kenapa seperti itu?"
"Kau bodoh atau pura-pura tidak mengerti? Aku akan meninggalkannya. Aku tak akan bertemu dengannya, aku ingin membuatnya terbiasa tanpaku, jadi aku melakukan ini."
"Ken, apa kau yakin? Ini tentu akan menyakitinya."
"Sudahlah, Aku ingin tidur." Menutup ponselku
Aku berbaring dan mulai menangis "Ibu, selama ini aku selalu mendapat semua yang aku inginkan. Harta, kebahagiaan, wanita, dan semuanya. Aku tak pernah tahu bagaimana rasanya berkorban. Ibu, maafkan aku, karena sekarang aku harus membuatmu sangat sedih. Aku pria bodoh Bu, aku mencintai gadis miskin yang tidak punya kelebihan apapun. Tapi aku benar-benar mencintainya, dia baik Bu, dia sangat baik. Ibu, kau selalu mengatakan bahwa aku anak manja, dan sekarang anak manjamu ini akan menjadi dewasa. Aku akan memberikan mataku untuknya." Menutup mataku dan mulai tertidur
Besoknya, siang hari.
Nota datang ke rumahku. Sekarang kami sedang di dalam rumah, tepatnya di ruang tamu.
"Ada apa?"
"Tolong temui dia"
"Tidak" Kataku
"Untuk sekali ini saja"
"Jangan mencoba merubah rencanaku"
"Aku tidak akan melakukan itu Ken! Aku hanya meminta agar kau menemuinya untuk kali ini saja."
Aku diam
"Ken! Kumohon mengertilah! Aku tak bisa melihatnya seperti ini. Mengapa kau setega itu padanya?"
"Sekarang aku bukan Kennya"
"Ken, aku berani berjanji. Ini adalah yang terakhir kali kau bertemu dengannya, dan dapat kupastikan, dia tidak akan mengenalimu."
Aku masih diam dan berpikir
Dia menatapku dengan harapan
"Baiklah"
Dia tersenyum
Ketika kami keluar, entah bagaimana caranya Ketrin bisa ada di depan pintu rumahku. Kami merasa terkejut.
"Ken?"
Aku diam dan melihat Nota
Nota juga melihatku
"Ken, kau kemana saja? Kenapa kau menghilang?" Dia mencoba mencariku dengan tangannya
Nota hanya diam
Ketrin memelukku "Ken, kenapa kau diam?" Dia menangis
Kurasa sekarang waktunya untuk melakukan hal yang tepat. Ya, membuatnya membenciku, membuatnya berpikir bahwa aku jahat.
Aku menolaknya
Dia terjatuh
Nota menolongnya berdiri "Ken! Apa yang kau lakukan? Apa kau gila!" Nota marah
Kali ini marahnya Nota tidak dibuat-buat, dan kupikir ini bagus. Biarkan mereka menganggapku jahat.
"Kalian tidak berhak menginjak rumahku, kalian orang miskin."
"Ken,jaga bicaramu!"
"Pergilah, atau lantai rumahku akan kotor karena kaki kalian."
Ketrin menangis
Mereka mulai pergi
"Dan untuk kau Ketrin?"
Mereka berhenti, Ketrin membalikkan badannya.
"Kita sudah tidak ada hubungan apapun lagi, jadi jangan pernah ganggu aku."
Dia masih menangis
Mata Nota berkaca-kaca
Aku masuk ke rumahku "Maafkan aku sayang, aku berjanji akan mengganti air matamu, aku janji." Aku menangis
KAMU SEDANG MEMBACA
SQUARE (COMPLETED)
RomanceSetiap tatap, setiap tawa, dan senyuman, semua tersampul dalam suatu kisah. Ini kisah cinta tentang Ketrin dengan ketiga pria yang menaruh perhatian lebih padanya. Story by : Mutia Novaska