Biarkan kisah kita tertulis di birunya langit
-Square-
Dia langsung paham dan memberhentikan mobilnya tepat di depan apartemen "Di sini?" Tanyanya
"Iya" Aku turun
Dia membuka kaca mobilnya
"Terimakasih"
Dia tersenyum sambil melambaikan tangannya, kemudian menutup kaca mobilnya, lalu pergi.
Aku melambaikan tanganku juga, kemudian aku masuk ke apartemen dan langsung ke kamarku. Aku berbaring di tempat tidur. "Aku menyesal telah mengatakan hal kasar padanya, aku juga menyesal telah meninggalkannya waktu itu."
Seseorang mengetuk pintuku
Aku berdiri dan membuka pintu
Seorang pria paruh baya berdiri dengan memakai celana kain berwarna hitam dan baju batik merah, dia membawa bunga, coklat, dan kantung plastik putih yang aku sendiri tidak tahu isinya. "Ini, ada kiriman untukmu Nona." Dia memberikan semua yang dia pegang
"Bapak siapa? Dan ini dari siapa?" Aku mengambil semua yang telah dia pindahkan dari tangannya ke tanganku
"Maaf, saya sedang buru-buru." Dia segera pergi
Aku hanya diam sambil melihatnya pergi, karena tidak mungkin jika aku mengejarnya, Bapak itu berjalan dengan sangat cepat. Aku menutup pintu, aku meletakkan semuanya di atas kasur, aku membuka plastik putih itu. Ternyata isinya camilan dengan jumlah yang sangat banyak. Di dalam kotak coklat, aku menemukan surat, kupikir surat, ternyata kertas yang tertulis nomor telfon. Dia tidak menuliskan namanya, aku juga tidak tahu ini nomor siapa. Aku merasa bimbang untuk menelfonnya atau tidak, dan aku berpikir untuk menyimpan camilannya dulu baru nanti aku pikirkan apakah aku akan menelfonnya atau tidak.
Malam
Aku sedang bersandar di kepala tempat tidur sambil menyalin nomor dari orang misterius itu. Setelah kusalin, aku melihat nomornya sambil membaca angkanya berulang kali.
"Aku telfon tidak ya? Kalau aku telfon, takutnya hanya orang iseng. Tapi kalau tidak kutelfon, aku penasaraaaan!"
Aku kembali melihat nomornya. Dan dengan keberanian penuh, aku menelfonnya.
"Ha.. Hallo?" Kataku memulai pembicaraan di telfon
"Hm" Jawabnya
Aku belum mengenali suaranya "Apakah anda orang yang mengirim semua camilan, coklat, dan bunga tadi siang?"
"Iya"
Aku mengenali suaranya, aku tahu ini siapa, ini Kevin! "Anda siapa?" Tanyaku yang pura-pura tidak tahu
"Manusia" Katanya
"Saya serius" Kataku sambil menahan tawa
"Iya" Katanya
Aku tidak tahan, rasanya aku ingin langsung mengatakan kalau aku mengenali suaranya, mengatakan bahwa dia adalah Kevin. Tapi aku tidak bisa mengatakan itu, karena dia akan curiga.
"Sudah ya?"
"Kenapa?" Tanyaku yang sebenarnya tidak menginginkannya untuk mengakhiri pembicaraan
"Takut pulsamu habis"
Aku menjauhkan ponselku, aku tertawa. Aku mendekatkan ponselku kembali.
"Kau tidak mengenaliku, jadi aku tutup telfonnya ya?" Katanya
Perasaanku bercampur aduk, aku masih ingin berbicara dengannya dan merasa kasihan padanya.
"Nanti kau boleh telfon aku, kalau kau sudah tahu namaku."
"Kenapa seperti itu?"
"Jangan terlalu banyak 'Kenapa', aku tutup ya?"
"Iya, selamat malam."
Dia sudah menutup telfonnya, aku terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SQUARE (COMPLETED)
RomanceSetiap tatap, setiap tawa, dan senyuman, semua tersampul dalam suatu kisah. Ini kisah cinta tentang Ketrin dengan ketiga pria yang menaruh perhatian lebih padanya. Story by : Mutia Novaska