Tidak ada yang berhak mengatur hidupku!
-Square-
Setahun kemudian
Aku sudah kuliah sekarang. Penampilanku sudah berubah, aku memakai kacamata, sweeter, rok, sepatu, mengikat rambutku, warna rambutku hitam, memakai foni, memakai behel, memakai softlens berwarna hitam. Sekarang aku sedang makan di kantin kampus, tidak seperti waktu SMA, sekarang aku duduk menyendiri.
Segerombolan wanita mengacak-acak makananku "Hahaha si cupu!"
Mereka tertawa
Aku hanya menunduk dan diam
Mereka meninggalkanku
Aku meninggalkan kantin dan berjalan menuju balkon
Seorang pria sengaja meletak kakinya di depan kakiku
Aku tersandung kakinya dan jatuh
Orang-orang yang melihatku tertawa
Aku segera pergi
Aku sampai di balkon, menikmati setiap hembusan angin. Dan bermain dengan burung merpati.
Mereka datang. Siapa lagi kalau tidak Fahri, Dion, dan Toni.
"Lihat! Si anak cupu ini berteman dengan merpati." Kata Toni
"Hahaha kurasa dia sudah tidak punya teman lagi" Kata Dion
"Tentu saja! Mana ada orang yang mau berteman dengan gadis cupu seperti dia hahaha." Kata Toni
Aku hanya menunduk dan diam
Fahri melemparku dengan telur
Toni dan Dion tertawa
"Hahaha rasakan itu" Kata Toni
Aku hanya menutup bagian wajahku
Setelah puas melempariku dengan telur, mereka meninggalkanku.
Aku duduk dan membuka kacamataku lalu menangis "Kenapa ada manusia seperti mereka? Kenapa aku selalu dibully seperti ini?"
Aku pergi ke WC. Di sana aku membersihkan bajuku dari telur yang dilempar oleh Fahri. Setelah selesai, aku kembali ke kelasku untuk mengikuti pembelajaran.
Aku membuka pintu "Maaf saya terlambat"
Semua orang menutup hidung mereka
"Kenapa kamu harus masuk dengan pakaian yang bau seperti ini? Gantilah bajumu! Lalu kamu boleh masuk untuk mengikuti pembelajaran." Kata Dosen
"Ba.. Baik Pak."
"Pergilah cepat! Kau bau sekali!" Kata salah seorang dari kelasku
"Cepatlah pergi gadis cupu! Kau bau! Hahaha." Kata Dion
Aku meninggalkan kelas dan langsung pulang. Sepanjang jalan aku hanya diam dan sesekali menangis. Kenapa hidupku harus begini, kenapa aku terlahir seperti ini, kenapa aku dibully! Apakah aku dilahirkan untuk dibully sepanjang hidupku? Atau ini karena aku menyebalkan. Tapi aku melakukan apa sampai mereka melakukan ini padaku? Aku ingin sekali melawan mereka, tapi aku takut semakin aku melawan, mereka semakin membullyku. Aku menendang-nendang kaleng yang ada di jalan. Sampai aku bertemu dengan seekor anjing jalanan yang sangat manis. Aku mengelus kepala anjing itu.
"Hei, kamu manis sekali." Aku tersenyum sambil mengelus-elus kepalanya "Sepertinya tidak ada yang punya, aku bawa saja untuk jadi temanku."
Aku memutuskan untuk merawatnya. Aku sampai di apartemen, sekarang aku ada di kamarku. Soal semua fasilitas ini, aku mendapatkannya dari uang orang tuaku. Walaupun aku tidak mau bertemu dengan mereka, tapi mereka tetap mentransferku uang setiap bulan dengan jumlah yang menurutku banyak.
"Kamu tunggu di sini ya?"
Anjing itu duduk di atas kasur
Aku membuka lemari makanan "Hmm, kenapa aku sampai lupa? Aku tidak punya makanan anjing." Aku melihat anjing itu "Huf! Anjing yang malang."
Aku memutuskan untuk membeli makanan anjing dan perlengkapannya siang ini, aku segera bersiap-siap lalu pergi bersama anjingku. Setelah 3 jam, aku sudah membeli semua makanan dan perlengkapannya. Ketika di depan toko anjing, aku mendapati seorang pria pembuat kalung anjing. Ini terdengar aneh, tapi sepertinya boleh juga.
"Kau mau kalung anjing yang seperti apa Nona? Aku juga bisa membuat nama anjingmu dikalungnya." Kata pria itu
Aku melihat anjingku. Aku belum memberinya nama, aku diam sembari berpikir nama yang bagus untuk anjing jantan milikku. "Chago" Kataku spontan
"Nama yang unik. Kau bisa menunggunya sebentar."
"Terimakasih"
Aku menunggu kalungnya sambil meminum soda yang kubeli di minimarket tadi. Aku memberikan Chago makan, karena aku tahu Chago sangat lapar. Chago makan dengan lahapnya, aku sangat bahagia melihatnya seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SQUARE (COMPLETED)
RomanceSetiap tatap, setiap tawa, dan senyuman, semua tersampul dalam suatu kisah. Ini kisah cinta tentang Ketrin dengan ketiga pria yang menaruh perhatian lebih padanya. Story by : Mutia Novaska