Apakah dia priaku? *Tear*
-Square-
•Meyla POV•
Kami kembali ke rumah sakit, kami sampai di kamar Ketrin.
"Ketrin?"
"Meyla?"
Aku mendekatinya "Apa kamu masih merasakan sakit?"
Ketrin tersenyum "Tidak, ini sudah berkurang."
"Hmm syukurlah, aku lega mendengarnya."
"Apa kau marah padaku?" Dia memegang tanganku
Aku melihat Qiyan lalu kembali melihat Ketrin, aku tersenyum. "Tidak, kapan aku bisa marah pada orang sebaik kamu?"
"Jangan pernah marah padaku ya?"
"Iya, aku tak akan marah padamu."
"Jika nantinya aku melakukan kesalahan, jangan tinggalkan aku. Beritahu aku letak salahku, jangan diam lalu pergi begitu saja."
Aku tersenyum dan mengangguk
Dua minggu kemudian
Ketrin sudah keluar dari rumah sakit, dia masih menginap di rumah Qiyan. Hampir setiap hari aku ke rumah Qiyan untuk menemani Ketrin. Aku ke rumah Qiyan saat aku sudah pulang sekolah, aku pulang bersama Qiyan dan langsung ke rumahnya. Begitulah seterusnya. Semakin hari aku semakin melihat kedekatan mereka, mereka semakin akrab. Dan tak jarang Qiyan mengabaikanku karena Ketrin, awalnya aku bisa mengerti kalau dia melakukan ini untuk membuat Ketrin sembuh. Tapi lama-kelamaan aku mulai merasa cemburu. Aku sering marah pada Qiyan tapi Qiyan tidak menghiraukanku. Dan setelah itu aku tidak datang ke rumahnya lagi, Qiyan yang sekarang tidak seperti Qiyan yang kukenal. Saat aku tidak mengabarinya selama berhari-hari, dia juga tidak mengabariku. Dia seperti sudah tidak peduli padaku, padahal aku melakukan ini agar dia mencariku. Tapi ternyata aku dibuat kecewa! Sampai pada akhirnya aku sudah merasa sangat tidak kuat, aku kembali datang ke rumahnya.
Aku memencet bel rumahnya
Pembantunya membuka pintu "Non Meyla? Mau cari Den Qiyan ya?"
"Iya Bik. Qiyannya ada di rumah?"
"Tidak Non, dia sedang keluar. Masuk dulu Non."
"Iya Bik. Hmm.. Tante Anum mana Bik?"
"Ooh Nyonya sedang keluar kota"
"Ohh, Ketrin mana?"
"Dia sedang keluar dengan Den Qiyan"
Seketika emosiku memuncak
"Non mau minum apa?"
"Tidak Bik"
"Yasudah, saya permisi ke belakang dulu ya Non."
Aku mengangguk
Aku menunggu Qiyan di ruang tamu. Sudah hampir satu jam aku menunggunya, barulah mereka pulang.
Aku membuka pintunya
"Me.. Meyla?"
Aku melihat mereka dengan sinis
"Kapan kamu datang? Kenapa tidak mengabariku dulu?"
"Aku kabaripun kamu tidak akan peduli padaku"
"Tidak peduli?" Tanya Ketrin sedikit penasaran
Qiyan memberikan semua belanjaan yang dipegangnya pada Ketrin "Masuklah ke kamarmu dulu, ada yang ingin aku dan Meyla bicarakan sebentar."
Ketrin ke kamarnya
Qiyan menutup pintu "Meyla, mengapa kamu berkata seperti itu di depan Ketrin?"
"Memangnya ada apa? Kenapa kamu sangat cemas?"
"Meyla, ini akan membuatnya curiga."
"Biarkan saja! Biarkan dia tahu kalau hubungan kita sedang di ujung tanduk! Biarkan dia sadar kalau dia telah membuatmu berpaling dariku!"
"Meyla, jangan bicara sembarangan!"
"Sembarangan katamu? Ini faktanya!"
"Ikut aku!" Dia menarik tanganku sampai ke kamarnya
"Qiyan, lepaskan!"
Dia menjatuhkanku di tempat tidur dan mengunci pintu kamarnya "Sekarang katakan apa permasalahanmu"
"Permasalahanku? Ini permasalahan kita Qiyan! Apa kamu tidak sadar kalau hubungan kita sedang renggang saat ini? Itu karena siapa? Karena wanita itu!"
"Meyla pelankan suaramu! Atau orang lain akan mendengarnya!"
"Biarkan saja! Apa masalahnya!"
"Tentu saja masalah! Jika Ketrin mendengar ini dia akan merasa tertekan!"
"Tertekan? Heh! Kamu masih saja menyodorkan alasan sampah seperti itu!" Aku memalingkan wajahku
"Meyla jaga bicaramu!"
"Kenapa aku harus menjaga bicaraku?! Dia itu pantas mendapatkan kata-kata seperti ini! Dia itu wanita tidak tahu diri! Dasar pramur*a!"
"Meyla, kau!!" Dia ingin menamparku
Aku mengelak dengan memalingkan wajahku
Dia tidak jadi menamparku
Aku melihatnya sambil menangis "Qi.. Qiyan, Kau?"
Dia keluar dari kamarnya
Aku terduduk di kasur sambil menatap kosong "Apakah dia Qiyanku? Di.. Dia ingin menamparku." Ucapku berbisik sambil menangis
KAMU SEDANG MEMBACA
SQUARE (COMPLETED)
RomansaSetiap tatap, setiap tawa, dan senyuman, semua tersampul dalam suatu kisah. Ini kisah cinta tentang Ketrin dengan ketiga pria yang menaruh perhatian lebih padanya. Story by : Mutia Novaska