Hatiku sakit menahan perasaan ini, mataku juga sakit menahan air mata.
-Square-
Besoknya, aku tetap masuk sekolah. Walaupun rasanya tidak mungkin, tapi aku tetap sekolah.
Fransisca, Kirana, dan Shelly menghalangi jalanku.
"Pahlawan kesiangannya sudah tidak ada, dan sekarang apakah dia berani macam-macam dengan kita?" Kata Fransisca
Aku menatapnya tajam
"Kenapa kau menatapku seperti itu ha!"
Aku melihat Shelly yang sedang tersenyum seakan sedang mengejekku
"Kau palsu!"
Kirana mendorongku "Beraninya kau mengatakan itu pada temanku. Sadarlah! Kau tidak ada apa-apanya dibanding kami."
"Kalian wanita yang buruk! Perangai kalian, tidak lebih dari seekor binatang!"
"Beraninya kau! Sepertinya kau perlu diberi pelajaran." Kata Fransisca
Mereka menyeretku ke belakang sekolah dan menghajarku habis-habisan. Aku hanya diam sambil membungkukkan badan dan memegang kakiku. Sepanjang itu, mereka mencaciku. Sampai sekali lagi, mereka membuatku pingsan. Lalu meninggalkanku.
Aku mendengar suara bel, aku terbangun dan melihat jamku. Ternyata ini bel pulang. Aku segera berdiri, kaki dan punggungku sangat sakit. Mukaku juga lebam. Aku akan pulang setelah sekolah ini sepi.
"Sepertinya sudah tidak ada orang, sebaiknya aku pulang sekarang."
Aku terkejut karena Kevin dan Ken menungguku pulang, mereka menjemputku. Aku sangat gugup.
"Ke.. Kenapa mereka menjemputku? Apa yang harus aku katakan.." Gumamku
Aku memberanikan diri untuk menghampiri mereka
"Apa yang terjadi padamu Ketrin?! Kenapa kau babak belur seperti ini?!" Kevin sangat panik
"Babak belur?" Ucap Ken
Aku diam
"Jawab Ketrin! Kenapa kau diam saja?!"
Aku masih diam
"Ayo kita bawa dia pulang, dengan kau memaksanya seperti itu, tidak akan membuat lukanya sembuh."
Aku merasa terselamatkan. Aku memasuki mobil dan duduk dibangku nomor 2.
"Kenapa kau pulang lama sekali Ketrin? Apa ada kelas tambahan? Atau ada hubungannya dengan luka-lukamu?" Tanya Kevin
Aku semakin gugup
"Sudahlah, kau membuatnya takut dengan bertanya seperti itu." Kata Ken
"Kenapa harus takut?! Aku hanya bertanya!" Kata Kevin
"Ohh kau sedang bertanya? Kupikir ingin memakannya." Kata Ken
"Dasar manusia ini!" Kata Kevin
"Kenapa? Apa yang aku ucapkan salah?" Kata Ken
"Diamlah! Atau aku akan menurunkanmu!" Kata Kevin
"Tentu saja, Kau akan menurunkanku saat kita sudah sampai di rumah."
Kevin diam dengan wajah cemberut
Ken tertawa
Ketika sampai di rumahku, Kevin langsung menelfon dokter.
"Mana kotak obatnya?" Tanya Ken
"Apa kau gila?! Luka seperti ini mau diobati dengan obat seadanya? Aku sudah menelfon dokter." Kata Kevin
"Kau yang gila, kenapa harus memanggil dokter kalau dengan obat seadanya bisa menyembuhkan? Sekarang tolong batalkan janjimu dengan dokter itu." Kata Ken
"Tidak!" Bantah Kevin
"Ayolah, jangan keras kepala." Bujuk Ken
"Kevin, tidak usah berlebihan. Dengan obat seadanya juga bisa sembuh."
Kevin menghela nafas "Baiklah. Kalian berdua sama saja!"
Setelah Kevin mengobati luka-lukaku, Ken menyuruhnya untuk membelikan makanan. Setelah dia pergi, Ken mulai bicara padaku.
"Ketrin, apa yang terjadi? Apa mereka menyakitimu lagi?"
"Me.. Mereka" Aku menangis
"Kemarilah"
Aku mendekatinya
Dia memelukku
Aku juga memeluknya
"Ken, mereka bilang bahwa pahlawanku sudah tidak ada lagi. Nota sudah pergi, jadi mereka bisa menyakitiku lagi. Ken, aku sangat takut."
"Kapan mereka melakukannya?"
"Ketika pagi, sebelum di sekolah ramai. Aku dipukuli, ditendang, dicaci maki. Sampai aku pingsan. Gara-gara mereka, aku bolos. Rasanya aku tidak ingin pergi ke sekolah lagi Ken.."
"Masuklah ke kamarmu, istirahatlah."
"Baiklah" Aku masuk ke kamar, dan tidur
Ken menelfon seseorang "Aku Ken, tolong kalian siksa wanita yang bernama Fransisca, Kirana, dan Shelly, aku akan mengirimkan gambar mereka. Buat mereka sampai takut untuk keluar rumah. Aku akan membayarmu sangat mahal jika bisa melakukan hal itu."
Kemudian Ken memanggil bodyguard nya untuk mengirim foto fransisca, Kirana, dan Shelly.
KAMU SEDANG MEMBACA
SQUARE (COMPLETED)
RomanceSetiap tatap, setiap tawa, dan senyuman, semua tersampul dalam suatu kisah. Ini kisah cinta tentang Ketrin dengan ketiga pria yang menaruh perhatian lebih padanya. Story by : Mutia Novaska